Anda di halaman 1dari 5

Akibat Perkawinan Campuran terhadap Kewarganegaraan Indonesia Dan Hak Milik Atas Harta

Bersama

BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat, terdapat sebuah fenomena mengenai
perkawinan yang masih menjadi perhatian dan perdebatan yaitu fenomena perkawianan yang
dilakukan dengan perbedaan kewarganegaraan, yang disebut perkawinan campuran.
Berdasarkan Pasal 57 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dimaksud dengan perkawinan
campuran adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,
karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Seorang
wagra Negara Indonesia (WNA) yang melangsungkan pernikahan dengan warga Negara asing
(WNA) dapat tunduk pada satu hokum maupun tunduk pada hokum yang berlainan.
Terlepas dari perbedaan kewarganegaraan yang dianut masing-,masing Negara asal suami-istri,
hubungan hokum antara suami dan istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu sering
menimbulkan berbagai permasalahan hokum. Dari sudut kewarganegaraan, permaslahan tersebut
antra lain adalah perbedaan peraturan hokum kewarganegaraan antar Negara dan perbedaan
pemahaman mengenai akan suatu peraturan hokum kewarganegaraan. Masalah yang timbul yang
cukup besar adalah kehilangan satatus hak milik yang bagi warga Negara Indonesia yang menikah
dengan warga Negara asing tanpa perjanjian perkawinan sebelumnya.
Walaupun dalam pasal 27 uu no. 12 tahun 2006 menyatakan bahwa WNI atau WNA yang
melangsungkan perkawiana tidak begitu saja kehilangan kewarganegaraannya karena dalam uu ini
menerapakan asas persamaan derajat. Namun berdasarkan pasal 21 ayat (3) UU pokok agraria
(UUPA) nomor 5 tahun 1960 : orang asing yang sudah berlakunya uu ini memperoleh hak milik
karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta karena perkawinan, demikian pula warga
Negara Indonesia yang mempunyai hak milik tidak dilepaskan, maka hak tersebuat hapus karena
hokum dana tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang
membebaninya tetap berlangsung. Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas dengan adanya
percampuran harta akibat perkawinan campur, wni harus melepaskan hak miliknya dalam waktu satu
tahun sejak dia menikah dengan warga Negara asing.

Inilah yang membuat penulis tertarik untuk menulis tentang Akibat Perkawinan Campuran

terhadap Kewarganegaraan Indonesia Dan Hak Milik Atas Harta Bersama

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Akibat Perkawinan Campuran terhadap Kewarganegaraan Indonesia Dan

Hak Milik Atas Harta Bersama


2. Bagaiman akibat perkawinan campuran terhadap kewarganegaraan anak ?
C. Tujuan penulisan
Untuk menngetahui bagaimana akibat perkawinan campuran terhadap kewarganegaraan Indonesia
beserta hak milik atas harta bersama yang ada padanya
D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan Akibat Perkawinan Campuran terhadap Kewarganegaraan

Indonesia dan Hak Milik atas harta bersama:


1. Agar dapat mengerti konsekuensi dari perkawinan campuran
2. Agar bagi warga Negara Indonesia yang akan melakukan perkawinan campuran dapat
memperhatikan akibatnya.
3. Agar mengetahui bagaimana kedudukan anak yang lahir dari perkawinan campuran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsekuensi Perkawinan Campuran Terhadap Kewarganegaraan Indonesia Dan Hak Milik
atas harta bersama

Kewarganegaraan merupakan salah satu unsur hakiki yang pada umumnya sangatlah penting
dan merupakan unsur pokok bagi suatu negara yang menimbulkan hubungan timbal balik
serta mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga Negara.

Seorang warga Negara Indonesia tidak akan selamanya memegang kewarganegaraannya


sebagai warga Negara Indonesia. Kehilangan kewarganegaraan sebagai suatu fenomena yang
sering terjadi pada perkawinan campuran yang dilakukan antara perempuan WNI dengan
laki-laki WNA ataupun sebaliknya antara laki-laki WNI denngan perempuan WNA karena
menurut hukum negara asal suami atau istrinya, kewarganegaraan suami atau istri mengikuti
kewarganegaraan suami atau istri sebagai akibat perkawinan tersebut .
Berdasarkan Pasal 57 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang dimaksud dengan perkawinan
campuran adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,
karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Seorang
wagra Negara Indonesia (WNI) yang melangsungkan pernikahan dengan warga Negara asing (WNA)
dapat tunduk pada satu hokum maupun tunduk pada hokum yang berlainan.
Dalam perkawinan campuran, konsekuensi hak milik atas harta dari seorang WNI akan turut menjadi
milik suami/istri-nya yang WNA karena masuk ke dalam harta bersama. Dengan turut dimilikinya hak
atas harta tersebut oleh WNA dalam harta bersama, maka hak atas harta itu wajib dilepaskan dalam
jangka waktu satu tahun. Jika seorang WNI dalam perkawinan campuran tidak ingin kehilangan hak
atas hartanya, maka suami-istri dalam perkawinan itu harus memisahkan hak atas hartanya itu dari
harta bersama. Salah satu cara memisahkannya adalah dengan membuat perjanjian perkawinan, yaitu
perjanjian yang mengatur pemisahan harta kekayaan dalam perkawinan dan dibuat sebelum atau pada
saat perkawinan dilangsungkan. Dengan adanya perjanjian perkawinan, maka dapat dihindari
terjadinya percampuran harta bersama sehingga suami dan istri menjadi pemilik dari harta yang
diperolehnya masing-masing.
Namun, bagi WNI yang sudah terlanjur melakukan perkawinan campuran, belum membuat perjanjian
perkawinan, maka suami-istri dalam perkawinan itu sudah tidak punya kesempatan lagi membuat
perjanjian perkawinan. Hal ini karena perjanjian perkawinan harus dibuat sebelum atau pada saat
perkawinan dilangsungkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sebaiknya sebelum berakhirnya
jangka waktu 1 tahun sejak perkawinan tanah yang dimiliki WNI itu dialihkan kepada pihak lain,
misalnya dijual atau atau dihibahkan. Hal ini untuk menghindari hak atas tanah tersebut hapus dan
jatuh ke tangan negara tanpa memperoleh ganti rugi.
Akibat dari perkawinan campuran bukan hanya pada satatus kepemilikan harta bersama melainkan
juga pada anak yang lahir nanntinya. Anak yang lahir dari perkawianan campuran mengakibatkan
satatus kewarganegaraan anak menjadi tidak menentu apakah akan mengikuti kewarga negaraan ayah
atau ibunya ?.
B. Akibat Kewarganegaraan Anak Dari Perkawinan Campuran.

Anak yang lahir dari perkawianan campuran akan mengakibatkan satatus kewarganegaraan anak
menjadi ganda namun terbatas. Penentuan Kewarganegaraan anak menurut Undangundang

No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan yaitu kewarganegaraan ganda terbatas yang
pada pasal 6 dan pasal 21 menjelaskan bahwa anak yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia,
dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun
atau sudah kawin maka anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya. Kewarganegaraan ganda terbatas yang diberikan kepada anak hasil dari
suatu perkawinan campuran dikarenakan apabila terdapat suatu perceraian atau putusnya
perkawinan karena kematian maka anak tersebut masih memiliki status kewarganegaraan.
Status kewarganegaraan anak dari kawin campuran tetap diakui mempunyai
kewarganegaraan dan mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan warga Negara
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Akibat dari perkawinan campuran tanpa perjanjian kawin terhadap hak kepemilikan
harta sehingga mengakibatkan harta bersama maka wni harus melepaskan hak
kepemilikan harta tersebut dlm jangka waktu 1 tahun sejak dia melangsung
pernikahanya dengan WNA dan jika dalan jangka waktu satu tahun itu tidak
dilepaskan hak milik atas harta tersebut maka ini secara hokum akan jatuh kepada
Negara. Jika suatu perjanjian kawin dilakukan maka wni tidak perlu melepaskan hak
miliknya karena suami atau istri menjadi pemilik atas hartanya masing-masing.
Namun jika perkawinan percampuran tanpa perjanjian kawin terlanjur dilakukan
maka kepemilkan atas harta sebelum berakhir jangka waktu 1 tahundapat dilakukan
dengnan peralihan atau penjualan kepada pihak lain.
2. Akibat dari perkawinan campuran terhadap kewarganegaraan anak mengakibatkan
satatus kewarganegaraan ganda terbatas pada anak. Namun kepelikan
kewarganegaraan ganda sementara ini tidak mengakibatkan hak dan kedudukannya
dibedakan oleh Negara, dia akan tetap mendapatkan hak dan kedudukan yang sama
dengan warga Negara Indonesia, samapai dari pada ia berumur 18 tahun atau kawin
sebelum berumur 18 tahun barulah dia dapat menentukan kewarga negaraannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :

1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI


Website :
1. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4623/hak-anak-dari-perkawinan-campuran-untukmemiliki-rumah
2. http://zulianaistichomah.wordpress.com/2013/01/12/dampak-perkawinan-campuran-terhadapstatus-kewarganegaraan-anak-ditinjau-dari-undang-undang-kewarganegaraan-ri/
3. http://fh.unpad.ac.id/repo/?p=2230
4. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50ea879fa70a6/status-kewarganegaraan-akibatperkawinan-dengan-wna
5. http://jurnalhukum.blogspot.com/2006/09/status-hukum-anak-hasil-perkawinan.html
6. http://properti.kompas.com/read/2013/05/24/16142992/Kawin.Campur.atau.Jadi.WNA.Siapsiap.Kehilangan.Tanah.Anda.
7. http://majalahbisnisglobal.co/hak-kepemilikan-properti-bagi-wna-praktek-578.html

Anda mungkin juga menyukai