Anda di halaman 1dari 10

OPTIMALISASI PENERIMAAN RETRIBUSI JASA UMUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MALANG


Christia Capriati
Topo Wijono
Arik Prasetya
PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
105030400111078@mail.ub.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this qualitative descriptive study is to know and explain about the public service retribution revenue
as one source of Revenue in Malang Regency. It is to analyze the constraints faced in the implementation of the
optimalization of the district government revenue, public services, government efforts in Malang Regency in
overcoming the obstacles that is existing. Local Genuine Income (PAD) is expected to be a main support to finance
local activities. Every local government works hard to improve the local economic, including the improvement of
PAD. One relatively great inflow to PAD is coming from retributions. Local retributions are the source of finance
for the implementation of local government and local development through which the welfare of peoples will be
improved and evenly distributed throughout population. The kind of public service retributions is more variable
than that of service business and permit retributions. Higher collection of retributions will increase the revenue
accepted by the government.
Keyword: Optimalization, Public Service Retribution, Local Genuine Income(PAD)
PENDAHULUAN
Otonomi daerah adalah suatu proses
pembagian kekuasaan atau wewenang antara
pusat dengan daerah, termasuk di dalamnya
adalah kewenangan untuk mengatur keuangan
daerah (Prameka,2013:3). Melalui otonomi
daerah diharapkan daerah lebih mandiri dalam
menentukan seluruh kegiatannya dan mampu
memainkan perannya dalam membuka peluang
untuk memajukan daerah dengan melakukan
identifikasi
potensi
dan
sumber-sumber
pendapatan, dan mampu menetapkan belanja
daerah secara wajar serta meningkatkan kinerja
perangkat daerah. Untuk menyelenggarakan
otonomi secara luas, khususnya dalam
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
kewenangan dan kemampuan keuangan daerah,
penyelenggaraan tugas pemerintah daerah
dibiayai dari APBD. Menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
sumber pendapatan daerah berasal dari:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu:
a. Hasil Pajak Daerah;
b. Hasil Retribusi Daerah;
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang sah
2. Dana Perimbangan, yaitu:
a. Bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak;
b. Dana Alokasi Umum;
c. Dana Alokasi Khusus
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pemerintah daerah membutuhkan suatu
sumber

keuangan

dalam

mengatur

dan

mengurus pemerintahanya sendiri dan juga


harus didukung berbagai aset daerah untuk
dikelola sendiri demi meningkatkan pendapatan
daerah, dimana suatu daerah mempunyai hak
untuk

mengelola

kekayaan

dan

potensi

daerah

dalam

mewujudkan

perekonomian dan pembangunan daerah.


Salah satu sumber keuangan daerah yang
paling banyak melalui PAD berasal dari pajak
daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah
merupakan salah satu sector utama dalam
penerimaan Negara, oleh karena itu pajak
daerah memegang peranan yang penting bagi
perkembangan dan pembangunan nasional
(Fauziah,2014:5). Sedangkan retribusi daerah
merupakan
pungutan
daerah
sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberia ijin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Kabupaten Malang adalah salah satu dari
38 Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II yang ada
di Jawa Timur.Kabupaten Malang juga dikenal
sebagai daerah yang kaya akan potensi
pertanian dan perkebunan. Potensi daerah
Kabupaten Malang dirasa cukup besar dalam
meningkatkan PAD, karena memiliki luas
daerah yang memadai umtuk melakukan usaha
perekonomian. Salah satunya adalah dengan
mengoptimalkan hasil retribusi daerah yang
sudah ada.Retribusi daerah diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Malang
diberi peluang dalam menggali potensi sumbersumber keuangannya dengan menetapkan
retribusi selain yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Tidak semua yang
diberikan pemerintah daerah baik itu pelayanan
masyarakat dikenakan retribusi, hanya beberapa
jasa yang dikenakan retribusi. Jasa yang
dikenakan retribusi dikelompokan dalam tiga

menggali

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

golongan yaitu, retribusi jasa umum, retribusi


jasa khusus, dan perizinan tertentu.
Retribusi daerah merupakan salah satu
komponen PAD yang penerimaanya cukup
besar dari potensi Kabupaten Malang, karena
retribusi daerah memiliki penerimaan terbesar
setelah pajak daerah. Selain itu retribusi daerah
merupakan sumber penerimaan yang dapat
dipungut terus menerus mengingat pengeluaran
pemerintah daerah adalah untuk anggaran rutin
dan anggaran pembangunan selalu meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
mempunyai keinginan untuk meneliti lebih
lanjut mengenai penerimaan retribusi jasa
umum sebagai salah satu sumber penerimaan,
menganalisis kendala-kendala yang dihadapi
Pemerintah Kabupaten dalam pelaksanaan
optimalisasi penerimaan retribusi jasa umum
dan upaya Pemerintah Kabupaten di Kabupaten
Malang dalam mengatasi kendala yang ada.
Dari penjelasan di atas dan ketertarikan dengan
fenomena tersebut, maka dilakukan penelitian
dengan judul Optimalisasi Penerimaan
Retribusi
Jasa
Umum
Dalam
Upaya
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Malang.
KAJIANPUSTAKA
Otonomi Daerah
Otonomi
daerah
adalah
mula-mula
otonomi atau berotonomi, berarti mempunyai
peraturan sendiri atau mempunyai hak/
kekuasaan/ pengaturan atau legislatif sendiri
kemudian arti dari pada istilah otonomi
berkembang menjadi pemerintahan sendiri
(Kaho, 2002:160). Selain itu otonomi daerah
dalam wacana administrasi publik sering
disebut sebagai local self government, yaitu hal
memerintah sendiri dapat dilakukan jika
pemerintah
daerah
telah
diberikan
desentralisasi maka jelas otonomi daerah
merupakan
temuan
desentralisasi
(Dwidjowijoto,2000:41).
Sehingga
otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan
undang-undang.
Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan
Negara berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut (Mamesah, 1995:16).
Keuangan daerah termasuk di dalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut (PP No. 105
Tahun 2000).
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan
asli
daerah
merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

danpendapatan lain daerah yang sah yang


bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi (Yani, 2009:51).
Selain itu PAD adalah penerimaan yang
diperoleh dari sector pajak daerah, retribusi
daerah,hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan
lain-lain
PAD
yang
sah
(Mardiasmo,2002:132). Sehingga PAD dapat
diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh
dari sumber-sumber di daerahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah.
Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Saragih,
2003:65). Retribusi tiap daerah memiliki potensi
yang berbeda satu sama lain, untuk itu
pemerintah daerah harus dapat melihat peluang
apa saja yang dapat dilakukan dalam menggali
penerimaan dari retribusi untuk menunjang
penerimaan
(Sunarto,2005:109).
Sehingga
retribusi daerah merupakan salah satu PAD dan
diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah, retribusi pada umumnya
mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya prestasi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah jenis penelitian pendekatan
kualitatif deskriptif. Alasan dipilihnya jenis
penelitian dengan metode deskriptif adalah
untuk memahami upaya Pemerintah Daerah
dalam mengoptimalisasi retribusi jasa umum
agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Malang. Sedangkan alasan
dipilihnya pendekatan kualitatif karena penulis
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
pada suatu fenomena yang muncul dengan cara
mengamati, memahami hasil wawancara, dan
kemudian melaporkannya dalam sebuah hasil
yang sistematis (Moleong,2007:6).
Fokus penelitian: target dan realisasi
penerimaan retribusi jasa umum di Kabupaten
Malang tahun 2010-2013, kontribusi retribusi
jasa umum terhadap retribusi dan Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Malang tahun 20102013, mengetahui kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan optimalisasi penerimaan retribusi
jasa umum, mengetahui solusi Pemerintah
Kabupaten Malang dalam menghadapi kendala
yang ada.
Analisis
datamenetukan
besarnya
kontribusi
Realisasi jenis Retribusi Jasa Umum x 100 %
Kontribusi= Realisasi Pendapatan Asli Daerah

(Halim, 2004:163)

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Kriteria kontribusi menurut Bawasir (dalam


Rozzaq,2010:40) adalah sebagai berikut:
a. 0 % - 0,9 % =
relatif
tidak
memiliki
kontribusi
b. 1 % - 1,9 % = kurang memiliki kontribusi
c. 2 % - 2,9 % = cukup memiliki kontribusi
d. 3 % - 3,9 % = memiliki kontribusi
e. Lebih dari 4%= sangat memiliki kontribusi
Menentukan besarnya efektivitas (daya guna)
Realisasi per pos Retribusi Jasa Umum
Efektivitas=
x 100 %
Target per jenis Retribusi Jasa Umum

(Halim, 2004)

Kriteria efektivitas menurut Munir (2004:49)


adalah sebagai berikut:
a. Kurang dari 60%
= Tidak Efektif
b. 60% - 80%
= Kurang Efektif
c. 80% - 90%
= Cukup Efektif
d. 90% - 100%
= Efektif
e. Lebih dari 100%
= Sangat Efektif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Retribusi Jasa Umum Kabupaten
Malang
Efektifitas Retribusi Pelayanan Kesehatan
Dilihat
dari
persentase
efektifitas
penerimaan retribusi pelayanan kesehatan
terjadi peningkatan di setiap tahunnya dari
kriteria kurang efektif menjadi efektif, dan
kembali meningkat menjadi sangat efektif.
Untuk persentase efektifitasnya di tahun 2010
retribusi pelayanan kesehatan realisasinya
masih mencapai sekitar 74% dari target
anggaran dengan kriteria kurang efektif, lalu di
tahun 2011 efektifitas retribusi pelayanan
kesehatan mulai meningkat dengan persentase
90% dengan kriteria efektif. Di tahun 2013
terjadi peningkatan persentase menjadi sebesar
103,5% dan dikategorikan sangat efektif karena
realisasi yang dicapai melebihi target yang
ditetapkan. Namun di tahun 2012 terjadi
penurunan persentase efektifitas menjadi 70%
tetapi realisasi yang dicapai di tahun tersebut
meningkat, hanya saja tidak memenuhi target
yang ditetapkan
Tabel 1 Efektifitas Retribusi Pelayanan
Kesehatan

Purwaning selaku seksi kebersihan, pelayanan


persampahan dan kebersihan paling banyak
melayani perusahaan karena sampai akhir
tahun 2013 terdapat 224 perusahaan dan 33
pasar di seluruh Kabupaten Malang, dan untuk
kebersihan pemukiman Dinas Cipta Karya
dibantu oleh masing-masing UPTD di setiap
kecamatan untuk menarik retribusi. Kesadaran
masyarakat wajib retribusi dan adanya
kerjasama yang baik antara pemungut dan wajib
retribusi dapat membuat efektivitas penerimaan
dari tahun 2010-2013 mencapai 110,52% dan
masuk dalam kategori sangat efektif.
Tabel 2 Efektifitas Retribusi Pelayanan
Persampahan/ Kebersihan
Tahun

Target (Rp)

Realisasi
(Rp)

Efektifitas
(%)

Keterangan

2010

1.227.500.000

893.604.500

72,80

Kurang
efektif

2011

617.500.000

954.143.000

154,52

Sangat
Efektif

2012

800.000.000

976.342.500

122,04

Sangat
Efektif

2013

650.000.000

982.064.000

151,09

Sangat
Efektif

125,11

Sangat
Efektif

Rata-rata
Sumber: Data diolah(2014)

Efektifitas Retribusi Biaya Cetak KTP & Akte


Adanya penurunan target di tahun mulai
tahun 2011 disesuaikan dengan Peraturan
Daerah, menurut Ibu Umi Rahayu, S.Sos bahwa
mulai 2013 akan ada penghapusan beberapa
tarif pada biaya cetak KTP dan akte, dan di
tahun 2014 semua tarif akan dihapuskan
sehingga sejak tahun 2011 target sudah mulai
diturunkan.
Tabel 3 Efektifitas Retribusi Biaya Cetak KTP
& Akte
Tahun

Target (Rp)

Realisasi
(Rp)

Efektifi
tas (%)

Keterangan

2010

1.227.500.000

893.604.500

72,80

Kurang
efektif

2011

617.500.000

954.143.000

154,52

Sangat
Efektif

2012

800.000.000

976.342.500

122,04

Sangat
Efektif

2013

650.000.000

982.064.000

151,09

Sangat
Efektif

125,11

Sangat
Efektif

Rata-rata
Sumber: Data diolah(2014)

Tahun

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Efektifi
tas (%)

Keterangan

Kurang
efektif

2010

14.579.038.700

10.930.959.336

74,98

2011

14.579.038.700

13.200.385.892

90,54

2012

25.525.299.316

18.120.322.090

70,99

2013

8.124.633.000

8.409.235.000

103,50

Rata-rata

85

Efektif
Kurang
Efektif
Sangat
Efektif
Cukup
Efektif

Sumber: Data diolah(2014)

Efektifitas Retribusi Pelayanan Persampahan/


Kebersihan
Dilihat dari realisasi yang dicapai selalu
meningkat dan selalu melebihi dari target yang
ditetapkan sehingga setiap tahun masuk dalam
kategori sangat efektif. Menurut ibu Wahyu

Selain karena adanya penghapusan tarif


yang akan dilaksanakan di tahun 2014, target di
tahun 2011 juga disesuaikan dengan realisasi
penerimaan tahun 2010 karena tingkat
efektivitas di tahun 2010 hanya mencapai
72,80% dan masuk dalam kategori kurang
efektif. Sehingga target di tahun 2011
dikurangkan mencapai Rp 610.000.000 dari
target tahun 2010. Dan tahun 2011 realisasi
tercapai dari target hingga Rp 336.643.000 dan
tingkat efektivitas meningkat hingg 81,72% dari
tahun 2010. Lalu di tahun berikutnya yaitu
tahun 2012 dan 2013, realisasi selalu mencapai
bahkan melebihi target yang telah ditetapkan
sehingga masuk dalam kategori sangat efektif.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Efektifitas Retribusi Pelayanan Pemakaman


dan Pengabuan Mayat
Pada tahun 2010 realisasi melebihi target
yang ditetapkan hanya melebihi sedikit
sehingga persentase yang dicapai hanya sebesar
100,07%. Mulai tahun 2011 sampai 2013 realisasi
yang dicapai cukup jauh melebihi target yang
ditetapkan sehingga persentase yang dicapai
sekitar 120% dan masuk dalam kategori sangat
efektif. Menurut ibu Vonny selaku bendahara
penerimaan retribusi pemakaman terdapat 16
makam dan hanya makam cina saja yang ditarik
retribusinya itu berarti terdapat 16 yayasan yang
mengurus tiap makam tersebut, sedangkan
untuk makam umum tidak ditarik. Selama
empat periode ini seluruh yayasan yang
mengurus makam cina tersebut dapat
bekerjasama dengan baik sehingga tingkat
efektivitas retribusi pemakaman selama tahun
2010-2013 mencapai 114,50%.
Tabel 4 Efektifitas Retribusi Pelayanan
Pemakaman dan Pengabuan Mayat
Tahu
n
2010
2011
2012
2013

Target
(Rp)
170.000.00
0
170.000.00
0
195.000.00
0
250.000.00
0
Rata-rata

Realisasi
(Rp)
170.111.40
0
204.011.00
0
243.666.45
0
282.411.25
0

Efektifita
s (%)
100,07
120,01
124,96
112,96
114,50

Keteranga
n
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
Efektif

Sumber: Data diolah(2014)

Efektifitas Retribusi Parkir di Tepi Jalan


Umum
Dilihat dari persentase efektifitas retribusi
parkir di tepi jalan umum sudah memenuhi
target anggaran. Tingkat persentese sempat
mengalami penurunan menjadi 87,73% dari
100,22%. Setelah penurunan terebut persentase
di tahun berikutnya kembali meningkat yaitu
sebesar 100,19% dan 100,76%. Rata-rata
efektivitas penerimaan parkir di tepi jalan
umum hanya mencapai 97.22% dan masuk
kategori efektif. Menurut bapak Andhy Dwi, ST.
M.Si selaku seksi ketertiban perparkiran total
lokasi parkir yang ada di Kabupaten Malang
terdapat 776 tempat parkir yang terdiri dari 147
tempat khusus parkir dan 629 parkir di tepi
jalan umum. jika terdapat 629 parkir di tepi jalan
umum maka kurang lebih Dinas Perhubungan
memperkerjakan kurang lebih 629 juru parkir,
dan pembagian pendapatan yang telah disetujui
antara juru parkir dan Dinas perhubungan
adalah 40% pendapatan parkir diserahkan oleh
masing-masing UPT dan 60% pendapatan parkir
untuk juru parkir itu sendiri.

Tabel 5 Efektifitas Retribusi Parkir di Tepi


Jalan Umum
Tahun

Target (Rp)

Realisasi
(Rp)

Efektifitas
(%)

Keterangan

2010

500.000.000

501.121.000

100,22

Sangat
efektif

2011

750.000.000

657.977.500

87,73

2012

940.000.000

941.751.000

100,19

2013

1.000.000.000

1.007.581.000

100,76

Rata-rata

97,22

Efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Efektif

Sumber: Data diolah(2014)

Efektifitas Retribusi Pelayanan Pasar


Efektifitas penerimaan retribusi pelayanan
pasar sempat tidak memenuhi target tetapi
masuk dalam kategori efektif karena persentase
yang dicapai sebesar 99,61%. Lalu di tahun 2011
sampai 2013 realisasi yang dicapai selalu
melebihi target walaupun tidak tarlampau
banyak dengan rata-rata persentase 102,42% dan
sudah memasuki kategori sangat efektif.
Tabel 6 Efektifitas Retribusi Pelayanan Pasar
Tahun

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Efektifitas
(%)

Keterangan

2010

4.112.500.000

4.096.368.105

99,61

Efektif

2011

4.150.000.000

4.308.512.950

103,82

Sangat
efektif

2012

4.865.000.000

4.919.286.650

101,12

Sangat
efektif

2013

5.015.000,.000

5.132.491.650

102,34

Sangat
efektif

101,72

Sangat
Efektif

Rata-rata
Sumber: Data diolah(2014)

Menurut bapak Ngariono selaku kepala


seksi pendapatan pasar terdapat 33 pasar yang
terdiri dari 19 pasar hewan, 12 pasar tradisional,
dan 1 pasar desa. Khusus untuk pasar desa
target setiap tahunnya mencapai Rp 45,000,000
dan terdapat pembagian pendapatan antara
desa dan kabupaten, 40% pendapatan pasar
desa dialokasikan untuk desa dan 60%
pendapatan pasar desa untuk kabupaten.
Efektifitas Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor
Dilihat dari persentase efektifitas retribusi
pengujian
kendaraan
bermotor
selalu
mengalami peningkatan, hanya saja di tahun
2013 mengalami penurunan persentase dari
112,5%
menjadi
103,77%.
Tabel
diatas
menunjukan tingkat penerimaan. Menurut data
yang diberikan oleh bapak Tri Hermanto selaku
kepala UPT dinas pengujian kendaraan
bermotor terdapat 44.931 kendaraan yang lulus
uji di akhir tahun 2013, dan setiap tahunnya
mobil barang merupakan kendaraan wajib uji
yang paling banyak dan mencapai 39.357 mobil
barang di akhir tahun 2013. Rata-rata efektivitas
penerimaan retribusi pengujian kendaraan
bermotor selama tahun 2010-2013 mencapai
106.53% dan setiap tahunnya penerimaan selalu
melebihi dari target yang ditetapkan.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Tabel 7 Efektifitas
Kendaraan Bermotor

Retribusi

Pengujian

Tahun

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Efektifi
tas (%)

2010

1.210.000.000

1.215.464.500

100,45

2011

1.600.000.000

1.750.110.500

109,38

2012

2.400.000.000

2.700.017.600

112,50

2013

2.750.000.000

2.853.778.200

103,77

Rata-rata

106,53

Keterang
an
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
Efektif

Tabel 9 Rata-rata efektivitas retribusi jasa


umum
Tahun

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Efektifitas
(%)

2010

22.144.038,700

18.259.853.541

82,46

2011

22.843.538,700

23.312.346.042

102,05

2012

37.040.299,316

30.833.878.289

83,24

2013

40.670.301,000

36.257.447.807

89,15

Rata-rata

89,23

Keterangan
Cukup
efektif
Sangat
efektif
Cukup
efektif
Cukup
efektif
Cukup
efektif

Sumber: Data diolah(2014)

Sumber: Data diolah(2014)

Efektifitas Retribusi Pengendalian Menara


Telekomunikasi
Persentase
efektifitas
retribusi
pengendalian menara telekomunikasi paling
melonjak tajam di tahun 2011 yang mencapai
hingga 331,23%, adanya pencapaian tersebut
dikarenakan Bidang Telekomunikasi dan
Informasi belum dapat menentukan target dan
realisasi yang dicapai ternyata jauh melebihi
dari target. Tahun 2012 target mulai disesuaikan
dengan penerimaan di tahun sebelumnya,
sehingga persentase yang dicapai tidak sebesar
di tahun 2011 namun penerimaan yang
diperoleh di tahun 2012 dan 2013 juga cukup
jauh melebihi dari target yang ditetapkan. Di
tahun 2013 terjadi sedikit penurunan persentase
dan penerimaan dari 133,7% menjadi 122,05%.
Setiap
tahunnya
efektifitas
retribusi
pengendalian menara telekomunikasi masuk
dalam kategori sangat efektif walaupun ada
penurunan di tahun 2013.
Tabel 8 Efektifitas Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi

Kontribusi Retribusi Jasa Umum Kabupaten


Malang
Kontribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan
Data pada tabel diketahui bahwa kontribusi
retribusi pelayanan kesehatan terhadap PAD
selama tahu 2010-2013 memiliki tingkat
kontribusi yang kecil, yaitu dengan kisaran
tingkat kontribusi antara 1,9% hingga 3% saja.
Penerimaan PAD dari retribusi pelayanan
kesehatan dilihat dari target dan realisasi cukup
baik, hanya saja di tahun 2013 penerimaan
realisasi
retribusi
pelayanan
kesehatan
mengalami penurunan dari target yang
dianggarkan.
Tabel 10Kontribusi Retribusi Pelayanan
Kesehatan

2010

Efektifi
tas (%)
-

2011

525.000.000

1.738.950.000

331,23

2012

1.750.000.000

2.427.300.000

138,70

2013

2.000.000.000

2.440.950.000

122,05

Tahun

Target (Rp)

Rata-rata

Realisasi (Rp)

197,33

Keterang
an
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif
Sangat
efektif

Sumber: Data diolah(2014)

Rata-rata efektivitas retribusi jasa umum


Efektivitas penerimaan retribusi jasa umum
mencapai 89.23% dan masuk dalam kategori
cukup efektif. Jika melihat beberapa tabel diatas
terdapat beberapa retribusi jasa umum yang
realisasinya belum mencapai target sehingga
dapat menurunkan keseluruhan dari tingkat
efektivitas retribusi jasa umum. Namun dari
tabel 27, dapat dilihat di tahun 2010 dan 2012
realisasi yang tidak mencapai target, di tahun
selanjutnya yaitu 2011 dan 2013 penerimaan
kembali melebihi target.

Tahun

2010
2011
2012
2013

Realisasi
Retribusi(Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

10,930,959,336

133,603,259,814

13,200,385,892

172,333,335,997

18,120,322,090

197,253,958,804

8,409,235,000

260,576,023,517

Kontribusi
(%)
8.18
7.66
9.19
3.23

Rata-rata

7.06

Kriteria
Kontribusi

Sangat
Berkontribusi
Sangat
Berkontribusi
Sangat
Berkontribusi
Sangat
Berkontribusi
Sangat
Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Hal ini tentu mempengaruhi kontribusi


retribusi pelayanan kesehatan terhadap PAD
yaitu hanya sebesar 1,97% dan masuk dalam
kriteria kurang memiliki kontribusi. Penurunan
yang drastis pada penerimaan retribusi
pelayanan daerah di tahun 2013 dikarenakan
pada tahun 2013 tersebut penerimaan retribusi
pelayanan kesehatan sudah tidak termasuk
menjadi pelayanan kesehatan, dan dipisah
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Lawang, Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal),
dan Asuransi Kesehatan (Askes).
Kontribusi
Retribusi
Persampahan/
Kebersihan
Penerimaan retribusi persampahan yang
setiap tahunnya selalu mencapai dari target
yang ditetapkan ternyata belum memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah
yang memiliki penerimaan cukup besar setiap
tahunnya. Menurut ibu Wahyu Purwaning
selama realisasi penerimaan sudah mencapai
target maka dapat dikatakan dinas yang

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

mengurus retribusi tersebut telah lulus uji.


Walaupun retribusi persampahan belum
memberikan kontribusi namun retribusi ini
setiap tahunnya tidak pernah ada kendala
dalam pemungutan dan penerimaan.
Tabel 11Kontribusi Retribusi Persampahan/
Kebersihan
Tahun

Realisasi
Retribusi
(Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kont
ribu
si
(%)

2010

301.708.200

133.603.259.814

0,23

2011

346.075.700

172.333.335.997

0,20

2012

345.142.000

197.253.958.804

0,17

2013

361.551.400

260.576.023.517

0,14

Rata-rata

Kriteria
Kontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi

0,19

Sumber: Data diolah(2014)

Kontribusi Retribusi Biaya Cetak KTP dan


Akte
Realisasi retribusi biaya cetak KTP dan akte
paling besar terdapat di tahun 2013 yaitu
sebesar. sedangkan untuk persentase kontribusi
paling besar terdapat di tahun 2010 yaitu
sebesar 0,67%. Dari data diatas dapat dilihat
bahwa kontribusi retribusi biaya cetak KTP dan
akte selama tahun 2010-2013 terus mengalami
penurunan, walaupun penerimaannya tiap
tahun meningkat. Kontribusi paling rendah
terdapat di tahun 2013 yaitu 0,38%.
Tabel 12Kontribusi Retribusi Biaya Cetak KTP
dan Akte
Tahun

Realisasi
Retribusi (Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kont
ribus
i (%)

2010

893.604.500

133.603.259.814

0,67

2011

954.143.000

172.333.335.997

0,55

2012

976.342.500

197.253.958.804

0,49

2013

982.064.000

260.576.023.517

0,38

Rata-rata

0,52

Kriteria
Kontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Kontribusi
Retribusi
Pemakaman
dan
Pengabuan Mayat
Data pada tabel diketahui bahwa kontribsi
retribusi pemakaman dan pengabuan mayat
terhadap PAD selama tahun 2010-2013 memiliki
tingkat kontribusi yang kecil. Tingkat kontribusi
yang dicapai hanya mencakup persentase
kisaran 0,11% hingga 0,13%. Penerimaan PAD
dari retribusi pemakaman dan pengabuan
mayat fluktuaktif dalam empat tahun terakhir
dilihat dari target dan realisasi cukup baik,
hanya di tahun 2011 dan 2013 mengalami
penurunan persentase kontribusi ke PAD.

Tabel 13Kontribusi Retribusi Pemakaman dan


Pengabuan Mayat
Tahun

Realisasi
Retribusi(Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kontribusi
(%)

2010

170.111.400

133.603.259,814

0,13

2011

204.011.000

172.333.335,997

0,12

2012

243.666.450

197.253.958,804

0,12

2013

282.411.250

260.576.023,517

0,11

Rata-rata

0,12

Kriteria
Kontribu
si
Tidak
Berkontr
ibusi
Tidak
Berkontr
ibusi
Tidak
Berkontr
ibusi
Tidak
Berkontr
ibusi
Tidak
Berkontr
ibusi

Sumber: Data diolah(2014)

Kontribusi Retribusi Parkir di Tepi Jalan


Umum
Penerimaan PAD dari retribusi parkir di
tepi jalan umum dari data di atas dapat
mengindikasikan adanya kontribusi yang
fluktuaktif. Kontribusi retribusi parkir di tepi
jalan umum megalami peningkatan hanya di
tahun 2012 yaitu dari 0,38% menjadi 0,48%.
Sedangkan untuk realisasi penerimaan paling
besar terdapat di tahun 2013 yaitu sebesar Rp
1.007.581.000.
Tabel 14Kontribusi Retribusi Parkir di Tepi
Jalan Umum
Tahun

Realisasi
Retribusi
(Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kontribu
si (%)

2010

501.121,000

133.603.259,814

0,38

2011

657.977,500

172.333.335,997

0,38

2012

941.751,000

197.253.958,804

0,48

2013

1.007.581.000

260.576.023.517

0,39

Rata-rata

0,41

Kriteria
Kontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar


Penerimaan PAD dari retribusi pelayanan
pasar mulai tahun 2010-2013 terus mengalami
peningkatan, namun persentase kontribusi
retribusi pelayanan pasar terhadap PAD setiap
tahunnya mengalami persentase.
Tabel 15 Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar
Tahun

Realisasi
Retribusi
(Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kontrib
usi (%)

2010

4.096.368.105

133.603.259.814

3,07

2011

4.308.512,950

172.333.335.997

2,50

2012

4.919.286,650

197.253.958.804

2,49

2013

5.132.491,650

260.576.023.517

1,97

Rata-rata

2,51

Kriteria
Kontribusi
Memiliki
Kontribusi
Cukup
Berkontribusi
Cukup
Berkontribusi
Cukup
Berkontribusi
Cukup
Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Kontribusi tertinggi terdapat di tahun 2010


yaitu sebesar 3,07%, dan persentase terendah di
tahun 2013 yang menurun menjadi 1,97%. Hasil
kontribusi
dengan
realisasi
penerimaan
berbanding terbalik, jika di tahun 2013
kontribusinya yang paling kecil. Maka di tahun

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

2013 realisasi penerimaan retribusi ini sangat


besar karena mencapai Rp 5.132.491.650 dan
penerimaan di tahun 2013 adalah penerimaan
yang paling besar dari tahun sebelumnya.
Kontribusi Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor
Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
mencapai 0,35% dari tahun 2011. Menurut data
yang diberikan oleh bapak Tri Hermanto jumlah
kendaraan lulus uji dari tahun 2010 adalah
37.669 kendaraan, tahun 2011 terdapat 40.085
kendaraan, tahun 2012 terdapat 42.150
kendaraan, dan tahun 2013 terdapat 44.931
kendaraan. Namun jumlah kendaraan lulus uji
yang meningkat setiap tahun masih belum
memberikan kontribusi terhadap PAD, hal ini
dikarenakan target dan realisasi PAD yang terus
meningkat.
Tabel 16 Kontribusi Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor
Tahun

Realisasi
Retribusi (Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kont
ribus
i (%)

2010

1.215.464.500

133.603.259.814

0,91

2011

1.750.110.500

172.333.335.997

1,02

2012

2.700.017.600

197.253.958.804

1,37

2013

2.853.778.200

260.576.023.517

1,10

Rata-rata

1,10

Kriteria
Kontribusi
Tidak
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi

Kontribusi Retribusi Pengendalian Menara


Telekomunikasi
Retribusi
pengendalian
menara
telekomunikasi di Kabupaten Malang baru
mulai dipungut di tahun 2011.
Tabel 17 Kontribusi Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi
Tahun

Realisasi
Retribusi (Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kont
ribus
i (%)

Kriteria
Kontribusi

2010

Tidak
Berkontribusi

2011

1.738.950.000

172.333.335.997

1,01

2012

2.427.300.000

197.253.958.804

1,23

2013

2.440.950.000

260.576.023.517

0,94
1,06

Tahun

Realisasi
Retribusi (Rp)

Realisasi PAD
(Rp)

Kontri
busi
(%)

Kriteria Kontribusi

2010

18.259.853.541

133.603.259.814

13,67

Sangat Berkontribusi

2011

23.312.346.042

172.333.335.997

13,53

2012

30.838.878.289

197.253.958.804

15,63

Sangat Berkontribusi

2013

36.257.447.807

260.576.023.517

13,91

Sangat Berkontribusi

14,19

Sangat Berkontribusi

Rata-rata

Sangat Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Sumber: Data diolah(2014)

Rata-rata

dalam system Negara Kesatuan Republik


Indonesia (UU No. 32 Tahun 2004). Dapat
dilihat dari kontribusi retribusi jasa umum
terhadap pendapatan asli daerah mengalami
fluktuaktif. Di tahun 2012 terjadi peningkatan
mencapai 2,10% dari tahun 2011, namun
sayangnya di tahun 2013 terjadi penurunan
kembali menjadi 13,91%. penurunan disebabkan
karena fluktuaktifnya penerimaan retribusi jasa
umum
setiap
tahunnya
dan
selalu
meningkatnya target serta realisasi dari PAD itu
sendiri.
Tabel 18 Rata-rata kontribusi retribusi jasa
umum

Kurang
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi
Tidak
Berkontribusi
Kurang
Berkontribusi

Sumber: Data diolah(2014)

Pemungutan retribusi ini berdasarkan


dengan Undang-Undang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah No. 28 Tahun 2009 dan Perda
No. 10 Tahun 2010. Realisasi yang dicapai selalu
melebihi target yang ditetapkan. Namun dengan
pencapaian realisasi, retribusi pengendalian
menara telekomunikasi masih tergolong kurang
memiliki kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah dengan rata-rata kontribusi hanya 1,06%.
Rata-rata kontribusi retribusi jasa umum
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

Kendala Optimalisasi Penerimaan Retribusi


Jasa Umum dalam Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Malang
1. Kurangnya kesadaran wajib retribusi
untuk menyetorkan retribusi
Kesadaran wajib retribusi dalam
menyetorkan retribusi juga terlihat kurang
pada jenis retribusi biaya cetak KTP dan
akte. Kurangnya pengetahuan masyarakat
dalam membuat akte serta KTP juga
mempengaruhi penerimaan retribusi biaya
cetak akte dan KTP, karena dalam
pencetakan KTP serta akte dikenakan biaya
retribusi sehingga kurangnya kesadaran
masyarakat dalam membuat akte dan KTP
dapat menurunkan penerimaan retribusi
biaya cetak akte dan KTP. Masih ada
beberapa desa yang masyarakatnya sama
sekali tidak memiliki kartu identitas dan
akte karena mereka tidak tahu bahwa kartu
identitas dan akte sangatlah penting.
2. Kecurangan yang dilakukan wajib retribusi
Adanya kecurangan yang dilakukan
wajib retribusi untuk membayar retribusi
tidak sesuai dengan objek retribusinya agar
tarif retribusi yang dibayarkan lebih kecil
dibanding yang seharusnya dibayarkan
dirasakan
Dinas
Perhubungan,
Telekomunikasi dan Informasi dalam
menangani retribusi pengendalian menara
telekomunikasi. Adanya masalah penyetoran
di akhir tahun juga merupakan salah satu
kendala terbesar yang dihadapi pada Dinas
Pasar sehingga Dinas Pasar Kabupaten
Malang tersangkut masalah dengan Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) karena ada
masalah kurang bayar.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

3. Kurang maksimalnya kinerja pegawai


Salah satu faktor penghambat yang
menyebabkan
kurangnya
optimalisasi
penerimaan retribusi jasa umum adalah
kurang maksimalnya kinerja pegawai dinas
dan kurangnya personil pada UPT pengujian
kendaraan bermotor yang hanya memiliki 17
karyawan dan setiap harinya kurang lebih
menangani 180 kendaraan wajib uji sehingga
memperlambat proses penarikan.
4. Penggalian Potensi Retribusi Belum
Optimal
Kendala yang dihadapi oleh dinas
terkait retribusi jasa umum salah satunya
merupakan penggalian potensi retribusi jasa
umum oleh pemerintah Kabupaten Malang
yang belum optimal. Adanya pemungutan
retribusi yang hanya 8 dari 10 retribusi yang
seharusnya dipungut sesuai dengan Perda
No. 10 Tahun 2010 pasal 2 tentang ruang
lingkup retribusi jasa umum, membuktikan
kurangnya optimalisasi dalam pemungutan
dan penerimaan retribusi jasa umum
Kabupaten Malang.
Upaya Optimalisasi Penerimaan Retribusi Jasa
Umum Kabupaten Malang
Intensifikasi
Optimalisasi penerimaan yang dilakukan
dinas-dinas di Kabupaten Malang dalam
meningkatkan penerimaan retribusi jasa umum
salah satunya dengan cara intensifikasi
pemungutan retribusi. Intensifikasi sebagai
upaya dan cara yang digunakan oleh dinas yang
terkait dengan retribusi jasa umum untuk
meningkatkan target dan realisasi penerimaan
retribusi jasa umum di Kabupaten Malang.
Upaya intensifikasi yang dilakukan berupa:
1) Jemput Bola, yang dilaksanakan oleh
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
dalam mensosialisasikan KTP dan akte
hingga
ke
peloso
desa
agar
mempermudah masyarakat desa dalam
membuat KTP dan akte. Selain itu
terdapat Dinas Pasar yang mengutus
pemungut untuk memungut langsung
retribusi pelayanan pasar dari pedagangpedagang.
Strategi
jemput
bola
dilaksanakan cukup berbeda oleh Dinas
Perhubungan dan Dinas Cipta Karya,
kedua
dinas
tersebut
cukup
menghubungi provider dan yayasan
pengelola makam.
2) Penegakan
Peraturan,
strategi
ini
dilaksanakan
UPTD
pengujian
kendaraan bermotor dengan membuat
kebijakan Numpang Uji. Selain itu
adanya penegakan sanksi yang tegas dari
seluruh dinas yaitu berupa denda 2%
perbulan sesuai dengan Perda No. 10
Tahun 2010.

3) Peningkatan Kualitas SDM, dalam


melaksanakan strategi ini adanya
pelatihan
yang
diberikan
untuk
karyawan di setiap dinas Kabupaten
Malang.
Ekstensifikasi
Optimalisasi penerimaan yang dilakukan
dinas-dinas di Kabupaten Malang dalam
meningkatkan penerimaan retribusi jasa umum
selain dengan cara intensifikasi, dinas juga
menerapkan
program
ekstensifikasi
pemungutan retribusi. Ekstensifikasi sebagai
upaya dan cara yang digunakan oleh dinas yang
terkait dengan retribusi jasa umum untuk
meningkatkan target dan realisasi penerimaan
retribusi jasa umum di Kabupaten Malang.
Upaya ekstensifikasi yang dilakukan berupa:
1) Peningkatan Sosialisasi, strategi tersebut
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan,
Telekomunikasi, dan Informasi yang
menjalin komunikasi yang baik dengan
provider sehingga sangat membantu
dalam proses peninjauan maupun
pengawasan. Strategi sosialisasi juga
dilaksanakan oleh Dinas Pasar dalam
mensosialisasikan adanya perubahan
tarif yang akan berlaku dan sosialisasi
adanya pasar sehat di kecamatan
Karangploso juga dilakukan untuk
menarik minat belanja masyarakat untuk
kembali berbelanja di pasar tradisional.
2) Survey Lapagan, strategi ini merupakan
salah satu faktor penting dalam
ekstensifikasi.
Dengan
adanya
pengawasan terjun langsung ke lapangan
dapat meminimalkan penyelewengan
keuangan.
Dinas
Perhubungan,
Telekomunikasi
dan
Informasi
melaksanakan strategi tersebut agar
aparat pemungut dapat mengetahui
kebenaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Realisasi penerimaan retribusi jasa umum
selama tahun 2010 hingga 2013 cenderung
fluktuatif, di tahun 2010 realisasi retribusi
jasa umum yang didapatkan sebesar Rp
18.144.437.071 dengan target yang telah
ditetapkan sebesar Rp 22.134.038.700. Lalu di
tahun 2011 adanya peningkatan target juga
dapat diikuti dan dicapai dengan realisasi
sebesar Rp 23.195.326.542. Pada tahun 2012,
kenaikan target menjadi Rp 36.815.299.316
belum
dapat
diseimbangkan
dengan
pencapaian realisasi yang diterima sebesar
Rp 30.708.878.290. Dan di akhir tahun 2013
target retribusi jasa umum kembali
diturunkan menjadi Rp 20.144.633.000 dan
realisasi dapat dicapai dengan perolehan Rp
21.505.132.500.
2. Retribusi
jasa
umum
merupakan
penyumbang penerimaan yang paling besar
di retribusi daerah, ini terlihat dari laporan

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

keuangan di tahun 2010 sampai 2013.


Efektivitas penerimaan retribusi jasa umum
Kabupaten Malang selama periode 2010-2013
mengalami kenaikan dan penurunan dengan
rata-rata
persentase
sebesar
89.23%.
Berdasarkan
hasil
analisis
persentase
efektivitas penerimaan retribusi jasa umum
Kabupaten Malang selama periode 2010-2013
sudah cukup efektif bahkan ada di beberapa
pos yang sudah sangat efektif. Tingkat
kontribusi retribusi jasa umum Kabupaten
Malang periode 2010-2013 kurang dapat
memberikan kontribusi yang baik untuk
Pendapatan Asli Daerah. Realisasi di
beberapa pos sudah mencapai atau melebihi
target, namun jika dibandingkan realisasi
antar pos retribusi jasa umum dengan
realisasi Pendapatan Asli Daerah kurang
memberikan kontribusi. Selama periode
2010-2013 rata-rata persentase kontribusi
retribusi jasa umum terhadap Pendapatan
Asli Daerah sebesar 14.19%.
3. Dalam
melaksanakan
optimalisasi
penerimaan retribusi jasa umum, terdapat
kendala
yang
menghambat
proses
pelaksanaan
pemungutan
sehingga
menurunnya penerimaan sektor retribusi jasa
umum. Kendala yang menghambat adalah
kurangnya kesadaran wajib retribusi untuk
membayarkan
kewajiban
retribusinya,
kecurangan yang dilakukan wajib retribusi
seperti memalsukan jumlah objek yang
menjadi tanggungan retribusi, dan kurang
maksimalnya kinerja pegawai beberapa
dinas seperti pada UPTD pengujian
kendaraan bermotor.
4. Dinas yang terkait dengan retribusi jasa
umum seperti Dinas Kesehatan; Dinas Cipta
Karya
dan
Tata
Ruang;
Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil; Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika;
dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Pasar; serta Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) melakukan
optimalisasi penerimaan retribusi jasa umum
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
pendapatan asli daerah di Kabupaten
Malang. Upaya optimalisasi yang dilakukan
melalui dua cara yaitu intensifikasi dan
ekstensifikasi.
Saran
1. Dalam meningkatkan penerimaan retribusi
jasa umum diharapkan adanya kerjasama
yang baik antara Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) dengan dinasdinas yang terkait dengan retribusi jasa
umum
melalui
intensifikasi
dengan
memperbaiki sistem pemungutan melalui
inovasi dan langkah-langkah baru misalnya
memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada
wajib
retribusi,
melakukan
penyederhanaan proses administrasi, dan
perubahan
terhadap
pengenaan
tarif

retribusi agar tidak memberatkan wajib


retribusi.
2. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) sebagai salah satu dinas yang
berwenang
untuk
menetapkan
target
penerimaan retribusi daerah setiap tahunnya
untuk
melaksanakan
evaluasi
dalam
penetapan target penerimaan. Dilihat pada
beberapa pos retribusi jasa umum cukup
kesulitan dengan adanya kenaikan target
setiap
tahunnya
sehingga
realisasi
penerimaan yang dicapai tidak memenuhi
target walaupun realisasi yang dicapai telah
meningkat dari tahun sebelumnya.
3. Adanya sistem reward and punishment yang
jelas dan ketat untuk pegawai dinas yang
terkait dengan retribusi jasa umum. Dinas
pemerintahan perlu mengadopsi sistem dari
sektor swasta untuk meningkatkan kinerja
yang optimal dari pemungut retribusi.
Dengan adanya sistem ini pegawai
mempunyai semangat untuk bekerja secara
optimal jika ingin mendapatkan reward
berupa bonus atau insentif jika dinas pada
pos
retribusi
tersebut
memperoleh
penerimaan yang melebihi target yang telah
ditentukan,
dan
akan
menghindari
punishment dengan tidak diberinya insentif
atau bonus jika kinerjanya kurang maksimal.
Hal ini dirasa mampu dalam mendukung
pengoptimalan penerimaan retribusi jasa
umum.
4. Adanya ketegasan sanksi yang berlaku bagi
wajib retribusi yang tidak menjalankan
kewajiban membayar retribusinya. Selama
ini ketegasan dalam menerapkan sanksi
masih kurang sehingga wajib retribusi
seperti pedagang pasar dapat seenaknya
sendiri tidak membayar retribusi pelayanan
pasar. Maka dari itu pengenaan sanksi 2%
perbulan menurut pada Perda No.10 Tahun
2010 harus diterapkan dengan tegas kepada

siapapun sebagai wajib retribusi.


5. Pemerintah daerah Kabupaten Malang perlu
menggali potensi penerimaan retribusi sesuai
dengan Perda No.10 Tahun 2010 tentang
Retribusi Jasa Umum. Hal tersebut
mengingat 2 retribusi yaitu retribusi biaya
cetak peta dan retribusi pelayanan tera tidak
dipungut karena tidak memiliki potensi dan
belum memiliki sarana alat ukur untuk
pelayanan tera. Berdasarkan Hal tersebut
DPPKA
Kabupaten
Malang
perlu
mengalokasikan dana untuk penyediaan alat
ukur tera sehingga retribusi pelayanan tera
dapat dipungut. Sedangkan retribusi biaya
cetak peta perlu dilakukan survey ulang
mengenai potensi yang ada pada retribusi
tersebut. Selama ini retribusi biaya cetak
dianggap memiliki potensi yang kecil
sehingga retribusi tersebut tidak dipungut.
Jadi sudah seharusnya potensi retribusi biaya
cetak peta dilakukan peninjauan kembali.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjowijoto, Riyanto Nugroho. 2000. Otonomi
Daerah, Otonomi Tanda Revolusi: Kajian
dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Fauziah, Isfatul. 2014. Analisis Kontribusi
Penerimaan Pajak Daerah Sebagai Salah
Satu Sumber PAD Kabupaten Malang.
Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Halim,

Abdul. 2004. Manajemen Keuangan


Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN Bunga Rampal

Kaho, Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah


di Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Mamesah. 1995. Sistem Administrasi Keuangan
Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Mardiasmo. 2002. Perpajakan Edisi Revisi 2002.
Yogyakarta: Andi
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Munir, Dasril., Henry Arys Djuanda. 2004.
Kebijakan dan Manajemen Keuangan
Daerah. Yogyakarta: YPAPI.
Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 10
Tahun 2010 tentang Ruang Lingkup
Retribusi Jasa Umum.
Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000
tentang
Pengelolaan
dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Prameka, Adelia Shabrina. 2013. Kontribusi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten
Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal
dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunarto. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah.
Yogyakarta: AMUS dan Citra Pustaka.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.
Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Indonesia,
Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 4 No. 1 Maret 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

10

Anda mungkin juga menyukai