Pendahuluan
Epidemiologi
Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada usia 3-19 tahun, dan
kejadian meningkat setelah usia 5 tahun.
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua terus menerus tinggi.
Anak mengalami delirium, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala,
nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung.
Pada pasien demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang dan ikterus.
Pemeriksaan Fisik
Meteorismus
Hepatomegali
Ronki pada pemeriksaan paru (kadang-kadang)
Pemeriksaan Penunjang
o Darah tepi
Anemia akibat supresi sumsum tulang, defisiensi Fe,
perdarahan usus.
Leukopena
Limfositosis relatif
Trombositopenia Pada demam tifoid berat
o Serologi
Serologi Widal : Kenaikan titer S.typhi titer O (1:200) atau
kenaikan 4x titer fase akut ke fase konvalesens
Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
o Biakan Salmonella
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4
o Radiologis
Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Foto Abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal
(perforasi usus, atau perdarahan sal.cerna)
Tatalaksana
Antibiotik
Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau IV,
dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
Amoxicillin 100 mg/kgBB/hari, oral atau IV, selama 10 hari
Cotrimoxazole 6 mg/kgBB/hari, oral, selama 10 hari
Ceftriaxone 80 mg/kgBB/hari, IV atau IM, sekali sehari, selama 5 hari
Cefixime 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
Kortikosteroid
Dexamethasone 1-3 mg/kgBB/hari, IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran
membaik.
Antipiretik
Diberikan apabila demam > 39oC, kecuali pada pasien dengan riwayat
kejang demam dapat dibrikan lebih awal.
Bedah
Pada komplikasi perforasi usus
DAFTAR PUSTAKA