CITARUM
L A P O R A N
F O T O
Kompleksitas dan
Konsekuensi yang
Tidak Sederhana
Kronik Banjir
Bandung Selatan
Bicara Tentang
Pengelolaan Banjir Ideal
Merekareka Alternatif
Solusi Yang Sesuai Untuk
Penanganan Banjir
CITA CITARUM
Sejak beberapa tahun lalu, sejumlah
instansi pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat berpartisipasi dalam
serangkaian dialog yang pada akhirnya
dapat menghasilkan Citarum Roadmap,
yaitu suatu rancangan strategis berisi
hasil identifikasi program-program utama
untuk meningkatkan sistem pengelolaan
sumber daya air dan memulihkan kondisi di
sepanjang aliran Citarum.
Hingga kini telah teridentifikasi
sebanyak 80 jenis program dengan
perkiraan kebutuhan pembiayaan mencapai
Rp. 35 triliun yang berasal dari berbagai
sumber pembiayaan, baik itu anggaran
pemerintah, kontribusi pihak swasta maupun
masyarakat, juga bantuan dari lembaga
keuangan internasional yang dilaksanakan
secara bertahap dalam waktu 15 tahun ke
depan. Citarum Roadmap membutuhkan
pendekatan komprehensif, multisektor dan
terpadu untuk memahami dan memecahkan
masalah kompleks seputar air dan lahan di
sepanjang aliran Citarum.
PRINSIP UTAMA PELAKSANAAN
Pelaksanaan program ini dilakukan
melalui koordinasi dan konsultasi antar
para pemangku kepentingan, serta
mengutamakan partisipasi masyarakat dalam
menentukan prioritas, rancangan hingga
pelaksanaan. Koordinasi Program dilakukan
oleh Bappenas, sedangkan lembaga
pelaksana kegiatan tahap I dikordinasikan
melalui Ditjen Sumber Daya Air, Departemen
Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah
Sungai Citarum (BBWSC), dengan melibatkan
berbagai Departemen dan Kementerian
terkait baik di tingkat Provinsi maupun
Kabupaten melalui Dinas-Dinas terkait.
Laporan ini disusun oleh:
Penulis :
Diella Dachlan, Rivki Maulana,
Nancy Rosmarini
Fotografer : Ng Swan Ti, Agung Widjanarko,
Veronica Wijaya, Adhi Wicaksono,
Diella Dachlan, Rivki Maulana,
Titah Hari Prabawa, Dokumentasi
BBWS Citarum
Peta : Anjar Dwi Krisnanta
Penata letak: Bobby Haryanto
Laporan foto ini dapat diunduh di
www.citarum.org
2
5
13
35
51
Kompleksitas dan
Konsekuensi yang Tidak
Sederhana
Kronik Banjir
Bandung Selatan
Bicara Tentang
Pengelolaan Banjir
Ideal
Merekareka Alternatif
Solusi Yang Sesuai Untuk
Penanganan Banjir
3
Kompleksitas
dan Konsekuensi
yang Tidak Sederhana
5
Dayeuh Kolot, daerah yang rutin terkena banjir Citarum. Foto diambil awal 2010.
Kompleksitas dan
Konsekuensi
Sebagaimana penanganan di
kawasan yang telah padat oleh
permukiman dan penduduk, setiap
Lereng gunung yang tidak lagi memiliki hutan sebagai kawasan tangkapan air.
7
Aliran air sungai akan mengalir lancar, jika sungai bersih dari sampah
Rencana Strategis
Dalam berbagai kesempatan,
baik dalam pertemuan atau
lokakarya yang dilakukan oleh
kalangan pemerintah, akademisi,
lembaga kemasyarakatan,
komunitas, dengan pemberitaan
yang disebarkan oleh media,
berbagai upaya penanganan
masalah banjir telah dibahas
dan didiskusikan.
Secara sederhana, untuk
menggambarkan rencana
penanganan permasalahan banjir
ini, perlu dilakukan dalam rencana
darurat (urgent plan), rencana
jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang. Rencana
strategis ini dibagi lagi ke dalam
upaya struktural yaitu upaya-upaya
yang membutuhkan intervensi
atau pembangunan fisik, dan upaya
non-struktural. Dalam upaya non-
11
12
Kronik Banjir
Bandung Selatan
Oleh : Rivki Maulana
13
15
Suasana ketika banjir dan pasca banjir yang rutin terjadi setiap musim hujan atau hujan besar terjadi, terutama di Kecamatan
Bale Endah dan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung. Banyak bangunan warga yang rusak akibat banjir dan lumpur yang terjadi
pasca banjir.
Hidup di pengungsian
membuat Agus harus
merogoh kocek lebih dalam ;
pengeluarannya bertambah.
Meski begitu, dia bersyukur karena
banyak bantuan yang datang
dari para dermawan. Bantuan ini,
menurut Jaja bahkan jumlahnya
berlebih, Banyak (bantuan) yang
dijual lagi oleh warga, terangnya.
Penanggulangan banjir
Citarum sudah dilakukan
secara bertahap. Baik Jaja
maupun Agus turut merasakan
efektivitas penanggulangan
tersebut. Agus menjelaskan,
air bah mencapai empat meter
pada 2010 sementara 2011 air
paling tinggi hanya mencapai
16
17
18
19
Pemulihan Sungai Citarum membutuhkan kerja sama dan komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan.
20
Upaya pengerukan untuk mengurangi sedimentasi tidak akan maksimal jika tidak dibarengi dengan upaya
perbaikan kawasan hulu yang sudah kritis dan menyumbang lumpur ke Sungai Citarum akibat erosi.
kapok kebanjiran. Di RW 4,
dari 600 KK yang terdata sebelum
2010, sekaran susut menjadi 492 KK.
Bahkan, menurut perkiraan Yayan,
penghuni kontrakan tersisa tinggal
20% saja.
Suhartono adalah sebagian
kecil pengontrak yang masih
bertahan di Bojong Asih. Pria asal
Semarang ini mengontrak sepetak
kamar milik Rusdi sejak 2001.
Satu per satu, tetangganya pergi,
terutama setelah 2005 saat banjir
besar menerjang kampung. Namun
ia bertahan dan tidak kapok
dengan banjir. Kalau banjir kan
banyak sampah tuh, saya ambilin
aja, ujarnya. Pekerjaan Suhartono
memang mengumpulkan
rongsokan. Dia bersyukur,
Penanggulangan
Ikhtiar untuk menanggulangi
dampak banjir Citarum terus
dilakukan. Kepala Balai Besar
Wilayah Sungai Citarum (BBWSC),
Dr. A. Hasanudin mengatakan,
rehabilitasi penanggulangan
banjir sungai Citarum akan
dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan selama tiga
tahun, 2011 2013. Rehabilitasi
dimulai dengan melakukan
pengerukan meliputi ruas Sungai
Citarum dari hulu hingga hilir
(citacitarum.org/November-2011).
21
22
23
Limbah dan sampah di sungai yang membuat kualitas air menjadi sangat buruk.
24
Mobil dapur umum siaga ketika banjir. Pelatihan mitigasi bencana banjir yang
dilakukan BBWSC pada pertengahan Juni 2011.
25
Peta banjir yang sudah rutin terjadi menunjukkan daerah-daerah yang rutin tergenang.
26
Mitigasi
Salah satu bentuk pendekatan
struktural dalam rehabilitasi
Citarum adalah sistem peringatan
dini dan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menanggulangi
banjir. Pengetahuan dan
keterampilan masyarakat dalam
penanganan banjir ini perlu
terus ditingkatkan. Tujuannya
untuk mengurangi dampak
Menghadapi banjir, perlu pemikiran dan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat. Diskusi dengan warga
Cieunteung. Desember 2011.
27
28
29
30
31
32
Paket
1
Pembangunan
Rehabilitasi Prasarana
Pengendalian Banjir Sungai
Citarum Hilir Walahar-Muara
Gombong di Kab. Bekasi
( W 1129-W1256 dan W1207Muara Bendera)
Rehabilitasi Prasarana
Pengendalian Banjir Sungai
Citarum Hilir Walahar-Muara
Gombong, Kab. Kerawang dan
Kab. Bekasi ( W 718-W1129 dan
Kali Bungin)
Rehabilitasi Prasarana
Pengendalian Banjir Sungai
Citarum Hilir Walahar-Muara
Gombong, Kab. Kerawang
dan Kab. Bekasi (Bendungan
Walahar-W718)
Rehabilitasi Prasarana
Pengendalian Banjir Sungai
Citarum Hilir Bendungan
Jatiluhur-Curug di Kab.
Purwakarta dan Kab. Karawang
Rehabilitasi Prasarana
Pengendalian Banjir Sungai
Citarum Hulu dan SapanNanjung dan anak-anak Sungai
Citarum di Kab. Bandung dan
Kab. Bandung Barat
Panjang
Outcome
Lokasi
17.3 km
3400 ha
Kab.
Kerawang
dan Kab.
Bekasi
42.6 km
2750 ha
Kab.
Karawang
dan Kab.
Bekasi
65.15 km
2456 ha
Kab.
Karawang
dan Kab.
Bekasi
9.5 km
1750 ha
Kab.
Purwakarta
45 km
9734 ha
Kab.
Bandung
dan
Bandung
Barat
33
Bicara Tentang
Pengelolaan
Banjir Ideal
35
Bantuan pangan, air bersih dan obat-obatan selalu diperlukan pada saat banjir datang.
36
Masyarakat adalah salah satu pemangku kepentingan yang paling penting dalam
upaya pencegahan dan penanganan banjir. Saluran air yang penuh dengan
sampah (Cieunteung 2010) dan ketika saluran telah dibersihkan dan direhabilitasi
(Cieunteung 2011).
37
STRUKTURAL
Perbaikan sungai
Pembuatan tanggul penahan
Kontrol erosi
PERENCANAAN/
MITIGASI
NON STRUKTURAL
PENGELOLAAN BANJIR
STRUKTURAL
Penanggulangan banjir
RESPON
(ketika banjir)
NON STRUKTURAL
Evakuasi banjir
STRUKTURAL
Rekonstruksi prasarana
Mendesak/
darurat
Permanen
PEMULIHAN
(pasca banjir)
NON STRUKTURAL
Penyediaan pangan, air dll
Tempat tinggal sementara
39
40
TINDAKAN PENGENDALIAN
BANJIR KOMPREHENSIF
PERBAIKAN
SUNGAI
(River improvement)
TINDAKAN
PERBAIKAN
DAS
(Measurement for
river basins)
TINDAKAN
PERBAIKAN
KERUSAKAN
(Meaures to alleviate
damage)
Kawasan
penahan dan
penyimpan
air
(Water
retaining)
Kawasan
tangkapan
air
Mengontrol arus
urbanisasi
Mengurangi sedimen
Meningkatkan
pertanian ramah
lingkungan
Daerah
rendah
(lowland)
Membangun prasarana
pengering
Membangun kolam
atau tangki
Mendukung adanya
bangunan-bangunan
tahan air
Pihak
berwenang
untuk
konservasi
sungai
(institusi
terkait,
pemerintah,
dll)
Membangun sistem
peringatan dan evakuasi
Meningkatkan sistem
pengendalian banjir
Menginformasikan dampak
kerusakan dan daerah
yang berpotensi terendam
Bangunan tahan air
Meningkatkan kesadaran
warga lokal
Sumber: Paparan Expectation for Flood Control Management in Upper Citarum River
Basin (Urgent Plan and Long Term Plan), BBWSC, Oktober 2010
41
42
Pada bulan November 2011 lalu, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) memulai pekerjaan untuk
Rehabilitasi Prasarana Pengendali Banjir Sungai Citarum 2011-2013.
Periode Desain
Perencanaan Banjir
Return Period of Design
Flood
1.5-tahun
(equal to 86 flood)
5-tahun
20-tahun
50-tahun
2,948 ha
4,358 ha
5,265 ha
83 ha
309 ha
1,240 ha
43
44
45
Masyarakat adalah salah satu pemangku kepentingan yang paling penting dalam upaya pencegahan dan penanganan banjir.
Saluran air Cieunteung ketika saluran telah dibersihkan dan direhabilitasi (Cieunteung 2011).
47
48
49
50
Merekareka
Alternatif
Solusi
51
Rekomendasi
Solusi penanganan Wilayah
Sungai Citarum dilakukan
melalui pendekatan struktural
dan nonstruktural serta sosiokultural simultan hulu-hilir dengan
sinergi multi sektor bersama
masyarakat secara terintegrasi
dalam wadah koordinasi badan
strategis pengelolaan WS Citarum.
Pendekatan non-struktural meliputi
manajemen hulu DAS, penataan
ruang, pengendalian erosi dan
Pendekatan struktural
meliputi normalisasi sungai,
tanggul penahan banjir, kolam
penampungan banjir, sistem
polder dan sumur-sumur
resapan,pembangunan waduk dan
embung, penyediaan prasarana
air baku, pengembangan sistim
penyediaan air minum dan air
kotor, rehabilitasi jaringan irigasi,
pengembangan pembangkitan
tenaga listrik.
FILOSOFIS
Pindahkan
penduduk dari banjir
Pindahkan banjir dari
penduduk
Hidup harmoni
bersama banjir
Metode
Struktur
PENANGANAN
MASALAH
BANJIR
CEKUNGAN
BANDUNG
NORMATIF
Metode
Non Struktur
SOSIAL DAN
BUDAYA
Alih mata
pencaharian
Perubahan perilaku
pemukiman sehat
Menghidupkan
kembali kearifan
lokal yang positif
52
Rekomendasi penanganan
WS Citarum meliputi aspek
kelembagaan, sosial ekonomi
dan budaya, pengawasan dan
pengendalian serta rehabilitasi
dan pemulihan.
A. Rehabilitasi dan
Pemulihan
1. Reboisasi dan rehabilitasi lahan
kritis bersama pemangku
kepentingan (multi stakeholders)
dengan sistem insentif
2. Pembelian lahan untuk
memperluas lahan
konservasi (land banking) dan
pengembangan hutan koloni
(Contoh : membeli lahan
rakyat dengan dana deviden
BUMN atau buat Citarum
Conservation Fund)
54
B. Pengawasan dan
Pengendalian
1. Stop semua pembalakan di
WS Citarum
2. Moratorium perizinan konversi
lahan khususnya di daerah
tampungan air
3. Larangan pertanian semusim
di kelerengan lebih besar
dari 30 persen
4. Penertiban pemanfaatan
kawasan lindung,
5. Penertiban garis
sempadan sungai
6. Pengendalian limbah
domestik, industri, peternakan
dan pertanian
7. Pengendalian penggunaan
air tanah, pembuatan sumur
resapan dalam.
8. Operasionalisasi kerjasama TNI
dalam pelestarian lingkungan
9. Pembentukan satuan
polisi lingkungan.
55
Tanaman kopi yang dapat tumbuh dibawah tegakan pohon merupakan alternatif budidaya tanaman yang juga bernilai ekonomi
tinggi untuk menggantikan tanaman sayuran semusim yang biasa ditanam di lereng-lereng gunung di daerah hulu Sungai
Citarum.
D. Kelembagaan
1. Pembuatan Rencana Induk
Pengelolaan WS Citarum secara
terintegrasi sebagai
2. rujukan semua pihak,
3. Penguatan kelompok dan kader
masyarakat peduli lingkungan
4. Pembentukan Badan Strategis
Rehabilitasi WS Citarum yang
menangani pengelolaan WS
secara terpadu
5. Kaji ulang pengaturan, dan
penyusunan pengaturan,
kebijakan, pedoman dan
petunjuk pelaksanaan
pengelolaan WS secara terpadu.
(seperti perizinan, tarif ).
56
E. Pengembangan sarana
dan prasarana sumber
daya air dan prasarana
lainya
1. Pengembangan prasarana
sistim penyediaan air baku
untuk air minum, industri,
2. Pembangunan waduk-waduk,
polder/retensi,
3. Pengembangan prasarana
sistim penyediaan air minum
4. Pengembangan prasarana
sistim pengelolaan limbah
domestik dan limbah industri,
5. Pengembangan pembangkitan
listrik tenaga air,
6. Pengembangan sistim
perencanaan terpadu dan
penyusunan program, sistim
informasi pengelolaan sumber
daya air.
Pertanian ramah lingkungan akan membuat kesuburan tanah dan air tetap terjaga.
57
Upaya Mendesak
1. Normalisasi Sungai Citarum
dengan pengerukan dasar
sungai sepanjang Sapan
hingga Nanjung
2. Normalisasi 9 anak sungai
Citarum (Cisangkuy, Citalugtug,
Citarum, Ciputat, Citarik,
Cikeruh, Cimande, Cikijing
dan Cibeusi)
3. Pembangunan 22 waduk
dan kolam-kolam retensi di
Cieunteung, Parunghalang
dan Citepus
4. Konservasi di 7 Sub-DAS
Citarum hulu
5. Pembenahan drainase lokal
6. Revitalisasi permukiman di
bantaran sungai
7. Sosialisasi kepada masyarakat
daerah rawan banjir untuk
mewujudkan prinsip hidup
harmoni bersama banjir
8. Sosialisasi kepada masyarakat
daerah rawan banjir untuk
mewujudkan prinsip hidup
harmoni bersama banjir
9. Relokasi perumahan di daerah
rawan banjir
Sumber: BBWS Citarum
58
59
60
www.citarum.org