Anda di halaman 1dari 23

Kajian Pembangunan Kawasan Perbatasan

Indonesia-Malaysia
di Kec. Entikong, Kab. Sanggau, Prov. KalBar
dikaitkan dengan Teori Pendekatan Perencanaan

Kelompok 1:
Shahnaz Acrydiena
Wanti Andarini
Marsista Buana Putri
Abbima Indra N
Sigit Dwi Kuncoro
Nadia Gita Shawma

Outline
1
2

3
4

LATAR BELAKANG
GAMBARAN UMUM WILAYAH KEC. ENTIKONG, KAB. SANGGAU
POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH ENTIKONG DAN DUKUNGAN DARI
PEMERINTAH PUSAT

ANALISIS SEBAB - AKIBAT PERMASALAHAN DI ENTIKONG

KESESUAIAN ANTARA PENDEKATAN TOP-DOWN DAN TEORI RASIONAL


KOMPREHENSIF DENGAN KEBUTUHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI
ENTIKONG

KESIMPULAN

REKOMENDASI

LATAR BELAKANG

Kondisi Umum Pengembangan


Kawasan Perbatasan di Indonesia
Masalah perbatasan belum mendapat perhatian yang cukup dari
pemerintah
Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang lebih mengarah
kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan
potensial
Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai
halaman belakang wilayah NKRI masih dipegang
Kondisi kawasan perbatasan saat ini yang tersolir dan tertinggal dari
sisi sosial dan ekonomi.
Persepsi penanganan kawasan perbatasan didominasi pandangan
untuk mengamankan perbatasan dari potensi ancaman dari luar
(external threat)
pengelolaan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan
melalui optimalisasi potensi sumberdaya alam kurang mendapat
perhatian
Pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari negara tetangga

Peta 9 lokasi kawasan perbatasan


dan sebaran 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di Perbatasan

GAMBARAN UMUM WILAYAH


ENTIKONG

Peta lokasi Kecamatan Entikong

Profil Wilayah Entikong


Berbatasan langsung dengan Tebedu, Negara bagian Serawak,
Malaysia
memiliki luas 506,89 km2
jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 14558 jiwa dan
kepadatan penduduk brutto adalah 28,72 jiwa/km2.
Secara administratif terdiri dari 5 desa dan 18 dusun.
Berjarak kurang lebih 147 km dari Ibukota Kabupaten Sanggau
Prasarana yang telah ada terdiri dari jalan Negara 14,5 km, jalan
kabupaten 41,7 km, jalan desa 83,37 km.
Sarana pendidikan terdiri dari 1 unit TK, 18 unit SD/MI, 2 unit
SLTP dan 2 unit SMK. Sarana kesehatan terdiri dari 1 unit
puskesmas dan 1 unit puskesmas pembantu.
Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di Kecamatan Entikong
adalah 9,51% per tahun

POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH


DAN DUKUNGAN DARI PEMERINTAH

Kedudukan kawasan perbatasan


(khususnya Entikong) dalam
Perencanaan Nasional
Instruksi Presiden Pembangunan kawasan perbatasan
merupakan salah satu komitmen dan kebijakan
pembangunan yang telah digariskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20042025
UU Penataan Ruang 26/2007 menetapkan Kawasan
Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) Katulistiwa
sebagai Kawasan Strategis Nasional dengan Entikong
sebagai pusat pertumbuhan
Dalam Rencana Tata Ruang KASABA (KalimantanSarawak-Sabah) Entikong ditetapkan sebagai salah satu
kutub pertumbuhan

Potensi Pengembangan Kawasan Entikong


Kawasan Entikong merupakan kawasan perbatasan yang
paling tinggi aktivitas ekonominya di sepanjang Kalimantan
BaratSarawak
sektor perdagangan yang tumbuh akibat terbukanya pintu
lintas batas formal EntikongTebedu (Sarawak)
Sebagai pintu lintas batas, kawasan ini menjadi pintu masuk
dan pintu keluar bagi arus perdagangan yang terjadi antar
wilayah, serta menjadi lokasi yang strategis bagi kegiatan
perekonomian
Entikong akan dikembangkan menjadi Border Development
Center (BDC). Untuk mendukung aktivitas perdagangan 2 (dua)
negara Indonesia Malaysia
Direncanakan akan dibangun beberapa fasilitas pendukung di
sekitar kawasan, yang diantaranya adalah terminal barang (dry
port).

ANALISIS SEBAB AKIBAT


PERMASALAHAN WILAYAH

Tantangan dan permasalahan yang


dihadapi masyarakat Entikong
infrastruktur dasar seperti jalan raya, listrik, air bersih,
telekomunikasi, dan sarana perekonomian belum
memadai memaksa masyarakat untuk berpidah
sosiologis mata uang di perbatasan dikuasai oleh negara
dengan nilai mata uang yang lebih besar. Barang-barang
produksi Indonesia dibeli dengan ringgit.
Rendahnya kualitas SDM yang terlihat dari tingkat
pendidikan masyarakat rata-rata hanya tamat SD
strategis sebagai pintu keluar masuk juga menimbulkan
potensi kriminalitas seperti perdagangan gelap, trafficking
(perdagangan) manusia (perempuan dan bayi) serta tenaga
kerja migrant dengan modus TKI hingga teroris
Belum adanya lembaga khusus yang menangani kawasan
perbatasan negara sehingga selama ini menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten

Analisis Penyebab Permasalahan


Kurangnya komitmen pemerintah pusat dalam
pembangunan di kawasan perbatasan.

Penerapan kebijakan otonomi daerah yang


dianggap masih setengah hati
Medan yang berat serta letak wilayah perbatasan
yang jauh dari pusat pemerintahan
Rendahnya penyerapan informasi di daerah
perbatasan

Lemahnya hukum dan peraturan perundangundangan perbatasan.

KESESUAIAN ANTARA PENDEKATAN


TOP-DOWN DAN
TEORI RASIONAL KOMPREHENSIF
DENGAN KEBUTUHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DI ENTIKONG

Pendekatan perencanaan yang tepat untuk digunakan


dalam pembangunan kawasan perbatasan Entikong
adalah pendekatan Top-Down Planning

Kesimpulan ini ditarik dengan mempertimbangkan


alasan-alasan sebagai berikut
1) Penetapan Entikong khususnya dan KAPET Katulistiwa
pada umumnya sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) yang diprioritaskan pengembangannya pada
tingkat Nasional
2) Pengembangan kawasan yang mebutuhkan dana serta
sumber daya yang tidak sedikit
3) Kondisi masyarakat setempat yang belum teredukasi,
berdaya dan mandiri

Teori perencanaan yang digunakan


Rational Comprehensive Planning
Kesesuaian teori Rasional Komprehensif dengan arahan perencanaan di
kawasan perbatasan Entikong dapat dilihat dari kebutuhan kawasan
tersebut akan perencanaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bersifat Umum dan Mempertimbangkan Semua Faktor (Sosial,


Ekonomi, Lingkungan, Kelembagaan, dan Keamanan)
Aspek sosial, perlu dipertimbangkan kondisi, kebiasaan, adat dan
tradisi masyarakat setempat
Aspek ekonomi, memperhitungkan faktor-faktor seperti lokasi yang
strategis, ketersediaan sumber daya, dan peluang-peluang investasi
yang dapat masuk
Aspek lingkungan, perencanaan harus mempertimbangkan strategi
yang tepat sehingga pembangunan yang dilakukan tidak merusak
fungsi dan daya dukung lingkungan
Aspek keamanan, mempertimbangkan faktor kedaulatan negara

Analisis Kesesuaian Teori Perencanaan Rasional (lanjutan)


2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Bersifat Ideal
kawasan perbatasan sebetulnya memiliki potensi yang sangat besar
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi karena posisinya yang strategis,
namun sayangnya hingga saat ini potensi tersebut belum
termaksimalkan
perencanaan pembangunan harus dapat mengoptimalkan semua
sumberdaya yang ada sehingga diharapkan tercapai kondisi ideal
kawasan perbatasan yang makmur dan berdaya saing
3. Pembangunan Kawasan Bersifat Lintas Sektor dan Lintas
Kepentingan
Kerjasama internal: Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertambangan, Kementerian
Perhubungan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Pemerintah
Kabupaten Sanggau, dll
Kerjasama bilateral : Indonesia - Malaysia

Analisis Kesesuaian Teori Perencanaan Rasional (lanjutan)


4. Komprehensif dan Tidak Parsial
Selama ini pembangunan hanya dilakukan pada titik-titik tertentu yang
dianggap bermasalah
Pembangunan belum terintegrasi
5. Menggunakan Analisis Perhitungan Matematis yang Terukur dalam
Menghasilkan Keputusan-Keputusan Perencanaan
Pendekatan rasional komprehensif menggunakan analisis perhitungan
matematis untuk mengetahui titik optimal yang menghubungkan antara
tujuan perencanaan, sumberdaya yang dimiliki, serta tantangan yang
mungkin dihadapi
Program-program pembangunan kawasan perbatasan harus dapat
dibuktikan efektivitasnya melalui kajian yang bersifat kualitatif, terukur,
dan rasional
Harus keluar pula indikasi program yang memuat prioritas-prioritas
pembangunan, lokasi, dana yang dibutuhkan, sumber pendanaan,
tahapan-tahapan pelaksanaan, dan tidak ketinggalan target-target
pencapaian program
Cth: Kajian kebutuhan infrastruktur masyarakat, kajian potensi ekonomi,
dll

Analisis Kesesuaian Teori Perencanaan Rasional (lanjutan)


6. Pembangunan Kawasan Bersifat Jangka Panjang dan Berkelanjutan
Kondisi saat ini kesejahteraan masyarakat rendah dan infrastruktur
dasar masih jauh dari kondisi ideal
Karena itu pembangunan kawasan perbatasan masih harus melewati
jalan yang panjang
Program pembangunan disusun sedemikian rupa sehingga
berkelanjutan dan mampu mencapai tujuan awal

KESIMPULAN

1. Kecamatan Entikong memiliki potensi untuk berkembang


secara ekonomi dengan wilayah tetangganya karena
merupakan kawasan dengan aktivitas ekonomi paling tinggi di
sepanjang Kalimantan BaratSarawak.
2. Kompleksnya permasalahan di Entikong seperti terbatasnya
sarana dan prasarana dasar, rendahnya kualitas SDM, serta
masih lemahnya kelembagaan yang menangani pembangunan
di kawasan perbatasan menunjukkan rendahnya perhatian
pemerintah terhadap perkembangan kawasan perbatasan.
3. Karena kedudukannya strategis bagi kepentingan negara
maka pendekatan perencanaan di kawasan ini cenderung
bersifat top-down planning
4. Teori Perencanaan yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan pembangunan di Entikong yaitu Teori Rasional
Komprehensif

REKOMENDASI PROGRAM
PEMBANGUNAN

1. Perbaikan sistem/Pembentukan kelembangaan yang secara


khusus menangani masalah pembangunan di kawasan
perbatasan Entikong.
2. Penguatan posisi Entikong sebagai Beranda Depan Negara
Indonesia yang representatif dan berdaya saing
3. Peningkatan kerjasama yang saling menguntungkan antara
Indonesia dan Malaysia di kawasan perbatasan Entikong
4. Penyusunan kebijakan dan strategi penanganan kawasan
perbatasan Entikong beserta program-program prioritas:
a. Pembangunan serta perbaikan dalam rangka penyediaan
infrastruktur dasar untuk masyarakat perbatasan (jalan,
air, listrik, telekomunikasi)
b. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui penyediaan
fasilitas kesehatan dan pendidikan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai