Anda di halaman 1dari 40

SKLERITIS

Oleh :
Astri Nurfidayanti

Pembimbing :
dr. Naila K, Sp. M

Pendahuluan
Skleritis gangguan granulomatosa
kronik, ditandai destruksi kolagen;
sebukan sel; dan kelainan vaskular
yang
mengisyaratkan
adanya
vaskulitis.
Skleritis disebabkan oleh berbagai
macam
penyakit
baik
penyakit
autoimun ataupun penyakit sistemik. 1

Pendahuluan
Skleritis
dapat
menimbulkan
berbagai
komplikasi jika tidak ditangani dengan baik
berupa
keratitis,
uveitis,
galukoma,
granuloma subretina, ablasio retina eksudatif,
proptosis, katarak, dan hipermetropia.
Penatalaksanaan skleritis tergantung pada
penyakit yang mendasarinya. Oleh karena itu
perlu diagnosis yang tepat sesuai dengan
etiologinya guna penatalaksanaan lebih
lanjut.1

Epidemiologi
Data di Amerika Serikat :
Skleritis merupakan penyakit yang jarang
dijumpai.
Insiden penyakitnya sangat sulit ditemukan.
Prevalensi skleritis diperkirakan mencapai 6
kasus dari 10.000 populasi, 94% diantaranya
dengan skleritis anterior dan 6% adalah skleritis
posterior.

Epidemiologi
Dari data internasional :
Tidak ada distribusi geografis yang pasti.
15% kasus, bermanifestasi sebagai gangguan
kolagen vaskular dan gejala bertambah hingga
beberapa bulan.
Angka morbiditas ditentukan oleh penyakit
primer skleritis itu sendiri dan penyakit sistemik
yang menyertai.
Rasio antara perempuan dan laki-laki = 1,6:1.
Berdasarkan umur biasanya terjadi pada usia
11-87 tahun, dan rata-rata orang yang
menderita skleritia adalah usia 52 tahun. 2

SKLERA

ANATOMI SKLERA
Sklera dimulai dr limbus, berlanjut dg
kornea dan berakhir pd kanalis optikus
yang berlanjut dg duramater.
Ditembus banyak saraf dan pembuluh
darah yg melewati foramen skleralis
posterior.
Kedalaman sklera bervariasi mulai dari 1
mm pd kutub posterior hingga 0,3 mm pd
penyisipan muskulus rektus atau akuator. 3,4

Pada cakram optikus


2/3 bagian sklera berlanjut menjadi sarung
dural
1/3 lainnya berlanjut dg beberapa jaringan
koroidalis yg membentuk suatu penampang
yakni lamina kribrosa yang melewati nervus
optikus yang keluar melalui serat optikus atau
fasikulus.

Sklera mempunyai 2 lubang utama yaitu:6


Foramen sklerasis anterior
Foramen sklerasis posterior atau kanalis
sklerasis

HISTOLOGI SKLERA
sklera : banyak pita
padat yang sejajar dan
berkas-berkas jaringan
fibrosa yang teranyam,
yang
masing-masing
mempunyai tebal 10-16
m dan lebar 100-140
m, yakni episklera,
stroma, lamina fuska
dan endotelium.

Fungsi
untuk
menyediakan
perlindungan
terhadap
komponen intra okular.
Pembungkus okular yang bersifat
viskoelastis ini memungkinkan
pergerakan bola mata tanpa
menimbulkan deformitas otototot penggeraknya.
Pendukung dasar dari sklera
adalah adanya aktifitas sklera
yang rendah dan vaskularisasi
yang baik pada sklera dan koroid.

FISIOLOGI SKLERA

Hidrasi yang terlalu tinggi pada


sklera kekeruhan pada jaringan
sklera.
Jaringan
kolagen
sklera
dan
jaringan pendukungnya berperan
seperti
cairan
sinovial

memungkinkan perbandingan yang


normal sehingga terjadi hubungan
antara bola mata dan socket.
Perbandingan ini sering terganggu
sehingga menyebabkan beberapa
penyakit yang mengenai struktur
artikular
sampai
pembungkus
sklera dan episklera.3

SKLERITIS
Didefinisikan
sebagai
gangguan
granulomatosa kronik yang ditandai
oleh destruksi kolagen, sebukan sel
dan
kelainan
vaskular
yang
mengisyaratkan adanya vaskulitis.1

ETIOLOGI SKLERITIS
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan
sklelritis
murni
diperantarai
proses
imunologi terjadi reaksi tipe IV
(hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III
(kompleks imun) dan disertai penyakit
sistemik.
Pada beberapa kasus, mungkin terjad
invasi mikroba langsung, dan pada
sejumlah kasus proses imunologisnya
tampaknya dicetuskan oleh proses-proses
lokal, misalnya bedah katarak.1

Berikut ini adalah beberapa penyebab


skleritis, yaitu:1

Penyakit Autoimun

Spondilitis

Poliartritis

ankylosing,

nodosa,

Granulomatosis
sistemik,

rheumatoid,

Polikondritis

Wegener,

Pioderma

Artritis
Lupus

berulang,
eritematosus

gangrenosum,

Kolitis

ulserativa, Nefropati IgA, Artritis psoriatic

Penyakit
Granulomatosa

Tuberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis,


Koyanagi-Harada (jarang)

Gangguan
metabolik

Lepra,

Sindrom Vogt-

Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif

Infeksi

Onkoserkiasis, Toksoplasmosis, Herpes Zoster,


Herpes Simpleks, Infeksi oleh Pseudomonas, Aspergillus,
Streptococcus, Staphylococcus

Lain-lain

Tidak diketahui

Fisik (radiasi, luka bakar termal), Kimia (luka bakar asam


atau basa), Mekanis (cedera tembus), Limfoma, Rosasea,
Pasca ekstraksi katarak

PATOFISIOLOGI SKLERITIS
Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi
dari sel-sel radang meliputi sel T dan makrofag
pada sklera memegang peranan penting
terjadinya skleritis.
Inflamasi dari
sklera bisa berkembang
menjadi iskemia dan nekrosis yang akan
menyebabkan penipisan pada sklera dan
perforasi dari bola mata.
Inflamasi berhubungan erat dg penyakit imun
sistemik dan penyakit kolagen pd vaskular.
Disregulasi pd penyakit auto imun secara
umum merupakan faktor predisposisi dari
skleritis.2

Proses
inflamasi
bisa
disebabkan

kompleks imun, berhubungan dg kerusakan


vascular (reaksi hipersensitivitas tipe III
dan respon kronik granulomatous (reaksi
hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut
adalah bagian dari sistem imun aktif dimana
dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat
deposisi kompleks imun pada pembuluh di
episklera dan sklera yang menyebabkan
perforasi kapiler dan venula post kapiler dan
respon imun sel perantara.7

KLASIFIKASI SKLERITIS
1. Episkleritis
a. Simple

Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi


inflamasi terjadi pada usia muda yang
berpotensi mengalami rekurensi.

Gejala klinis yang muncul berupa rasa


tidak nyaman pada mata, disertai
berbagai derajat inflamasi dan fotofobia.
Terdapat pelebaran pembuluh darah baik
difus maupun segmental.

Wanita lebih banyak terkena daripada pria


dan sering mengenai usia dekade 40-an

b. Nodular
Baik
bentuk
maupun
insidensinya
hampir
sama
dengan bentuk simple scleritis.
Sekitar 30% penyebab skleritis
nodular
dihubungkan
dengan
dengan penyakit sistemik, 5%
dihubungkan dengan penyakit
kolagen vaskular seperti artritis
rematoid,
7%
dihubungkan
dengan herpes zoster oftalmikus
dan 3% dihubungkan dg gout.

2. Skleritis Anterior

95% penyebab skleritisskleritis anterior.


Insidensi : skleritis anterior (40%) dan
skleritis anterior nodular (45%) setiap
tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar
14% yang biasanya berbahaya.
Berbagai varian skleritis anterior kebanyakan
jinak dimana tipe nodular lebih nyeri. Tipe
nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati

3. Skleritis Posterior
43% kasus skleritis posterior
didiagnosis
bersama skleritis
anterior.
Ditandai : rasa nyeri dan penurunan
kemampuan
melihat.
Dari
pemeriksaan objektif adanya
perubahan
fundus,
adanya
perlengketan massa eksudat di
sebagian
retina, perlengketan
cincin koroid, massa di retina, udem
nervus optikus dan udem makular.

Inflamasi skleritis posterior


yang
lanjut dapat menyebabkan ruang
okuli anterior dangkal, proptosis,
pergerakan ekstra ocular yang
terbatas dan retraksi kelopak mata
bawah.

DIAGNOSIS SKLERITIS
Skleritis
dapat
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung
oleh berbagai pemeriksaan penunjang.8
ANAMNESIS
Tanyakan keluhan utama pasien, perjalanan
penyakit, riwayat penyakit dahulu termasuk
riwayat
infeksi,
trauma
ataupun riwayat
pembedahan juga perlu pemeriksaan dari
semua sistem pada tubuh.
Gejala-gejala meliputi rasa nyeri, mata berair,
fotofobia, spasme, dan penurunan ketajaman
penglihatan. Tanda primernya adalah mata
merah.

Karakteristik nyeri pada skleritis yaitu


nyeri terasa berat, nyeri tajam
menyebar ke dahi, alis, rahang dan
sinus, pasien terbangun sepanjang
malam, kambuh akibat sentuhan.8
Mata berair atau fotofobia pada skleritis
tanpa disertai sekret mukopurulen.

Riwayat penyakit dahulu dan riwayat


pada mata menjelaskan adanya
penyakit sistemik, trauma, obatobatan atau prosedur pembedahan
dapat menyebabkan skleritis seperti :2
Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat
Penyakit infeksi
Penyakit miscellanous ( atopi,gout, trauma
kimia, rosasea)
Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate,
risedronate, zoledronic acid dan ibandronate.
Post pembedahan pada mata

Riwayat penyakit dahulu seperti


ulserasi gaster, diabetes, penyaki
hati, penyakit ginjal, hipertensi
dimana mempengaruhi pengobatan
selanjutnya

PEMERIKSAAN FISIK SKLERA


1. Daylight
Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan
yg difus.
Setelah serangan berat dari inflamasi sklera, daerah
penipisan sklera dan translusen juga dapat muncul
dan juga terlihat uvea yang gelap. Area hitam, abuabu dan coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang
aktif mengindikasikan adanya proses nekrotik.
Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada sklera
bisa menjadi avaskular menghasilkan sekuester
putih di tengah yang dikelilingi lingkaran coklat
kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara
bertahap dengan jaringan granulasi meninggalkan
uvea yang kosong atau lapisan tipis dari
konjungtiva.1,2,9

2. Pemeriksaan Slit Lamp


Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan
dalam episklera dg beberapa bendungan pada jaringan
superfisial episklera.
Pada tepi anterior dan posterior cahaya slit lamp
bergeser ke depan karena episklera dan sklera
edema. Pada skleritis dengan pemakaian fenilefrin
hanya terlihat jaringan superfisial episklera yang pucat
tanpa efek yang signifikan pada jaringan dalam
episklera.2
3. Pemeriksaan Red-free Light
Membantu menegakkan area yg mempunyai kongesti
vaskular yang maksimum, area dengan tampilan
vaskular yang baru dan juga area yang avaskular total.
Selain itu perlu pemeriksaan secara umum pada mata
meliputi otot ekstra okular, kornea, uvea, lensa,
tekanan intraokular dan fundus.2

Adapun
pemeriksaan
laboratorium
tersebut meliputi :1,2,7
Hitung darah lengkap dan laju endap
darah
Kadar
komplemen
serum
(C3)
Kompleks imun serum
Faktor
rematoid
serum
Antibodi
antinukleus serum Antibodi antineutrofil
sitoplasmik Imunoglobulin E
Kadar asam urat serum
Urinalisis
Rata-rata Sedimen Eritrosit
Tes serologis
HBs Ag

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN RADIOLOGI2,3,7
Berbagai macam pemeriksaan radiologis
yang
diperlukan
dalam
menentukan
penyebab dari skleritis adalah sebagai
berikut :

Foto thorax
Rontgen sinus paranasal
Foto lumbosacral
Foto sendi tulang panjang Ultrasonography ( Scan A
dan B) CT-Scan
MRI

Pemeriksaan lain yang diperlukan antara


lain : Skin Test
Tes usapan dan kultur
PCR
Histopatologi

Berikut ini adalah beberapa diagnosis


banding dari skleritis:7
Konjunctivitis alergika
Episkleritis
Gout
Herpes zoster
Rosasea okular
Karsinoma sel skuamosa pada
konjunctiva
Karsinoma sel skuamosa pada
palpebra
Uveitis anterior nongranulomatosa

Diagnosis Banding Skleritis

Penatalaksanaan Skleritis
Terapi
skleritis
disesuaikan
dengan
penyebabnya.
Terapi awal skleritis adalah obat anti inflamasi
non-steroid sistemik.
Obat pilihan adalah indometasin 100 mg perhari
atau ibuprofen 300 mg perhari.
Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu
atau segera setelah tampak penyumbatan
vaskular harus segera dimulai terapi steroid
sistemik dosis tinggi.
Steroid ini biasanyaperoral yaitu prednison 80
mg perhari diturunkan dg cepat dalam 2 minggu
sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg
perhari. Kadangkala,
penyakit
yang berat
mengharuskan terapi intravena berdenyut
dengan metil prednisolon 1 g setiap minggu.1

Obat-obat imunosupresif lain juga


dapat digunakan. Siklofosfamid sangat
bermanfaat apabila terdapat banyak
kompleks imun dalam darah.2
Tindakan bedah jarang dilakukan
kecuali untuk memperbaiki perforasi
sklera
atau kornea. Tindakan ini
kemungkinan besar diperlukan apabila
terjadi kerusakan hebat akibat invasi
langsung
mikroba,
atau
pada
granulomatosis

Penipisan sklera pd skleritis yg sematamata


akibat
peradangan jarang
menimbulkan perforasi kecuali apabila
juga terdapat galukoma atau terjadi
trauma langsung terutama pada usaha
mengambil sediaan biopsi.
Tandur sklera pernah digunakan sebagai
tindakan
profilaktik
dalam
terapi
skleritis, tetapi tandur semacam itu
tidak jarang mencair kecuali apabila
juga disertai pemberian kemoterapi. 1

KOMPLIKASI SKLERITIS
Keratitis,
uveitis,
galukoma,
granuloma subretina, ablasio retina
eksudatif, proptosis, katarak, dan
hipermetropia.

PROGNOSIS SKLERITIS
Prognosis skleritis tergantung penyebabnya.
Skleritis pada spondiloartropati atau pada
SLE relatif jinak dan sembuh sendiri
dimana termasuk tipe skleritis difus atau
skleritis nodular tanpa komplikasi pada mata
Skleritis pada penyakit Wagener adalah
penyakit berat yg dapat buta permanen
dimana termasuk tipe skleritis nekrotik
dengan komplikasi pada mata.
Skleritis pada penyakit sistemik selalu lebih
jinak daripada skleritis dengan penyakit
infeksi atau autoimun.

Pada kasus skleritis idiopatik dapat


ringan, durasi yang pendek, dan lebih
respon terhadap tetes mata steroid.
Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe
yang paling destruktif dan skleritis
dengan penipisan sklera yang luas
atau yang telah mengalami perforasi
mempunyai prognosis yang lebih
buruk.

PENUTUP
Skleritis didefinisikan sebagai gangguan
granulomatosa kronik yang ditandai oleh
destruksi
kolagen,
sebukan sel dan
kelainan vaskular yang mengisyaratkan
adanya vaskulitis.
Skleritis disebabkan oleh berbagai macam
penyakit baik penyakit autoimun ataupun
penyakit sistemik, infeksi, trauma dan
idiopatik. Skleritis dapat
diklasifikasikan
menjadi episkleritis, skleritis anterior dan
skleritis posterior.

Gejala-gejala
pada
skleritis
dapat
meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia,
spasme,
dan
penurunan
ketajaman
penglihatan.
Terapi skleritis meliputi terapi medikamentosa
dan pembedahan. Komplikasi berupa
keratitis,
uveitis, galukoma,
granuloma
subretina, ablasio retina eksudatif, proptosis,
katarak, dan hipermetropia. Prognosis skleritis
tergantung pada penyakit penyebabnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eva PR. Sklera. Dalam:Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P, Suyono J, Editor.


Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta: EGC, 2000.169-73
2. Gaeta, TJ. Scleritis. http://www.emedicine.com. [diakses 30 November 2011]
3. Foulks GN, Langston DP. Cornea and External Disease. In: Manual of Ocular Diagnosis
and Therapy. Second Edition. United States of America: Library of Congress Catalog.
1988; 111-6
4. Subramanian M. Eye. http://www.medlineplus.com [diakses 30 November 2011]
5. Bolumleri. Sklera. http://www.eyestar.com.tr/htm/sklera.htm [diakses 30
November 2011]
6. Galor
A,
Thorne J.
Scleritis and
Peripheral
Ulcerative Keratitis. http://www.pubmed.com [diakses 30 November 2011]
7. Maza, MS. Scleritis. http://www.emedicine.com [diakses 30 November 2011]
8. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.
118-20
9. Chern KC. Iridocyclitis and Traumatic Iritis. In: Emergency Ophthalmology.
Boston, Massachusetts: McGraw-Hill Medical Publishing Division. 2002
10. Kanski JJ. Disorders of The Cornea and Sclera. In: Clinical Ophthalmology.
Third Edition. Wallingston, Surrey: Great Britain by Butler and Tanner Ltd, Frome and
London. 1994. 146-9.
11. Rootman J. Diseases of The Orbit. Second Edition. East Washington Sayare
Philadelpia: Library of Congress Cataloging in Publication Data. 1988: 373.
12. Newell FW. The Sclera. In: Ophthalmology Principles and Concepts. Fifth Edition.
St.Louis Toronto London: The CV Mosby Company. 1982. 220-1

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai