INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aras kuning telur
ayam kampung15%, 20%, dan 25% dalam bahan pengencer NaCl
fisiologis terhadap kualitas sperma entok Jawa secara mikroskopis yang
meliputi motilitas dan viabilitas spermatozoa setelah penyimpanan pada
suhu 5C. Bahan pengencer yang digunakan adalah NaCl fisiologis 100%
sebagai kontrol (P0) serta kombinasi NaCl fisiologis dengan kuning telur
ayam kampung 15% (P1), 20% (P2), dan 25% (P3). Data kualitas sperma
yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dalam
bentuk rancangan acak lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan dua kali
pengulangan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Entok Jawa (Cairina moschata) merupakan potensi sumber protein
hewani yang saat ini sedang populer di masyarakat sebagai konsumsi
baik itu daging maupun telurnya. Permintaan konsumen yang tinggi tidak
seimbang
dengan
populasi
entok
yang
masih
sedikit,
sehingga
dari
masing-masing
perlakuan
dapat
mengakibatkan
layak
untuk
di
inseminasikan.
Beberapa
faktor
yang
TINJAUAN PUSTAKA
Entok
Entok berasal dari Amerika Selatan dan masuk ke Indonesia daro
Filipina. Taksonomi entok berbeda dari itik. Meskiipun tergolong unggas
air, entok lebih banyak hidup di darat. Entok hanya mendesis dan pejantan
tidak memiliki Bulu seks yakni bulu khas itik jantan yang mencuat dan
melengkung ke atas.Karakteristiknya berupa karunkula pada pangkal
paruh atas (Srigandono, 1998).
Itik dan entok masih berada dalam famili yang sama berdasarkan
taksonominya(tabel 1).
Tabel 1, Taksonomi itik dan entok.
Taksonomi
Itik
Kingdom
Animalia
Phylum
Vertebrata
Class
Aves
Ordo
Anseriformes
Familia
Anatidae
Tribus
Anatini
Genus
Anas
Species
Anas plathyrynchos
Sumber : Grzmek (1972) disitasi Srigandono (1997).
Entok
Animalia
Vertebrata
Aves
Anseriformes
Anatidae
Cairinini
Cairina
Cairina moschata
Sperma
Sperma (sperma) terdiri dari sel sperma (spermatozoa) dan plasma
sperma (seminal plasma). Sel sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus
di dalam testis, sedangkan plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar
tambahan (acessory gland), yang terdiri dari kelenjar bulbourethralis,
prostata, dan vesikularis. Plasma sperma berfungsi sebagai buffer dan
sumber makanan sel sperma, sehingga fertilitas dapat terjaga (Ismaya,
1999). Bentuk spermatozoa unggas berbeda dengan spermatozoa ternak
ruminansia, yaitu seperti pedang. Konsentrasinya lebih tinggi dibanding
dengan spermatozoa ruminansia (Suprijatna, 2005).
Penampungan Sperma
Penampungan semen unggas biasanya dilakukan oleh dua orang.
Seorang memegang unggas jantan yang akan ditampung semennya dan
seorang lagi melakukan pengurutan untuk megeluarkn semen dari alat
kopulatory unggas, sekaligus menampungnya. Produksi semen setiap
penampungan dari seekor unggas jantan sekitar 0,3 1,0 mll. Untuk
keperlun inseminasi, 0,05 sampai 0,1 ml telah memberikan hasil yang
baik. Oleh karena dosis sangat sedikit, sebelum diinseminasikan semen
diencerkan terlebih dahulu sehingga volumeya dapat ditingkatkan untuk
mengetahui jumlah betina yang akan di IB (Suprijatna, 2005).
Pengenceran Sperma
Agar dapat mencapai tujuan suatu program inseminasi buatan maka
daya fertilisasi optimum spermatozoa harus dipreservasi atau diawetkan
untuk beberapa lama sesudah penampungan. Untuk itu sperma perlu
dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin kebutuhan fisik dan
kimiawinya
dan
disimpan
pada
suhu
dan
kondisi
tertentu
yang
Konsentrasi Spermatozoa.
dari
spermatozoa
tersebut.
Kemampuan
spermatozoa
(2013)
menyatakan,
bahwa
presentase
viabilitas
spermatozoa dengan
Penelitian dibagi 2 tahap yaitu tahap pra penelitian dan penelitian. Tahap
pra penelitian dilakukan selama dua minggu untuk menyesuaikan ritme
penampungan sperma dan entok terbiasa dengan lingkungan serta pakan
yang diberikan. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan oktober 2014.
Materi
Alat
Kandang bambu dengan ukuran panjang 70 cm, lebar 70 cm
dengan tinggi 75 cm sebanyak 9 buah, tabung penampung sperma 5
buah,
buah
termos,
mikroskop
merk
Tension,
optilab,
pipet
Konsistensi
sperma
diamati
dengan
cara
400 200
.
80
0,1
Dimana:
X
=konsentrasi spermatozoa
spermatozoa
yang
hidup
dihitung
dengan
Abnormalitas
dihitung
dengan
cara
membuat
pewarnaan
primer.
Persentase
abnormalitas
dihitung
dengan
menggunakan perhitungan:
Abnormalitas=
Pengenceran Sperma
Pengencer yang digunakan adalah kuning telur ayam kampung
yang dilarutkan dengan NaCl fisiologis sampai 100 ml. Kuning telur ayam
kampung yang digunakan dengan level 15%, 20%, dan 25%.
Pengambilan data
Data yang diambil meliputi kualitas sperma pada tabung kontroll
dengan presentase kuning telur ayam kampung 0% dan tabung dengan
penambahan kuning telur ayam kampung 15%, 20%, dan 25% setelah
pengenceran. Pemeriksaan sperma dilakukan setiap hari selama 4 harii
setelah penyimpanan pada suhu 5C. Kualitas sperma yang dimaksud
meliputi motilitas sperma, viabilitas sperma. Data pendukung adalah
kualitas
makroskopis
dan
mikroskopis
sperma
segar
setelah
DAFTAR PUSTAKA