Anda di halaman 1dari 5

I.

a.
b.
c.
d.
II.

Identitas
Nama
: Ny. SN
Usia
: 32 tahun
Alamat
: Kp. Cipedung 1/5 Gajah Meka
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Anamnesis
KU
: Perdarahan dari jalan lahir
P1A0 datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam SMRS.

Perdarahan membasahi 3 kain panjang bergumpal-gumpal setelah melahirkan di paraji.


Setelah melahirkan pasien mengaku plasenta belum lahir dan menempel di rahim. Rahim
tampak di depan vulva/jalan lahir. Pasien melahirkan anak laki-laki dengan berat 3000 gr.
Pasien tidak memiliki penyakit asma (-), TB (-), DM (-), HT(-), alergi (-). Riwayat
kehamilan anak pertama bb 3000 gr, HPHT : agustus 2013.
III.
Tanda Vital
Kesadaran
: Somnolen
Keadaan umum : Sakit berat
Tekanan darah
: tidak terukur
Nadi
: 140x/menit,
Pernafasan
: 28x/menit, cepat dangkal
Suhu
: affebris
IV.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan luar : Abdomen ; datar lembut, NT (-)
TFU
: tidak teraba
Pemeriksaan dalam : Vulva : tampak massa di depan vulva, dengan plasenta
menempel
Vagina : teraba massa
Porsio : perdarahan aktif dari daerah inversi plasnta
V.
Diagnosis Banding
- Inversi uteri
- Retensio plasenta
VI.
Pemeriksaan Penunjang
Hb CITO
VII. Diagnosis Kerja
P1A0 partus maturus spontan dengan inversio uteri a/I retensio plasenta
VIII. Pengobatan/Tatalaksana
Pasang infus 2 line,
IX.
Follow-Up
Tanggal dan waktu
Pukul 11.30

Keluhan
GDS 40gr%

Diagnosis
Tetap

Terapi
Minum air gula
IVFD D10%+D40%
4 flaqon
Lain-lain lanjut

Cek ulang GDS 30


Pukul 12.00

GDS 152gr%

Tetap

menit kemudian
VFD Martos

20

gtt/menit
Pukul 13.30

GDS 40gr%

Tetap

Cek ulang GDS


IVFD D10%+D40%
4 flaqon
Lain-lain lanjut
Cek ulang GDS 2

Pukul 17.30
Pukul 21.00

GDS 47gr%
Sesak (+)

Tetap
Tetap

jam post bolus


Terapi lanjut
IVFD Nacl 0,9%:

GDS 81 gr%

Kemungkinan CRF

martos = 2:1
Lasix 2x2 amp (iv)
Ksr 1x1 (po)
Ambroxol

2x

(tablet)
Cefotaxime 2x1 gr
(iv)
Cek

ulang

GDS,

Ur/Kr, SADT, Ro
Thorax,
semakin Tetap + CRF

pasang

kateter
IVFD D10%

Pukul 22.00

Pasien

T :150/90

lemah

N : 92

GDS 81 gr%

R :28
Tanggal 10/06/14

Ur 152,7, Kr 6, 57
Lemas (+), sesak Tetap

Diet

T : 140.90

(+)

1600kkal

N : 96

dingin (+), nyeri ulu

IVFD

R : 28

hati (+), mual (-),

500cc/12 jam

S :35,5

muntah

Lasix 3x2amp

Terapi lain lanjut

berkeringat

(-)

dbn BAB dbn

BAK

lunak

Ksr 1x1

DM
D5%

Ambroxol 3x1
Captopril (stop)
Valsartan 1x80 mg
Cefotaxime 2x1 gr
(iv)
Biiknat 3x1
PA 1X 5mg
Aspilet 1x70mg
Ranitidine

2x1amp

(iv)
Periksa, urin rutin,
Na, K, as.urat , Ur,
Kr,

profil

lipid,

monitor I-O, foto


Pukul 13.30

S : keringat dingin Tetap

thorax PA
Pro konsul dr.dinny

(+), pusing (+)

Sp.PD

GDS 40

Bolus D40% 2fl


Selanjutnya

D10
DM

Tanggal 11/06/2014

S : lemas (+) sesak Tetap

500cc/6 jam
Diet lunak

T : 120/80

(-) nyeri ulu hati (+)

1600kkal

N ; 80

mual(+) muntah (+)

IVFD

R : 20

5x berisi makanan

500cc/12 jam

S : 36

dan cairan

Lasix 3x2amp

BAK : 180cc dari

Ksr 1x1

jam 06.00-08.00

Ambroxol 3x1

D5%

Captopril (stop)
Valsartan 1x80 mg
Cefotaxime 2x1 gr
(iv)
Biiknat 3x1

PA 1X 5mg
Aspilet 1x70mg
Ranitidine

2x1amp

(iv)\
Calor 3x1 (po)
Amiovioval 3x1 (po)

X.

Pembahasan
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?
Ya sudah tepat karena sesuai dengan gejala dan tanda klinis pada pasien
tersebut. Pasien memiliki gejala-gejala hipoglikemi akibat pengggunaan obat
antidiabetik yaitu lemas badan, berkeringat dingin, pusing. Hasil pemeriksaan
gula darag sewaktu menunjukan penurunan kadar gula darah.
Sedangkan untuk diagnosis CHF ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan pasien merasa sesak nafas
dirasakan terutama pada aktivitas ringan dn tidak hilang dengan istirahat (dyspnea
deffort)). Pasien tidur dengan 2 bantal sehari (ortopnea), sulit tidur akhir-akhir ini
karena sesak, dulu sering terbangun malam karena sesak (paroxysmal mocturnal
dyspnea). Pasien merasa cepat lelah jika beraktivitas. Sesak nafas tidak disertai
mengi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan JVP 5+2 cm, adanya
pelebaran pada batas kiri jantung pasien, dan adanya pitting udem pada kedua
tungkai. Gejal-gejala tersebut merupakan gejala khas dari gagal jantung kongestif.
Diagnosa pneumonia pada pasien ini berdasarkan adanya batuk produktif,
pada pemeriksaan fisik adanya rhonki basah kasar pada pemeriksaan paru, namun
sayangnya hasil foto thoraks pada pasien ini belum ada jadi tidak dapat
mengetahui gambaran dari foto thoraks. Pneumonia pada pasien ini dipikirkan
didaoatkan dari lingkungan (community-acquired-pneumonia). Hal ini dapat
memperberat sesak nafas pasien.
Diagnosa gagal ginjal kronik didapatkan berdasarkan anamnesis pasien
lemas badan, pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva yang anemis tetapi
tekanan darah pasien tinggi, pada pemeriksaan ureum kreatinin meningkat. Hal
tersebut merupakan gejala dan tanda dari gagal ginjal kronik.

Diagnosa hipertensi didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah pasien


yang tinggi dan juga pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
2. Apakah terapi yang diberikan sudah tepat?
Terapi untuk hipoglikemia pada pasien DM seharusnya untuk pasien yang
sadar beri minum larutan gula 10 - 30 gram, observasi dan monitor gula darah ( >
90 mg % ). Jika pasien tidak sadar : suntikan intravena 50 - 100 ml Dextrose 40%,
observasi dan cek kadar gula darah ( > 90 mg% ), 10 menit setelah kadar gula
darah > 90 mg% , biasanya pasien akan sadar penuh, dijaga agar gula darah tetap
>90 mg% dengan pemberian infus Dextrose 10% (1-3 hari) dengan monitor gula
darah 3-6 jam sekali, sebaiknya dipertahankan kadar gula darah 90 - 180 mg%,
hentikan sementara obat hipoglikemia, bila suntikan I.V Dextrose tidak dapat
dijalankan dapat diberikan suntikan glukagon 1 ml (I>M) ( terutama hipoglikemia
karena terapi insulin). Pasien tetap tidak sadar walau sudah terapi (1.2) infus
Manitol (1,5 - 2 gram/kg BB) setiap 6-8 jam, suntikan dexametason 10 mg bolus,
dilanjutkan 2 mg setiap 6 jam, infus Dextrose 10% terus dilanjutkan dijaga kadar
gula darah sekitar180 mg% , observasi dan cari penyebab koma yang lain.
Terapi untuk gagal jantung kongestif
3. Bagaimna prognosis dari pasien ini?
Prognosis hipoglikemia tergantung dari cepat atau tidaknya penanganan
yang diberikan dan kondisi pasien saat pertama kali didiagnosis hipoglikemia.
Semakin cepat penanganan akan memberikan hasil yang baik.
Prognosis pada gagal jantung tergantung pda sifat penyakit jantung yang
mendasari dan ada atau tidaknya faktor pencetus lain yang dapat diobati,
prognosis juga dapat diperkirakan dengan mengamati respon terapi.
Penyakit GGK tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis jangka
panjangnya buruk, kecuali dilakukan transplantasi ginjal. Penatalaksanaan yang
dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari GGK
itu sendiri. Selain itu, biasanya GGK sering terjadi tanpa disadari sampai
mencapai tingkat lanjut dan menimbulkan gejala sehingga penanganannya
seringkali terlambat.

Anda mungkin juga menyukai