SKIZOFRENIA PARANOID
DISUSUN OLEH
Nursyifa Yusena
1102010213
PEMBIMBING
dr. Metta Desvini P. Siregar, Sp. KJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan kekuasaan dan kehendakNya tugas laporan kasus ini dapat terlaksana dan terselesaikan pada waktunya. Shalawat
serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman Jahilliyah menuju zaman yang penuh cahaya bagi umat
yang bertaqwa kepada-Nya.
Tugas Presentasi kasus yang berjudul Skizofrenia Paranoid ini saya buat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan di stase Psikiatri di RS Jiwa Klender. Dan juga
agar dapat secara utuh tercipta hubungan yang harmonis antara antara ilmu teoritis yang saya
dapat dengan aplikasi nyata dalam praktek klinis kehidupan sehari-hari.
Rasa terima kasih yang begitu dalam ingin saya sampaikan kepada pembimbing
kami, dr. Metta Desvini P. Siregar, Sp. KJ, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan selama kami bertugas di RSIJ Klender. Selain itu, karena telah
memberikan tauladan serta nasehat moral yang begitu berharga kepada kami selama ini.
Saya menyadari ketidaksempurnaan tugas laporan kasus ini. Untuk itu saya sangat
mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. E
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 27 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Jakarta Timur
Suku Bangsa
: Betawi
Pendidikan
: SD
Status pernikahan
: Menikah
Pekerjaan
Autoanamnesis
Alloanamnesis
Rekam medis
1. Keluhan Utama :
Gelisah dan ketakutan akan dibunuh oleh malaikat
2. Keluhan Tambahan :
Sering marah-marah dan berteriak
3. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke RS. Jiwa Islam Klender pada tanggal 10 Juli 2015 diantar
suami karena gelisah dan ketakutan akan dibunuh oleh malaikat. Menurut suami
pasien, sejak 1 minggu SMRS pasien sering marah-marah, berteriak dan bicara
kacau. Saat pasien merasa marah, pasien melampiaskan kemarahan nya kepada
anak-anaknya dengan mencubitnya.
Ketika berada di rumah, pasien sering tidak bisa tidur karena merasa seperti
melihat bayangan malaikat menyeramkan yang akan membunuhnya dan anakanaknya. Pada beberapa hari awal dirawat di RSJ Islam Klender Pasien masih
2
b. Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki gangguan bawaan sejak lahir, tidak pernah
mempunyai riwayat kejang sebelumnya, tidak pernah menderita sakit berat
hingga membutuhkan perawatan Rumah Sakit, dan tidak ada riwayat trauma
kepala sebelumnya.
c. Gangguan Zat Psikoaktif
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol dan tidak menggunakan
obat-obatan terlarang(NAPZA)
5. Riwayat Pribadi Sebelum Sakit
a. Riwayat Prenatal dan perinatal
Menurut cerita pasien, pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan
dilahirkan secara normal dibantu oleh bidan. Pasien merupakan anak yang
dikehendaki orang tuanya. Tidak
lainnya yang bermakna. Tidak ada kecelakaan yang bermakna, riwayat operasi
tidak ada.
b. Masa Kanak kanak dini / awal (0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 2 tahun.
Selama bayi pasien tidak mengalami sakit yang serius ataupun trauma.
c. Masa kanak kanak Pertengahan ( 3 7 tahun )
Pasien mudah bergaul dengan teman disekitar rumahnya, pasien senang
bermain dan penurut terhadap orang tuanya. Pasien tumbuh dan kembang
sesuai dengan anak seusianya. Perkembangan fisik pasien sama dengan anak
sebayanya. Pasien tidak memasuki sekolah taman kanak-kanak umum
melainkan diajar oleh ibunya dirumah. Pasien tidak mempunyai kebiasaan
buruk dan tidak memiliki ketakutan terhadap sesuatu.
d. Masa Kanak Akhir ( 7 11 tahun )
Pada saat duduk di bangku sekolah dasar pasien mengaku bukan termasuk
anak yang berprestasi. Namun tidak ada gangguan dalam membaca maupun
menulis. Namun pasien putus sekolah karena kesulitan ekonomi.
e. Masa Remaja ( 11 17 tahun )
Memasuki masa remaja pasien membantu ibunya dan lebih sering bermain
dengan teman sebayanya. Pasien memiliki sedikit teman dan menjadi pribadi
yang tertutup.
f. Masa Dewasa
Pasien menikah dengan pilihan orang tuanya dan memiliki 2 orang anak.
Pasien tidak bekerja dan mengandalkan keuangan dari suami sepenuhnya yang
berprofesi sebagai tukang ojek. Pasien bergaul cukup baik dengan tetangga
dan mendidik anak dengan cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit serius
maupun trauma.
g. Riwayat aktivitas sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang melaksanakan aktivitas
sehari-hari lebih banyak di rumah dan lingkungan sekitar rumah. Pasien
bergaul cukup baik dengan para tetangga dan dapat melaksanakan tugas rumah
tangga dengan cukup baik sebelum akhirnya pasien mulai menutup diri dan
bicara kacau 1 tahun belakangan.
h. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah
berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam
proses peradilan yang terkait dengan hukum.
i. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Dalam keluarga tidak ada
yang pernah mengalami gejala yang sama dengan pasien, baik dari pihak ibu
maupun pihak ayah.
Keterangan :
Halusinasi
Ilusi
Derealisasi
Depersonalisasi
4. Gangguan Pikiran
a. Proses Pikir
Produktivitas
: Cukup ide
Kontinuitas
: Baik
Blocking
: Tidak Ada
Asosiasi Longgar
: Tidak Ada
Inkoherensi
: Tidak ada
Flight of idea
: Tidak ada
Word Salad
: Tidak Ada
Neologisme
: Tidak Ada
b. Isi Pikir
a. Preokupasi: Pasien merasa takut akan dibunuh oleh malaikat
b. Gangguan Isi pikir
Waham Bizzare
: Tidak Ada
Waham Nihilistik
: Tidak Ada
6
Waham Somatik
: Tidak Ada
Waham Paranoid
o Waham Kejaran
: Ada
o Waham Kebesaran: Tidak Ada
o Waham Dikendalikan
Thought of insertion
Thought of broadcasting
Thought of withdrawal
Thought of control
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
yang benar)
: baik (pasien dapat memberikan arti dari
ada udang dibalik batu)
6. Daya Nilai
a. Penilaian Sosial
: Baik
b. Uji Daya Nilai
: Baik
7. Reality Test Ability (RTA)
: Terganggu
8. Tilikan
: Derajat I (pasien tidak tahu dirinya sakit)
9. Taraf Dapat Dipercaya
: Dapat dipercaya
IV. STATUS FISIK
1.
2.
1.
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
Tekanan darah
Suhu
Nadi
Pernapasan
Status Neurologi
: Baik
: Compos mentis
: 110/80 mmHg
: 360 C.
: 80 x/menit regular
: 20 x/menit
Gangguan rangsangan meningeal
: Tidak ada
7
2.
3.
Mata
Gerakan
: Baik ke segala arah
Bentuk pupil
: Isokor
Refleks cahaya : +/+
Motorik
Tonus
: Baik
Turgor
: Baik
Kekuatan
: Baik
Koordinasi
: Baik
Refleks
: Baik
1.
Riwayat Psikiatri
Pasien sering gelisah dan mengamuk tanpa sebab
Pasien sering marah-marah dan melampiaskan ke anak-anaknya
Pasien sering merasa ada malaikat yang akan membunuhnya
Pasien sulit tidur karena ketakutan terhadap malaikat
Pasien pernah melihat bayangan dan mendengar bisikian
a.
b.
c.
d.
e.
malaikat
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Status Mental
Kesadaran
: Compos mentis
Mood
: Labil
Afek
: Menyempit
Gangguan persepsi
: Halusinasi visual, halusinasi auditorik
Gangguan proses pikir
: Sirkumtansial
Gangguan isi pikir
: Waham Paranoid
RTA (Reality testing ability) : Terganggu
Tilikan
: Derajat I
Taraf dapat dipercaya
: Dapat dipercaya
Hasil
Ada
Ada
penduduk
Tidak Ada
Tidak Ada
Terpenuhi
Ada
Kriteria Diagnosis
Hasil
Terpenuhi
Ada
Ada
Ada
2. Aksis II
3. Aksis III
4. Aksis IV
5. Aksis V
: Tidak ada
: Tidak ada
: Masalah pekerjaan dan Masalah lingkungan sosial
: Saat ini GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)
Haloperidol 2x5 mg
2. Psikoterapi
Terapi suportif
Ventilasi
oleh mereka
Klien dihadapkan pada setting sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi
IX. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
b. Quo ad fungsionam
c. Quo ad sanationam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI SKIZOFRENIA
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan
kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
waham/delusi, gangguan persepsi.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka. Gangguan skizoprenia
ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan
pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umumnya
gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara
25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara
tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress.
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Tipe ini paling
stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak
bertindak sesuai wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama,
mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan
perilaku disorganisasi.
II. ETIOLOGI
Etiologi Skizofrenia paranoid pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia
lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
1. Faktor Biologis
Anatomi
Gangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan- gangguan pada otak.
Otak pada manusia terdiri dari empat lobus (lobus frontalis, temporalis,
parietalis dan osipitalis) yang mempunyai fungsinya masing- masing. Adanya
gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan perubahan aktivitas
motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan emosi yang tidak
stabil dan superficial. Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan,
dan emosi. Lesi pada lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu. Contoh
afek pada gangguan lobus temporalis adalah afasia, amnesia agnosia dan dapat
pula terjadi gangguan psikosensorik seperti halusinasi dan ilusi. Pada lobus
parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat misalnya afasia, kesulitan
menghitung atau menulis. Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama
untuk input visual, dan lesi pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala
visual seperti aleksia, agnosia warna dan halusinasi.
12
Neurotransmitter
Terdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa gangguan psikotik yang
terjadi pada seseorang diakibatkan oleh karena adanya overaktivitas pada
jalur- jalur tersebut:
Mesolimbik dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral di
batang otak yang melepaskan dopamin ke nukleus akumben di daerah
limbik. Sistem ini mengatur jalur imbalan dan proses emosional dan
berhubungan dengan gejala positif skizofrenia.
Mesokortikal dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral dan
substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental disertakan dalam
rilis sistem dopamin mesocortical ke korteks prefrontal dan mengatur
daerah yang terlibat dalam proses kognitif (yaitu korteks prefrontal
dorsal lateral yang mengatur fungsi eksekutif). Neuron di substansia
nigra dopamin dirilis ke ganglia basal dan mengatur daerah- daerah
yang terlibat dengan kontrol motorik. Sistem mesokortikal dikaitkan
13
14
1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi. Gejala-gejala positif yang
dapat muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of
influence, delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat
muncul pada berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual,
namun auditori adalah halusinasi yang paling sering muncul.
2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara
dan tingkah laku.5 Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi
longgar sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku,
disorganisasi muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
seperti menyiapkan makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa
perilaku seperti anak-anak dan agitasi yang tidak terduga.
3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri,
kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.
Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya
menggunakan pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:
a. Thought echo, thought insertion or thought withdrawal, thought
broadcasting.
b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of pasivity, delusional
perseption.
c. Halusinasi auditorik
d. Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap
penduduk setempat
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga
dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin
lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala
tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala
yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan
dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
VII. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Pasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip
dengan skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bila
pasien sedang aktif menyalahgunakan zat. Pasien dengan depresi berat atau gangguan
bipolar juga dapat datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari gangguan
mood selalu diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga memiliki
gejala seperti skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar dari
kedua hal tersebut adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih cepat
daripada skizofrenia. Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagnosis delirium
lebih diutamakan daripada skizofrenia.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan
untuk
mengobati
Skizofrenia
disebut
sangat
efektif,
antipsikotik
konvensional
sering
16
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
Risperdal (risperidone)
Seroquel (quetiapine)
Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien
-osdengan Skizofrenia.
c) Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang
pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% osyang tidak merespon (berhasil)
dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek
samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang
(1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk
melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan
kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan
Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
17
19
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara osdan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan osdan pengasuh serta keluarga ostentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada osdan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit osdan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan
di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat osdengan fasilitas perawatan termasuk
keluarga pasien . Pusat perawatan dan kunjungan keluarga oskadang membantu
osdalam memperbaiki kualitas hidup.
IX. PROGNOSIS
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% osdapat
kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal
(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,
ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif
kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
skizofrenia
1. Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya.
jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang
yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah
tersinggung.
2. Inteligensi
Pada umumnya osSkizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih
mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.
3. Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil
os(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan
efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun osskkizofrenia perlu di beri
obat Risperidone serta Clozapine.
4. Reaksi Pengobatan
20
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih
bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap
pemberian obat.
5. Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi
dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir
atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar
individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prognosisnya adalah
negatif atau akan bertambah parah.
6. Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
7. Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit
disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar
terhadap kesembuhan.
8. Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan
akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.
9. Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai
prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak
proporsional.
10. Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih
baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11. Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah
yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
21
Prognosis Baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan
pekerjaan
premorbid
yang
baik
Gejala
mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
gangguan
Prognosis Buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat
sosial
dan
mood
pekerjaan
duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
DAFTAR PUSTAKA
Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh
Jaya;2003.p.46-51.
Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh
Jaya;2003.p.46-51.
Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.
22
23