Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Space occupying lesion (SOL) merupakan generalisasi masalah tentang
adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Penyebabnya
meliputi hematoma, abses otak dan tumor otak.
Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari space occupying lesion.
Di amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setipa tahun, sedang
menurut berltelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh
penyakit neurologi yang ditemukan di rumah sakit umum.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh rumah sakit Lahore, pakistan, periode
september 1999 hingga april 2000, dalam 100 kasus space occupying lesion
intrakranial, 54 kasus terjadi pada pria dan 46 kasus pada wanita. Selain itu, 18
kasus ditemukan pada usia dibawah 12 tahun. 28 kasus terjadi pada rentan usia
20-29 tahun, 13 kasus pada usia 30-39, dan 14 kasus pada usia 40-49.
Di indonesia data tentang penyebab SOL belum dilaporkan. Namun, di daerah
endemis TB seperti indonesia presentasi tuberkuloma mungkin lebih besar
sebagai penyebab SOL. Insiden terjadinya SOL di indonesia adalah sebanyak
6/100.000 populasi per tahun.
SOL di diagnosis dengan temuan klinis dimana perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis lengkap termasuk pemeriksaan nervus kranialis dan radiologis seperti
Head CT scan atau MRI. Kemudian, diagnosis dikonformasi dengan temuan
histologist bila terdapat massa pada pemeriksaan radiologis.
Prognosis dan pilihan pengobatan untuk tumor otak primer dan tumor
sumsum tulang belakang tergantung pada hal-hal seperti jenis dan grade tumor,
lokasi tumor, waktu tumor didiagnosis, apakah dapat dilakukan pembedahan pada
pasien SOL.
1.2

Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan


klinik senior Department Ilmu Penyakit Saraf RSUP Haji Adam Malik Medan dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang Space Occupying
Lesion (SOL).
1.3

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai Space Occupying Lesion (SOL)
berdasarkan teori dan kasus yang ada.

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1
Anamnesis
IdentitasPribadi
No. RekamMedis
Nama
JenisKelamin
Usia
Sukubangsa
Agama
Alamat
Status

: 00.61.80.98
: Suriani
: Perempuan
: 33 tahun
: Jawa
: Islam
: Desa Sidorejo
: Menikah

Pekerjaan
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar

: Ibu Rumah Tangga


: 06/10/2014
: 18/10/2014

2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit


2.2.1 Keluhan
KeluhanUtama
: Nyeri Kepala
Telaah
:
Hal ini dialami os sejak 2 tahun ini dan tidak berkurang dengan obat. Nyeri dirasakan
pada seluruh kepala. Os juga mengeluhkan berjalan oyong sejak 2 tahun ini. Riwayat
muntah menyembur. Kejang (-) Riwayat Kejang(-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat
DM (-) Hiperkolestrolemia (-) Penyakit jantung (-), BAB(+)N, BAK(+)N
Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat Penggunaan obat
: tidak jelas
2.2.2 Anamnesis traktus
Traktus sirkulatorius
Traktus respiratorius
Traktus digestivus
Traktus urogenitalis
Penyakit terdahulu dan kecelakaan
Intoksikasi dan obat-obatan

: Akral hangat, CRT < 3, desah(-)


: RR 20x/I, vesikuler, ronki(-/-)
: BAB (+) Normal
: BAK (+)Normal
:: Tidak ada

2.2.3 Anamnesis keluarga


Faktor herediter
Faktor familier
Lain-lain

: -::-

2.2.4 Anamnesis Sosial


Kelahiran dan pertumbuhan
Imunisasi
Pendidikan
Pekerjaan
Perkawinan dan anak

: Dalam Batas Normal


: Tidak jelas
: Tamat SMA
: Ibu Rumah Tangga
: Menikah

2.3 Pemeriksaan jasmani


2.3.1 Pemeriksaan Umum
Tekanan darah
Nadi
Frekuensi nafas

: 130/80 mmHg
: 82x/i
: 20 x/i

Temperatur
Kulit dan selaput lendir
Kelenjar dan getah bening
Persendian

: 36,5O C
: dalam batas normal
: pembesaran KGB (-), Struma (-)
: dalam batas normal

2.3.2 Kepala dan leher


Bentuk dan posisi
Pergerakan
Kelainan panca indera
Rongga mulut dan gigi
Kelenjar parotis
Desah
Lain-lain

: bulat, medial
: (+)
: (+) Cortical blindness sinistra
: dalam batas normal
: nyeri tekan (-) pembesaran (-)
: (-)
: (-)

2.3.3 Rongga dada dan abdomen


Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
2.3.4 Genitalia
Toucher

:
:
:
:

Rongga dada
Rongga abdomen
Simetris Fusiformis
Simetris
Sonor
Timpani
SF Ka = Ki, kesan normal
Soepel
SP :Vesikuler
Peristaltik (+)N
ST: -

: tdp

2.4. Pemeriksaan Neurologis


2.4.1 Sensorium
: Compos Mentis
2.4.2 Kranium
Bentuk
: Bulat
Fontanella
: Tertutup
Palpasi
: Pulsasi A.temporalis (+), A. carotis (+)
Perkusi
: Dalam batas normal
Auskultasi
: bruit (-)
Transiluminasi
: tidak dilakukan pemeriksaan
2.4.3. Perangsangan meningeal
Kaku kuduk
:Tanda kerniq
:Tanda brudzinski I
:Tanda brudzinski II : 2.4.4. Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah
:Sakit kepala
:+

Kejang

:-

2.4.5 Saraf otak /Saraf Kranialis


Nervus I
meatus nasi dextra
Normosmia
:
+
Anosmia
:
Parosmia
:
Hiposmia
:
Nervus II
Visus
Lapanganpandang
-

Normal
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma

Reflex ancaman
Fundus okuli
-

Warna
Batas
Ekskavasio
Arteri
Vena

Nervus III, IV, VI


Gerakan bola mata
Nistagmus
Pupil
-

Meatus nasi sinistra


+
-

oculi dextra
6/6

oculi sinistra
0/6

:
:
:
:

+
-

sdn
sdn
sdn
sdn

:
:

sdn

: tdp
: tdp
: tdp
: tdp
: tdp

:
:

Oculi dextra
+
-

Lebar
:
Bentuk
:
Reflex cahaya langsung
:
Reflex cahaya tidak langsung :
Rima palpebra
:
Deviasi conjugate
:
Fenomena dolls eye
:
Strabismus
:
Ptosis
:

isokor, 3 mm
bulat
(+)
(+)
7 mm
(-)
tdp
(-)
(-)

Nervus V

kanan

Oculi sinistra
sdn
sdn
bulat
sdn
sdn
7 mm
(-)
tdp
(-)
(-)
kiri

Motorik
-

Membuka dan menutup mulut


Palpasiotot masseter & temporalis
Kekuatan gigitan

:
:
:

+
+
dbn

+
+
dbn

Sensorik
-

Kulit
Selaput lendir

:+
:+

Reflex kornea
-

Langsung
Tidak langsung

: tidak dilakukan pemeriksaan


: tidak dilakukan pemeriksaan

Reflex masseter
Reflex bersin

:+
:+

Nervus VII
Motorik
-

Kanan

Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi
Tertawa

:
:
:
:
:
:

Sudut mulut tertarik ke kanan


+
+
+
+
+

Kiri
+
+
+
+
+

Sensorik
-

Pengecapan 2/3 depan lidah


Produksi kelenjar ludah
Hiperakusis
Refleks stapedial

Nervus VIII
Auditorius
-

Pendengaran
Tesrinne
Tes weber
Tes schwabach

Vestibularis

:
:
:
:

:
:
:
:

+
+
-

+
+
-

Kanan

Kiri

+
+
+
+
lateralisasi (-)
lateralisasi(-)
sama dengan pemeriksa sama dengan pemeriksa

Nistagmus
Reaksi kalori
Vertigo
:
Tinnitus

:
:

tdp

tdp

Nervus IX, X
Pallatum molle
: normal, terangkat simetris
Uvula
: medial
Disfagia
: Disartria
: +
Disfonia
: Reflex muntah
:+
Pengecapan 1/3 belakang lidah: dalam batas normal
Nervus XI
Mengangkat bahu
:
Fungsi otot sternocleidomastoideus :
Nervus XII
Lidah
-

Tremor
Atrofi
Fasikulasi

:::-

Ujung lidah sewaktu istirahat


Ujung lidah sewaktu dijulurkan

: lidah medial
: lidah medial

2.4.6. Sistem motorik


Trofi
: Eutrofi
Tonus otot
: Normotonus
Kekuatan otot
:
ESD :55555
ESS : 33333
55555
33333
EID :55555
EIS : 33333
55555
33333
Sikap(duduk-berdiri-berbaring) : berbaring
Gerakan spontan abnormal
-

Tremor
Khorea
Ballismus
Mioklonus

::::-

kanan
+
+

kiri
+
+

Atetosis
Distonia
Spasme
Tic
Dan lain-lain

:::::-

2.4.7. Tes sensibilitas


Eksteroseptif
: (+)
Proprioseptif
: (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
-

Stereognosis
: (+)
Pengenalan dua titik : (+)
Grafestesia
: (+)

2.4.8. Refleks
Reflex fisiologis

kanan

kiri

Biceps
Triceps
Radioperiost
APR

:
:
:
:

++
++
++
++

++
++
++
++

KPR
Strumple

:
:

++
+

++
+

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Refleks Patologis
-

Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-trommer
Klonuslutut
Klonus kaki
Reflex primitive

2.4.9. Koordinasi
Lenggang
Bicara
Menulis
Percobaan Apraksia

: tdp
: dbn
: dbn
: dbn

Mimik
Tes telunjuk-telunjuk
Tes telunjuk-hidung
Diadokhinesia
Tes tumit-lutut
Tes Romberg

: dbn
: terganggu
: terganggu
: dbn
: dbn
: terganggu

2.4.10. Vegetatif
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo-erektor
Miksi dan defekasi
Potens dan libido

:+
:+
:+
:+
: tdp

2.4.11. Vertebra
Bentuk
-

Normal
Scoliosis
Hiperlordosis

: (+)
: : -

Pergerakan
-

Leher
Pinggang

: dbn
: dbn

2.4.12. Tanda perangsangan radikuler


Laseque
: (-)
Cross laseque
: (-)
Tes lhermitte
: (-)
Tes naffziger
: (-)
2.4.13. Gejala-gejala serebellar
Ataksia
: (-)
Disartria
: (-)
Tremor
: (-)
Nistagmus
: (-)
Fenomena rebound
: (-)
Vertigo
: (-)
Dan lain-lain
: (-)
2.4.14. Gejala-gejala ekstrapiramidal
Tremor
: (-)

10

Rigiditas
Bradikinesia
Dan lain-lain

: (-)
: (-)
:

2.4.15. Fungsi luhur


Kesadaran kualitatif
Ingatanbaru
Ingatan lama
Orientasi

: Compos Mentis
: dbn
: dbn

Diri
Tempat
Waktu
Situasi

: dbn
: dbn
: dbn
: dbn

Intelegensia
Daya pertimbangan
Reaksi emosi
Afasia

: dbn
: dbn
: dbn

- Ekspresif
- Represif
Apraksia

:::-

Agnosia
-

Agnosia visual
:Agnosia jari-jari
:Akalkulia
:Disorientasi kanan-kiri: -

2.5. Kesimpulan Pemeriksaan


Perempuan, 33 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun ini dan tidak
berkurang walaupun sudah mengonsumsi obat nyeri. Nyeri dirasakan pada seluruh
kepala. Os juga mengeluhkan berjalan oyong sejak 2 tahun ini. Riwayat muntah
menyembur. Kejang (-) Riwayat Kejang(-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat DM (-)
Hiperkolestrolemia (-) Penyakit jantung (-), BAB(+)N, BAK(+)N
RPT

:-

RPO

:-

11

Status Presens
Sensorium : CM
TD

: 130/80mmHg

RR : 20 x/i

HR

: 82x/i

Temp : 36,5 C

Peningkatan TIK : (+) nyeri kepala


Rangsangan Meningeal : (-)

Nervus Kranialis
NI

: Normosmia

N II

: RC +/sdn, pupil isokor, 3mm/sdn

N III,IV,VI : pergerakan bola mata (+)


NV

: Buka dan tutup mulut (+), sensibilitas (+) normal

N VII

: Sudut mulut tertarik ke kanan

N VIII

: pendengaran (+) normal

N IX, X

:gag reflex (+), uvula medial

N XI

: angkat bahu (+) normal

N XII

: Disatria

Refleks Fisiologis
B/T
APR/KPR

Ka
Ki
++/++
++/++
++/++
++/++

Refleks Patologis
H/T

Ka
-/-

Ki
-/-

Babinski

Kekuatan motorik :
ESD :55555
55555
EID :55555
55555

ESS : 33333
33333
EIS : 33333
33333

12

Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
7 Oktober 2014
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
HitungJenis:
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
FAAL HEMOSTASIS
PT

Hasil

NilaiRujukan

13,50 g/ dl
5,14 x 10 6/mm3
39,90 %
8,75 x103/mm3
311x103/ mm3
77,60 fl
26,30 pg
33,80 g%
13,80 %
9,30 fl
0,29 %
11,8 fl

11.7-15.5 g/dl
4,20-4,87x106/mm3
43-49 %
4.5-11,0x103/mm3
150-450x103/mm3
85-95 fl
28-32 pg
33-35 gr%
11.6-14.8 %
7.0-10.2 fl

60,40 %
26,20 %
4,90 %
8,30 %
0,200 %
5,28 x 102/L
2,29 x 103/L
0,43 x 103/L
0,73 x 103/L
0,02 x 103/L

37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
2,7-6,5
1,5-3,7
0,2-0,4
0-0,10
0-0,1

12,6

13

INR
0,91
APTT
0,89
TT
0,76
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Puasa
125 mg/ dl
Glukosa Darah 2 jam PP 136
FUNGSI GINJAL
Ureum
16.00 mg/dl
Kreatinin
0,72 mg/dl
ELEKTROLIT

70-120
<200

Natrium

140 mEq/L

135-155 mEq/L

Kalium
Klorida

4,2 mEq/L
105 mEq/L

3,6-5,5 mEq/L
96-106 mEq/L

Head CT-Scan
Hasil Pemeriksaan
Kesimpulan

<71 mg/dl
0.70-1,20 mg/dl

14

Foto thorax
Kesimpulan : Jantung sedikit membesar. CTR 52%.

2.6. Diagnosa
DIAGNOSA FUNGSIONAL

: Secondary Headache + PN VII UMN

DIAGNOSA ETIOLOGIK :
DIAGNOSA ANATOMIK

DIAGNOSA BANDING

: 1. SOL Intracranial
2. Brain Metastase

15

DIAGNOSA KERJA

: Secondary Headache + PN VII UMN ec sol


intracranial dd/hemangioma

2.7. Penatalaksanaan

Bed rest +Head up 30O


IVFD R.SOL 20 tetes/menit
Inj Dexametasone 1amp/12 jam
Inj Ranitidine I amp/12 jam
Paracetamol 3 x 500 mg (K/P)
B. Comp. 3x1 tab
Dulculax sup 1 (K/P)

2.8. Rencana Prosedur Diagnostik

Darah lengkap
Gula darah ad random
RFT, LFT
Elektrolit
EKG
Foto Thorax
Head CT Scan
MRI + Kontras

2.9. FOLLOW UP
STATUS PRESENS
TANGGAL
6 Oktober 2014
Sensorium
Compos Mentis
Tekanan Darah
130/80 mmHg
Nadi
82 x/i
Laju Pernafasan
20 x/i
Temperatur
36,50C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
Compos Mentis
Peningkatan TIK
Muntah (-)
Kejang (-)

7 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
80 x/i
20 x/i
36,50C

8 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
80 x/i
20 x/i
36,50C

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)

16

Sakit kepala (+)


Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-)
Meningeal
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
N II, III
3mm/sdn
N III, IV, VI
NV

Pergerakan bola mata (+)

Sakit kepala (+)


Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Sakit kepala (+)


Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn
Pergerakan bola mata
(+)
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik
ke kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn

Refleks cornea (+)


Sudut mulut tertarik ke
N VII
kanan
N VIII
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
N IX, X
medial
N XI
Angkat bahu (+) N
N XII
Disatria
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Biceps / Triceps
++/++
++/++
++/++
++/++
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
KPR / APR
++/++
++/++
++/++
++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Babinsky
Chaddock
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Hoffman/
Tromner
Klonus Kaki
Klonus Lutut
ESD: 55555
ESD: 55555
55555
55555
ESS: 55555
ESS: 55555
Kekuatan
33333
33333
Motorik
EID: 55555
EID: 55555
55555
55555
EIS: 55555
EIS: 55555
33333
33333
Diagnosis Kerja
Disatria + PN VII
Disatria + PN VII UMN

Pergerakan bola mata (+)


Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria
Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555
ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +

17

UMN Sinistra ec Sol


Intrakranial
Terapi

Rencana

Bed rest _+ Head


up 30
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj.
Dexamethason
1amp/6 jam (tapp
off/ 3 hari)
Inj. Ranitidin 1
amp/ 12 jam
Vastigo 3x6mg
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg
(K/P)
Foto thorax,
EKG, head ctscan, cek lab
puasa

STATUS PRESENS
TANGGAL
9 Oktober 2014
Sensorium
Compos Mentis
Tekanan Darah
120/80 mmHg
Nadi
82 x/i
Laju Pernafasan
20 x/i
Temperatur
36,20C
STATUS NEUROLOGIS

Sinistra ec Sol
Intrakranial

Bed rest _+ Head up


30
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/6 jam (H1)
Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
Vastigo 3x6mg
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)

Cek lab puasa


Profil Lipid
KGDP/2jam pp
SGOT/SGPT
Elektrolit
EKG
Foto thoraks

10 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
84 x/i
24 x/i
37,30C

Disatria + PN VII UMN


Sinistra ec Sol
Intrakranial
Bed rest + Head up
30
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/6 jam (H2)
Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
Vastigo 3x6mg
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)

Konsul
EKG

pembacaan

11 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
80 x/i
20 x/i
37,20C

18

Sensorium

Compos Mentis
Muntah (-)
Peningkatan TIK
Kejang (-)
Sakit kepala (+)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-)
Meningeal
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
N II, III
3mm/sdn
N III, IV, VI
Pergerakan bola mata (+)
NV
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
N VII
kanan
N VIII
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
N IX, X
medial
N XI
Angkat bahu (+) N
N XII
Disatria
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
Biceps / Triceps
++/++
++/++
Kanan
Kiri
KPR / APR
++/++
++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Babinsky
Chaddock
Kanan
Kiri
Hoffman/
Tromner
Klonus Kaki
Klonus Lutut
Kekuatan
ESD: 55555
Motorik
55555
ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn
Pergerakan bola mata (+)
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria
Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555
ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn
Pergerakan bola mata (+)
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria
Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555
ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555

19

33333

33333

33333

Diagnosis Kerja

Secondary Headache
+ Disatria + PN VII
UMN Sinistra ec Sol
Intrakranial

Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol
Intrakranial

Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol Intrakranial

Terapi

mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj.
Dexamethason
1amp/6 jam (H3)
Inj. Ranitidin 1
amp/ 12 jam
Vastigo 6mg 2x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg
(K/P)

Rencana

STATUS PRESENS
TANGGAL
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi

EKG ulang

12 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
76 x/i

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/8 jam (H1)
Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
Vastigo 6mg 2x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)
Dulcolax supp No I
(K/P)
Ketorolac 1
amp/8jam (K/P)
Cek lab HbSAG
Anti HCV
KGD ad random
Konsul Posyansus

13 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
104 x/i

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/8 jam (H2)
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12
jam
Vastigo 6mg 2x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)
Dulcolax supp No I
(K/P)
Ketorolac 1 amp/8jam
(K/P)

14 Oktober 2014
Compos Mentis
120/80 mmHg
80 x/i

20

Laju Pernafasan
20 x/i
Temperatur
36,30C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
Compos Mentis
Muntah (-)
Peningkatan TIK
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-)
Meningeal
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
N II, III
3mm/sdn
Pergerakan bola mata
N III, IV, VI
(+)
NV
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik
N VII
ke kanan
N VIII
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
N IX, X
medial
N XI
Angkat bahu (+) N
N XII
Disatria
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
Biceps / Triceps
++/++
++/++
Kanan
Kiri
KPR / APR
++/++
++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Babinsky
Chaddock
Kanan
Kiri
Hoffman/
Tromner
Klonus Kaki
Klonus Lutut
Kekuatan
ESD: 55555
Motorik
55555
ESS: 55555

20 x/i
36,50C

20 x/i
37,20C

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn
Pergerakan bola mata
(+)
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik
ke kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn

Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555
ESS: 55555

Pergerakan bola mata (+)


Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria
Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555
ESS: 55555

21

Diagnosis Kerja

Terapi

33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache
+ Disatria + PN VII
UMN Sinistra ec Sol
Intrakranial

33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol
Intrakranial

33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol
Intrakranial

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj.
Dexamethason
1amp/8 jam (H3)
Inj. Ranitidin 1
amp/ 12 jam
Vastigo 6mg 2x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg
(K/P)
Dulcolax supp No
I (K/P)
Ketorolac 1
amp/8jam (K/P)

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/12 jam (H1)
Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
Vastigo 6mg 3x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)
Dulcolax supp No I
(K/P)
Ketorolac 1
amp/8jam (K/P)

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
1amp/12 jam (H2)
Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
Vastigo 6mg 2x1
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg (K/P)
Dulcolax supp No I
(K/P)
Ketorolac 1 amp/8jam
(K/P)

Rencana

STATUS PRESENS
TANGGAL
Sensorium
Tekanan Darah

15 Oktober 2014
Compos Mentis
120/70 mmHg

16 Oktober 2014
Compos Mentis
130/80 mmHg

17 Oktober 2014
Compos Mentis
140/80 mmHg

22

Nadi
48 x/i
Laju Pernafasan
16 x/i
Temperatur
36,70C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
Compos Mentis
Muntah (-)
Peningkatan TIK
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-)
Meningeal
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
N II, III
3mm/sdn
N III, IV, VI
NV

Pergerakan bola mata (+)

Refleks cornea (+)


Sudut mulut tertarik ke
N VII
kanan
N VIII
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
N IX, X
medial
N XI
Angkat bahu (+) N
N XII
Disatria
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
Biceps / Triceps
++/++
++/++
Kanan
Kiri
KPR / APR
++/++
++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Babinsky
Chaddock
Kanan
Kiri
Hoffman/
Tromner
Klonus Kaki
Klonus Lutut
Kekuatan
ESD: 55555
Motorik
55555

86 x/i
20 x/i
36,70C

80 x/i
20 x/i
36,20C

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn
Pergerakan bola mata
(+)
Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik
ke kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria

Normosmia
RC+/sdn, pupil bulat
3mm/sdn

Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555

Pergerakan bola mata (+)


Refleks cornea (+)
Sudut mulut tertarik ke
kanan
Pendengaran (+) N
Gag reflex (+) Uvula
medial
Angkat bahu (+) N
Disatria
Kanan
++/++
Kanan
++/++

Kiri
++/++
Kiri
++/++

Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
ESD: 55555
55555

23

Diagnosis Kerja

Terapi

ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol
Intrakranial
dd/hemangioma

ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +
Disatria + PN VII UMN
Sinistra ec Sol
Intrakranial
dd/hemangioma

ESS: 55555
33333
EID: 55555
55555
EIS: 55555
33333
Secondary Headache +
Disatria + PN VII
UMN Sinistra ec Sol
Intrakranial
dd/hemangioma

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
5mg/24 jam (H1)
Inj. Ranitidin 50mg/ 12
jam
B. Comp 3x1tab
Dulcolax supp No I
(K/P)

Rencana

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj.
Dexamethason
1amp/12 jam (H3)
Inj. Ranitidin 1
amp/ 12 jam
B. Comp 3x1tab
PCT 3x500mg
(K/P)
Dulcolax supp No
I (K/P)
Anjuran MRI
+ kontras

HASIL LABORATORIUM DI RUANGAN


27 September 2014

Anjuran
MRI+kontras
(keluarga masih
berunding)

Mobilisasi
IVFD R.Sol 20
tetes/menit
Inj. Dexamethason
5mg/24 jam (H2)
Inj. Ranitidin
50mg/ 12 jam
B. Comp 3x1tab
Dulcolax supp No
I (K/P)

Besok PBJ

24

HATI
AST/SGOT
12 u/L
ALT/SGPT
8u/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Puasa
125 mg/dL
Glukosa Darah 2 Jam
136 mg/dL
PP
LIPID PROFILE
Kolesterol Total
228 mg/dL
Trigliserida
99 mg/dL
Kolesterol HDL
57 mg/dL
Kolesterol LDL
141 mg/dL

Nilai Normal
<32
<31
70-120
<200
<200
40-200
>65
<150

Hasil laboraturium
3 Oktober 2014
Immunoserology
Immunodeficiency
Profile
Anti HIV (3methode)
Anti HIV (Rapid I)
Anti HIV (Rapid II)
Anti HIV (Rapid III)

Rujukan

Non Reaktif
Non Reaktif
Non Reaktif

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi

Non Reaktif
Non Reaktif

25

Istilah SOL ( Space Occupying Lesion ) intrakranial merupakan merupakan


istilah yang digunakan untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya
neoplama, baik jinak maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain seperti
parasit, abses, hematoma, kista, ataupun malformasi vaskular. Tumor-tumor SOL
z

manusia. Karena tumor-tumor ini berada pada sistem saraf pusat maka tumor ini

menjadi masalah kesehatan yang serius dan kompleks. Tumor-tumor ini umumnya
berasal dari bagian parenkim dan neuroepitel sistem saraf pusat kecuali mikroglia dan
diperkirakan sekitar 40%-50% SOL intrakranial disebabkan oleh tumor. 1

3.2. Epidemiologi
Berdasarkan studi yang dilakukan pada 386 kasus penyebab SOL terbanyak
yaitu sebanyak 32,1% adalah glioma, diikuti dengan meningioma sebesar 13,7%,
abses dan tumor pituitari masing-masing 13,2% dan tuberkuloma sebesar 5,5%.
Namun di daerah endemis TB seperti Indonesia persentasi tuberkuloma mungkin
lebih besar, tapi tidak ada data yang menggambarkan berapa banyak penderita SOL
akibat tuberkuloma di Indonesia.2

3.3. Etiologi
SOL dapat disebabkan oleh lesi neoplastik baik jinak maupun ganas, dan
infeksi, dan pendarahan akibat trauma ataupun gangguan vaskular. Glioma
merupakan penyebab terbanyak SOL yang terdiri dari astrositoma I-II, Glioblastoma,
dan Oligodendriglioma. Penyebab kedua terbanyak adalah lesi infektif seperti abses
pyogen,

tuberkuloma,

infeksi

adalahhematoma,malformasi

jamur

vaskular,

dan

parasit.

meningioma,

Penyebab
adenoma

lainnya
pituitari,

meduloblastoma, acoustic neuroma, craniopharyngioma, dan metastase dari tempat


lain.2
3.4. Manifestasi klinis

26

Gejala pada SOL tergantung kepada jenis lesi, luas dan lokasinya. Gejala
umum yang dapat terjadi merupakan gejala-gejala peningkatan tekanan intra kranial,
seperti nyeri kepala, muntah, dan kejang. Papila edema juga dapat ditemukan
terutama pada anak-anak.
Lesi serebelum memiliki gejala yang lebih khas yaitu ataksia, tremor,
terutama

pada

akhir

pergerakan

misalnya

pada

test

telunjuk

hidung,

disdiadokokinesia dapat ditemukan. Begitu juga dengan nistagmus, dan stacato.


Apabila SOL terjadi pada lobus temporal, pasien biasanya mengalami
gangguan psikologis ringan seperti gangguan emosi, perubahan kebiasaan, dan
depersonalisasi. Pasien juga dapat mengalami epilepsi lobus temporal yang dapat
menyebabkan halusinasi pembauan, rasa, suara, dan visual. Aphasia yaitu gangguan
berbahasa baik dalam memproduksi dan atau memahami bahasa juga dapat terjadi(4),
begitu juga dengan gangguan lapangan pandan bagian atas dari mata yang
kontralateral.
SOL lobus frontal dapat menyebabkan anosmia, hal ini signifikan terutama
bila terjadi anosmia unilateral. Aphasia broca juga dapat terjadi bila area broca
mengalami penekanan, hemiparesis dapat terjadi pada bagian yang kontralateral.
SOL lobus parietal memiliki gejala berupa gangguan hemisensorik,
berkurangnya kemampuan diskriminasi dua titik, astreognosis, pasien juga dapat
mengalami Gerstmanns Syndrome yaitu agrafia, akalkulia, agnosia, dan disorientasi
kanan kiri.
SOL lobus ocipital biasanya menyebabkan keluhan berupa gangguan visual
tergantung letak lesi.
SOL cerebellopontine memiliki gejala berupa tuli ipsilateral, tinnitus,
nistagmus, berkurangnya refleks kornea, parese nervus VII dan V, serta gejala
serebelar ipsilateral.
SOL corpus callosum menyebabkan hilangnya komunikasi antara kedua
hemisfer otak dan dapat menyebabkan gejala berupa turunnya intelektual dan
kehilangan kemampuan dari satu sisi untuk mengerti bahasa verbal.

27

SOL pada bagian midbrain dapat menyebabkan pupil anisokor dan penurunan
kesadaran. Sementara SOL pada pituitari akan menyebabkan gangguan hormonal.3
3.5. Prosedur diagnostik
Diagnosis pasien dengan SOL

adalah berdasarkan temuan klinis (gejala

neurologis dan endokrin) dimana perlu dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap


termasuk pemeriksaan nervus kranialis(5) dan radiologi (Head CT scan/ MRI), dan
kemudian dikonfirmasi dengan temuan histologis bila terdapat massa pada
pemeriksaan radiologis. CT scan dapat diginukan untuk mendeteksi jumlah, ukuran,
lokasi dan kepadatan lesi juga kelainan vaskular. Namun CT scan memiliki
kelemahan dalam deteksi lesi ukuran kecil dan lesi pada daerah batang otak dan
hipofisis juga pada lesi yang terhalang oleh tulang. Sementara MRI lebih bagus dalam
membedakan jaringan yang lunak dengan jaringan sekitar, namun MRI sulit
digunakan untuk menilai keadaan vaskular. Biopsi dilakukan untuk memastikan jenis
massa dan hanya dilakukan apabila posisi massa berada pada bagian yang tidak
berbahaya untuk dibiopsi. Pemerikasaan elektrolit dan hormonal dapat dilakukan
untuk lesi yang berada dekat dengan bagian pituitari.1,3
3.6. Diagnosa banding3
1. Stroke
2. Trauma Kepala
3. Vaskulitis ( Lupus dan Sifilis )
4. Multiple Sclerosis
5. Encephalitis
6. Todds Palsy
3.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SOL disesuaikan dengan lesi penyebabnya. Untuk keganasan
dilakukan kemoterapi, radioterapi, maupun operasi. Untuk lesi infeksi dilakukan

28

pemberian antibiotik, antifungal, ataupun anti helminth sesuai kuman penyebab.


Selain itu juga dilakukan terapi suportif untuk gejala yang ada misalnya analgesik,
steroid, antiemetik, neuromodulator.Selain itu juga dapat dilakukan fisioterapi dan
terapi okupasional yaitu dengan penilaikan efek kecacatan nerurologis pada aktivitas
pasien sehari-hari dengan perharitan khusus pada aktivitas makan, perawatan diri,
mandi dan fungsi sfingter serta mobilitas.Pada pasien dengan defisit neurologis yang
berhubungan dengan kemampuan bicara, sosial, dan psikologis juga dapat dilakukan
neurorehabilitasi yang sesuai.6

BAB 4
DISKUSI KASUS
TEORI
KASUS
Ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa nyeri kepala. Kemudian
ditemukan defisit neurologis berupa cortical blindness

29

Diagnosis pasien dengan SOL adalah Pada

pasien

didapatkan

keluhan

berdasarkan anamneses, temuan klinis neurologis yaitu cortical blindness dan


(gejala neurologis) dan radiologi, dan parese

NIII

(ptosis).

Hal

tersebut

kemudian dikonfirmasi dengan temuan didukung oleh temuan radiologis yaitu


histologis yang khas.

SOL. Tidak di temukan metastasis pada


foto thorax

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
SOL ( Space Occupying Lesion ) intrakranial merupakan merupakan istilah yang
digunakan untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya neoplama, baik
jinak maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain seperti parasit, abses,
hematoma, kista, ataupun malformasi vaskular. Tumor-tumor SOL intrakranial
merupakan sekitar 9% dari seluruh tumor primer yang terjadi pada manusia. Karena
tumor-tumor ini berada pada sistem saraf pusat maka tumor ini menjadi masalah
kesehatan yang serius dan kompleks. Tumor-tumor ini umumnya berasal dari bagian

30

parenkim dan neuroepitel sistem saraf pusat kecuali mikroglia dan diperkirakan
sekitar 40%-50% SOL intrakranial disebabkan oleh tumor.
Gejala klinis yang ditimbulkan tergantung pada ukuran, jenis, dan lokasi SOL dan
dapat dibagi atas gejala umum yang disebabkan peningkatan TIK dan gejala spesifik
yang merupakan defisit neurologis yang berhubungan dengan bagian yang mengalami
penekanan.SOL didiagnosa dengan anamesa, temuan klinis (gejala neurologis), dan
kemudian pemeriksaan lab dan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi maupun
histopatologi dan serologi.
Penatalaksanaan SOL meliputi tatalaksana penyakit penyebab (tumor, infeksi) dan
diikuti dengan terapi supportif untuk mengurangi gejala.
5.2 Saran
Pasien dengan SOL intrakranial harus dilakukan diagnostik yang sedini mungkin
untuk menentukan terapi yang sesuai dengan penyebab dan memperkirakan prognosis
sesuai jenis, lokasi, dan luas lesi.SOLadalah penyakit yang mungkin membutuhkan
penanganan yang berisiko tinggi yaitu pembedahan.Keluarga dan penderita harus
mengerti bahwa SOL intrakranial dapat menyebabkan disabilitas dan dapat
meninggalkan gejala sisa.Tetapi dengan penatalaksanaan yang tepat dan teratur, dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga prognosis kesembuhan.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Butt ME, Khan SA, Chaudrhy NA, Qureshi GR. Intracranial-Space Occupying
Lessions a Morphological Analysis. 2005; 21(6).
2. Irfan A, Qureshi A. Intracranial Space Occupying Lession Review of 386 Cases.
1995; 45.
3. Tidy C. patient.co.uk. [Online].; 2014 [cited 2014 Oktober 10. Available from:
www.patient.co.uk/doctor/space-occupying-lessions-of-the-brain.
4. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. 1st ed.
Tjokonegoro A, Utama H, editors. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.
5. Sjahrir H. Neurologi Umum Medan: USU ; 1979.
6. Ginsberg L. Lecture Notes Neurologi. 8th ed. Safitri A, Astikawati R, editors.
Jakarta: Erlangga; 2007.

Anda mungkin juga menyukai