Latar Belakang
Logam emas merupakan salah satu komoditi bahan tambang yang mempunyai nilai jual
tinggi, sehingga menarik banyak orang untuk mengusahakannya. Karena disamping mudah
dan sederhana cara mendapatkannya, juga mudah dan cepat untuk menjual produk yang
dihasilkannya. Oleh karena itu, tidak heran jika semenjak dilakukannya penambangan
emas di Bombana sejak awal September 2008 menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat
yang menambang. Lokasi penambangan mencakup beberapa tempat diantaranya di sungai
Tahi Ite, sungai Wububangka, dan juga diketemukan di Satuan Pemukiman 8 (SP-8), SP-9
serta SP-6. Lokasi tersebut berjarak sekitar 40 km dari Rumbia, yakni Ibukota Kabupaten
Bombana.
Semenjak berita penemuan emas tersebut menyebar luas ke masyarakat, lebih dari
80.000 orang datang dari berbagai pelosok, tidak hanya dari masyarakat Kabupaten
Bombana saja melainkan juga dari daerah luar Provinsi Sulawesi Tenggara seperti dari
Sulawesi Selatan, Kalimantan dan bahkan ada yang berasal dari Jawa dan Papua. Para
penambang datang dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan bermotor (pribadi)
bahkan dengan berjalan kaki, tidak heran jika jalur lalu lintas antara Kolaka - Bombana
dan Kendari - Bombana menjadi ramai. 1 Kedatangan mereka tidak hanya sekedar ingin
tahu atau membuktikan berita tersebut melainkan dengan satu tujuan, yaitu ikut
menambang. Dengan bekal peralatan sederhana seperti wajan, sekop, cangkul dan tenda
dengan antusias mendulang emas dengan harapan akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.2
Secara umum, keterdapatan emas di alam bisa berupa sebagai cebakan emas
primer dan/atau endapan emas sekunder.3 Keberadaan logam emas dalam batuan bisa
1
Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya
Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008, hal 61
berbentuk nuggets berupa logam emas murni (native gold) bisa juga berupa butiran emas
yang sangat halus yang terjebak di dalam mineral sulfida, atau mineral oksida lainnya.
Sedangkan keterdapatan endapan emas sekunder diakibatkan oleh adanya proses
pelapukan batuan (cebakan emas primer) baik secara fisik maupun kimia dan ditransportasi
oleh air sungai serta diendapkan sebagai endapan eluvial atau endapan aluvial.
Keterdapatan emas di alam demikian ini sering disebut sebagai cebakan emas sekunder
atau lebih dikenal sebagai cebakan emas letakan (placer gold deposit)4 seperti yang
terdapat di daerah Bombana, Sulawesi Tenggara.
Teknik penambangan emas pada umumnya tergantung dari kondisi dan karakter
cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan
kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Cebakan emas primer, yang pada umumnya
terdapat didalam perut bumi berupa urat-urat kuarsa yang mengandung emas (vein)
disamping masih bercampur dengan mineral asosiasinya 5, dan juga batuan samping yang
pada umumnya bersifat keras. Penambangan untuk tipe cebakan emas primer dapat
dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), namun dapat juga
dilakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka (surface mining), tergantung
sistem mana yang menguntungkan berdasarkan pada nilai stripping ratio 6. Karena
batuannya bersifat keras, maka penambangannya dilakukan dengan berbagai metoda
penambangan dengan menggunakan alat gali dari yang paling sederhana (cangkul, paju,
palu, ganco) hingga menggunakan alat berat (excavator) bahkan sering dibantu dengan
menggunakan bahan peledak atau teknik peledakan 7. Beberapa contoh penerapan sistem
4
http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer. Nuggets adalah butiran logam emas dengan bentuk
tidak beraturan yang terdapat di alam yang relatif murni dan dapat dilihat secara kasat mata. Endapan elluvial
adalah endapan yang hasil pelapukan yang tertransportasi tetapi masih dekat dengan sumbernya. Sedangkan
alluvial yang tertransportasi oleh air tetapi relatif sudah jauh dengan sumbernya. Sementara placer gold
deposit adalah cebakan emas letakan yang terdapat pada kedua tipe endapan tersebut.
5
Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA,2006.
Sebagai ilustrasi dijelaskan pada identifikasi minerolgi dan karakterisasi percontoh bijih emas hasil analisis
mikroskopis bijih menunjukkan bahwa cebakan emas yang beraosiasi dengan urat kuarsa digolongkan
menjadi empat macam, yakni : fasies karbonan- kuarsa, mangan oksida-kuarsa, kuarsa opal berlapis dan
kuarsa bersulfida. Beberapa jenis mineral yang berasosiasi dengan emas diantaranya pirit, galena, sfalerit,
kalkopirit, silikat ( plagioklas, klorit, dll) bersama material karbonan.
6
Stripping ratio : adalah perbandingan antara volume atau berat material tanah penutup terhadap volume
atau berat bahan galian atau bijih yang akan ditambang. Stripping ratio merupakan salah satu faktor dalam
pemilihan sistem penambangan. Semakin besar nilai stripping ratio pada umumnya diatas (>5) lebih cocok
untuk ditambang dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining) disamping faktor-faktor
lainnya.
7
Teknik peledakan biasa digunakan dalam teknologi penambangan terutama untuk batuan yang bersifat
keras, baik untuk sistem penambangan bawah tanah (Pongkor) maupun untuk tambang terbuka (Batu hijau,
tambang bawah tanah, misalnya penambangan emas di Pongkor (PT. Aneka Tambang),
Lebongtandai (Lusang Mining) dan Tembagapura (PT. Freeport Indonesia). Berbeda
dengan tipe cebakan emas sekunder, yang pada umumnya terdapat pada permukaan bumi,
yakni berupa endapan eluvial dan/atau aluvial dan komponen materialnya bersifat lepas
(gravel, pasir, lanau), walaupun kadangkala cebakan tersebut tertutup oleh lapisan tanah
yang cukup tebal. Oleh karena itu, penambangan pada umumnya dilakukan dengan sistem
tambang terbuka (surface mining), meskipun pada kasus tertentu ada kalanya
dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Metoda
penambangan dapat dilakukan baik secara konvensional, maupun dengan cara.mekanis
(menggunakan alat berat) dan / atau dengan cara semi mekanis (pompa, monitor) seperti
disajikan pada Gambar IV.1. Penerapan sistem tambang terbuka dengan cara ini seperti
yang dilakukan pada penambangan timah di P. Bangka dan penambangan intan di
Martapura (Kalimantan Selatan).
Sumber: Heemskerk
Konsep Good Mining Practice dan Pemisahan Emas Letakan Secara Gravity
Guna keperluan analisis kualitatif tentang tipologi penambangan emas di Bombana
dikemukakan 2 (dua) konsep sebagai indikator dalam analisis ini. Pertama adalah konsep
8
Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh air raksa (Hg), sedangkan
sianidasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh bahan sianida (KCN, NaCN),
lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan
Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, Sedangkan tioureasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas
(Au) dan perak (Ag) ataupun logam dasar seperti tembaga (Cu) oleh amonium tiourea atau amonium
tiosulfat, dapat dilihat juga pada Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat
(Batch Scale), tekMIRA, 2006.
9
Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines
and Geology, 1986. Berbagai peralatan konsentrasi emas berdasarkan perbedaan berat jenis (graviti) dengan
media dan aliran air, diantaranya adalah pans, rocker atau (sluice box ), palong (long tom), jig, humprey
spiral dan shaking table hingga peralatan yang lebih modern seperti fine material separator, knelson
concentrator.
keterkaitan
hulu-hilir/konservasi,
nilai
tambah
dan
pengembangan
Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan
Benar, Studi Nusa, 2003.
11
Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines
and Geology, 1986.
12
Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya
Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.
kemitraan. Sementara pola pikir yang mendasarinya adalah social justice and equity,
pendekatan holistik, komprehensif, terpadu, menghargai keanekaragaman atau pluralisme
serta berwawasan jangka panjang 13.
Melalui tata cara pengelolaan pertambangan yang baik dan benar, diharapkan dapat
dihindari terjadinya pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber
daya, terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan serta terlindunginya keselamatan dan
kesehatan para pekerja. Oleh karena itu, dalam praktek pengelolaan pertambangan perlu
dilakukan: penerapan teknik pertambangan yang tepat; peduli lingkungan; peduli
keselamatan dan kesehatan kerja; penerapan prinsip konservasi; memiliki nilai tambah;
optimalisasi manfaat bagi masyarakat; dan standardisasi pertambangan.
Gambar IV. 2. Konsep pertambangan yang baik dan benar (good mining practice)
Konsep Pemisahan Emas Letakan Secara Gravity :
Secara konseptual metoda dan peralatan yang digunakan untuk meperoleh emas dari
cebakan emas placer adalah konsentrasi graviti (gravity concentration)
14
. Pemisahan
secara graviti ini paling sering atau banyak digunakan dalam metoda perolehan emas.
13
Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya
Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.
14
Gravity concentration, adalah konsentrasi bijih emas dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis
(specific gravity).
Berbagai peralatan perolehan emas melalui metoda gravimetri, termasuk pans (dulang),
sluicebox, long toms, jigs 15 , disamping itu juga termasuk peralatan amalgamasi yang telah
lama digunakan di California (Silva, 1986). Metoda konsentrasi graviti ini menggunakan
media aliran air, sementara butiran emas yang sangat halus yang disinyalir sebagai flour,
fload atau colloidal gold
16
hanya mampu memperoleh tidak lebih dari 60 % kandungan emas, dan sejak 1945
perolehan emas bisa mencapai 70 75 % (Spiller, 1983) 17. Kini dengan adanya sejumlah
perubahan dan disain baru, perolehan dari
Roughin
g
C
Scavengin
gg
Tailing
15
Sluice box, adalah alat alat konsentrasi graviti yang berbentuk kotak memanjang (artificial channel) pada
bagian alas dipasang
riffles untuk membentuk aliran turbulensi sehingga butiran material yang berat
Cleanin
T
jenisnya tinggi dapat terperangkap dan/atau dilapisi dengan karpet yang berfungsi untuk menjebak butiran
g
emas yang lewat melalui media aliran air. Long toms, merupakan gabungan beberapa sluice box yang
dipasang secara bertingkat dengan arah memanjang. Jigs, termasuk
juga alat konsentrasi graviti, namun arah
Concentra
gerakan secara vertikal, disamping menggunakan media air juga digunakan media material dengan berat jenis
menengah yakni diantara berat jenis material yang akan dipisahkante
(ringan dan tinggi).
16
Flour, fload, coloidal gold, merupakan bentuk ukuran butiran emas yang relatif halus dari yang berbentuk
tepung hingga berbentuk koloidal.
17
Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983.
akhir. Dalam kasus ini, peralatan yang digunakan dalam pencucian sama dengan peralatan
yang digunakan dalam tahap pertama, yakni roughers. Sluice box dapat juga digunakan
untuk mencuci konsentrat yang mengandung pasir berwarna hitam (black sand), sebagai
salah satu contoh adalah alat roughing yang juga bisa digunakan dalam proses cleaning.
Peralatan lainnya, seperti shaking tables sangat cocok untuk digunakan sebagai roughers
dan khususnya digunakan dalam proses cleaning. Konsentrat akhir dicuci hingga diperoleh
kadar konsentrasi bijih emas yang optimal.
Tahap 3 (Scavenging) :
Merupakan tahap akhir, yaitu tahapan dalam memproses material tailing baik yang berasal
dari roughing maupun cleaning sebelum dibuang ke disposal (tempat penampungan akhir
dari tailing). Scavenging dioperasikan hanya cocok dalam jumlah produksi yang besar.
Indikator keberhasilan dalam proses konsentrasi graviti ini biasanya dinyatakan
sebagai tingkat perolehan (recovery) yang merupakan jumlah prosentase emas dalam bijih
yang diperoleh melalui konsentrat. Kadar konsentrat adalah prosentase emas dalam
konsentrat, kadar konsentrat 10 % artinya mengindikasikan bahwa konsentrat mengandung
emas sebesar 10 % dari berat emas. Indikator lainnya adalah nilai ratio of concentration
yang merupakan perbandingan antara (berat x kadar) konsentrat dengan (berat x kadar )
umpan (feed). Jika nilai ratio of concentration = 1,00, ini menunjukkan bahwa proses
pengolahan tidak berhasil. Nilai ratio of concentration pada umumnya akan meningkat
sesuai dengan meningkatnya kadar konsentrat. Pada umumnya, semakin tinggi kadar
konsentrat akan semakin rendah jumlah perolehan. Sejumlah material akan hilang dalam
memperoleh kadar konsentrat yang tinggi. Seperti dalam kasus tertentu, semakin tinggi
kadar konsentrat maka akan menjadi lebih baik dari pada mengambil kembali butiran emas
halus dari konsentrat kadar rendah, dengan demikian berarti akan mengurangi biaya
pengambilan butiran emas halus (refinery).
Tipologi Penambangan Emas di Bombana
Penambangan cebakan emas placer pada umumnya tergantung pada kondisi keberadaan
cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan
kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas di daerah Bombana yang
pada umumnya berupa endapan sungai atau jenis cebakan emas placer, dengan ketebalan
endapan yang diduga mengandung emas kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah
penutup bervariasi dari 1 - 8 meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem
penambangan yang paling cocok untuk diterapkan di Bombana adalah sistem tambang
terbuka (surface mining), walaupun pada kasus tertentu tidak tertutup kemungkinan untuk
dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Sedangkan
metoda pemisahan (pengolahan) mineral yang umum diterapkan untuk jenis endapan emas
placer adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni pemisahan mineral berharga (emas)
atau disebut consentrate terhadap mineral pengotornya (tailing) berdasarkan perbedaan
berat jenis (specific gravity) dan media aliran air.
Seperti telah diketahui bahwa metoda penambangan dan pengolahan yang paling
sederhana dan murah serta mudah untuk diterapkan pada cebakan emas placer adalah
penambangan secara manual dengan cara pendulangan (artisanal mining)18 yang dapat
dilakukan secara perorangan. Metoda berikutnya adalah tambang semprot dan pemisahan
dengan menggunakan sluice box yang dilakukan secara kelompok, seperti yang lazim
dijumpai pada tambang-tambang untuk jenis endapan aluvial lainnya di Indonesia.
Demikian pula halnya dengan metoda penambangan endapan emas placer yang dijumpai
di Bombana, terdapat berbagai tipologi penambangan yang pada prinsipnya merupakan
kombinasi dari proses penambangan dan pemisahan secara konsentrasi graviti dalam
memperoleh logam emas. Berikut ini adalah gambaran atau diskripsi tentang tipologi
penambangan dan pemisahan secara konsentrasi graviti yang dilakukan oleh masyarakat di
Bombana sebagaimana disajikan pada Tabel IV.1.
Tabel IV. 1. Tipologi penambangan emas oleh masyarakat di Bombana
No.
1
Tipologi
Penambangan dan
perolehan konsentrasi
emas dengan cara
pendulangan (panning)
Penambangan dengan
cara penggalian
(sumuran, paritan)
perolehan konsentrasi
emas dengan mini
sluice box dan
pendulangan (panning)
Penambangan dengan
Peralatan
Keterangan
Pendulangan (panning)
dilakukan pada badan
sungai. (perorangan)
Pembuatan sumuran,
paritan untuk memperoleh
umpan mini sluice box
pendulangan. (kelompok:
3-5 orang)
18
Artisanal mining, merupakan istilah umum untuk penambangan dengan cara pendulangan (panning). Lihat
juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press,
2007
10
Penambangan dengan
cara tambang mekanis,
perolehan konsentrasi
emas dengan
penyemprotan dan multi
sluice box dan
pendulangan
11
Foto IV. 1.
12
Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang (pans) yang terbuat
dari kayu dan bahkan menggunakan wajan (kuali) tentunya belum atau tidak
memenuhi standar. Walaupun bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai
pembanding bahwa standar gold pans di Amerika misalnya, mempunyai ukuran
standar sebagai berikut: diameter bagian atas 15 - 18 inci, kedalaman lekukan (depth):
2 - 2,5 inci serta sudut kemiringan sisi-sisinya 30 - 45 o dan bahan pans bisa terbuat
dari logam atau plastik.
Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki ketrampilan dan pengalaman
mendulang, meskipun dasar pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan
pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan didulang berbutir relatif
seragam disamping dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang),
walaupun sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang bisa
dipelajari dari para pendulang yang telah berpengalaman.
berasal dari Menado dan Jawa Barat. Permasalahan yang timbul dari cara penambangan
demikian ini adalah pemborosan sumberdaya mineral, karena sebagian lapisan antara
belum terambil dan sering terjadi kecelakaan tambang, yakni akibat runtuhnya tanah
penutup yang relatif kurang stabil.
Mengingat semakin sulit untuk memperoleh butiran emas yang cukup besar, maka
para penambang berupaya melakukan proses pemisahan untuk memperoleh butiran emas
yang halus. Pemisahan butiran emas dilakukan dengan menggunakan mini sluice box,
terbuat dari kerangka dan anyaman bambu berbentuk empat persegi panjang yang
berukuran panjang (1, 5 m) dan lebar (0,5 m) yang dilapisi karpet. Salah satu bagian ujung
dikombinasikan dengan sebuah kotak terbuka yang dilengkapi dengan jaring yang
berfungsi untuk pemberaian dan menyaring material berbutir kasar (kerikil). Mini sluice
box tersebut dipasang miring atau membentuk sudut kecil, sehingga air yang dituangkan
secara manual dengan menggunakan ember kedalam kotak tersebut dapat mengalir diatas
karpet (Foto IV.2. B). Setelah beberapa kali penuangan (proses), karpet dilepas dan dicuci
dalam baskom atau ember selanjutnya dilakukan pendulangan.
A
Foto IV. 2.
B
Penambangan dengan cara membuat sumuran (A) dan
pengoperasian mini sluice box (B).
umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat secara berkelompok yang terdiri 3 - 5 orang
dengan modal kecil. Pengetahuan tentang cara penambangan tersebut diperoleh setelah
mereka berbaur dengan masyarakat penambang dari luar Bombana, khususnya para
penambang yang berasal dari Menado, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, P. Bangka dan P.
Belitung. Tipologi penambangan ini dengan modal dan pengetahuan yang minim, jelas
tidak akan dapat memenuhi konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan benar.
Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada
prinsipnya tidak jauh berbeda dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe pertama).
Perbedaannya bahwa pada tipologi ini ada proses pemilihan, pencucian dan pemberaian
material sebagai umpan (feed) proses pendulangan (panning) atau sudah dilakukan proses
roughing walaupun dilakukan secara manual (hand picking) dan proses cleaning yang
dilakukan secara bersamaan dengan proses roughing. Perbedaan lainnya yang menonjol
pada upaya penerapan konsep perolehan konsentrasi gravimetri, dimana proses roughing
dan cleaning dilakukan secara terpisah, walaupun dalam pengoperasian kedua tahap
tersebut belum cukup memadai. Terutama dalam tahap roughing dimana peralatan yang
digunakan masih sangat sederhana, yakni berupa mini sluice box. Kelemahan cara ini,
walaupun dapat menangkap butiran emas yang halus, namun kapasitas produksi masih
relatif rendah. Karena aliran air yang diskontinyu atau tidak tetap dan aliran air tidak
merata bahkan kadang-kadang aliran air terlalu besar, sehingga kemungkinan besar masih
banyak butiran emas berbutir halus terbuang bersama aliran air.
Secara konseptual, sesungguhnya peralatan lainnya selain pans adalah rocker 19.
disamping cukup sederhana, juga efektif dan relatif murah biaya pengoperasiannya dan
dapat digunakan secara berkelompok. Alat konsentrasi ini terbuat dari kayu, yakni terdiri
dari sebuah sluice box, yang dilengkapi dengan screen dan apron 20. Pada bagian dasar
atau lantai sluice box dipasang rifflers untuk membentuk aliran air secara turbulensi
sehingga dapat menangkap atau menjebak butiran emas yang terbawa oleh aliran air.
Saringan (screen) dapat berperan untuk memotong material kasar tetapi cukup lunak,
sehingga memberi kesempatan lempung (clay) dapat terberai secara lebih sempurna,
dengan demikian semua partikel emas berbutir halus dapat terlepas (bebas) dari ikatan
19
Rockers, adalah sejenis alat konsentrasi graviti atau sama dengan sluice box tetapi dtlengkapi dengan
screen dan apron.
20
Screen, adalah saringan yang terbuat dari kawat atau plat yang dilubangi. Apron terbuat dari kanvas yang
dilubangi secara mendatar (strip) yang berfungsi untuk mengarahkan material ke ujung atas rockers.
15
lempung. Saringan ini berukuran (16 - 20 ) inci dengan lebar lubang bukaan (opening)
sekitar 0,5 inci. Material halus yang tercuci akan jatuh dan lolos melalui lubang bukaan,
selanjutnya akan terbawa aliran air serta jatuh diatas apron yang dipasang miring
(menyudut). Apron tersebut dapat berperan untuk mengarahkan atau membawa semua
material ke ujung atas rocker.
Walaupun bentuk dan ukuran rocker
umum tergantung dari material yang tersedia, ukuran butir emas yang akan diperoleh, dan
terutama sangat ditentukan oleh pengalaman penambang. Konstruksi rocker pada
umumnya mempunyai panjang (24 - 60) inci, lebar (12 - 25) inci dan tinggi (6 - 14) inci,
sebagaimana diilustrasikan pada skema gambar berikut ini (Gambar IV.4).
16
pembuatan sluice box ini, bisa terbuat dari kayu, aluminium, plastik dan baja. Slice box
yang berukuran kecil terbuat dari aluminium atau baja dan mudah diangkut (portable),
biasa digunakan untuk prospecting 21. Walaupun ukuran panjang sluice box bisa mencapai
ratusan feet yang dipasang secara bertingkat dan biasa disebut sebagai long toms, namun
pada umumnya mempunyai panjang 12 feet dan lebar 1 feet. Sluice box yang berukuran
panjang lebih efisien dari pada sluice box yang berukuran pendek tetapi lebar. Kemiringan
sudut pemasangan berkisar (4 - 18 inci) untuk setiap panjang 12 feet atau (1 - 1/6 hingga 1
- ) inci untuk setiap panjang 1 foot. Kondisi tersebut tergantung pada jumlah air yang
tersedia, ukuran material yang diproses serta ukuran partikel emas yang akan diperoleh.
Sluice box dalam pengoperasiannya memerlukan sejumlah air pencuci, namun jika terlalu
besar air yang dialirkan ke dalam umpan (feed) dapat mengakibatkan lapisan pasir yang
mengandung emas hilang keluar melalui dasar sluice box. Oleh karena itu, penggunaan
riffles menjadi penting, karena riffles di dalam sluice dapat memutar kembali materialmaterial di dalam aliran air terperangkap membentuk lapisan pasir berupa partikel dengan
berat jenis tinggi dan terbentuknya gaya putaran (turbulance). Gerakan putaran ini lah
yang menyebabkan partikel berat jatuh terguling dan dengan cepat terperangkap oleh
media lekukan (Gambar IV.5). Riffles ini bisa terbuat dari kayu, batu, besi atau baja dan
pada umumnya berukuran tinggi 0,5 - 1 inci. Disamping riffles, material lainnya berupa
karpet (carpet), courdoroy, burlap dan digunakan pada dasar sluice untuk meningkatkan
perolehan emas berbutir halus.
17
dengan cara pencucian kembali dengan frekuensi lebih dari satu kali, mengurangi
kecepatan aliran lumpur (slurry) hingga kecepatan alir 2 - 3 feet per menit, dan/atau
mengurangi jumlah umpan (feed) dan biasanya dilakukan dengan menggunakan saringan.
Sebagai ilustrasi secara detil tentang gambar teknik sebuah rocker yang dapat digunakan
sebagai bahan acuan dalam pembuatan sebuah rocker disajikan pada Gambar IV.6.
Gambar IV. 6. Gambar teknik dan bagian dari sebuah rocker (Silva, 1986)
18
Keterangan:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
H.
Screen, luas dimensi luar bottom screen, sekitar 16 inci 2. 4 buah, berukuran: (tebal x lebar x panjang) =
(1 x 4 x 15 1/4) inci dan 1 buah screen dengan luas16 inci
Apron, terbuat dari canvas (1 x 2) inci strips covered loosely. Untuk cleadts dan apron, dll, 27 feet (1 x
2) inci. 5 buah iron rod: 3/8 inci x 19 inci (panjang).
I.
19
melepaskan material yang mengandung emas yang terperangkap dalam karpet, selanjutnya
dilakukan pendulangan guna memisahkan butiran emas dari material pengotornya.
Penambangan dengan cara ini terutama dilakukan di daerah Tahi ite, tidak hanya
pada sungai utama, tetapi kini sudah merambah pada cabang-cabang sungai kering
(intermiten)
22
ketersediaan air, masalah penyemprotan yang dilakukan pada tebing-tebing sungai yang
cukup terjal, sehingga besar kemungkinan terjadinya longsoran. Cara penambangan ini
dilakukan secara berkelompok (5 - 10 orang) oleh anggota masyarakat yang cukup modal
(pemodal), dan salah satu anggotanya biasanya berasal dari luar Bombana, terutama
berasal dari P. Bangka atau Martapura (Kalimantan Selatan) yang telah berpengalaman
dalam tambang semprot.
Intermeten, adalah tidak tetap, misalnya sungai yang berair hanya ketika musim hujan.
20
21
22
23
24
lingkungan yang semakin parah, tidak hanya permukaan tanah yang tidak merata tetapi
juga terbentuk ceruk atau semacam kubangan lumpur yang cukup dalam. Kondisi tersebut
juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, yang merupakan sumber
penyakit. Walaupun demikian, tailing yang terbuang disamping lumpur terdapat juga pasir
dan kerikil yang terkonsentrasi yang sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan sebagai hasil sampingan. Kini dengan semakin terbatasnya area penambangan,
tambang semprot tersebut tidak hanya menempati bekas penambangan sebelumnya, tetapi
juga sudah merambat ke tebing anak sungai intermiten. Disamping berpotensi terjadinya
longsoran, juga dapat mengakibatkan badan sungai menjadi semakin melebar.
Dampak teknik penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot
dan perolehan konsentrasi emas dengan multi sluice box dan pendulangan
Penambangan dengan cara ini dilakukan oleh masyarakat penambang yang bermitra
dengan perusahaan swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang telah mempunyai izin
eksploitasi. Dampak penambangan ini belum nampak begitu kelihatan nyata, karena masih
baru berlangsung sambil melakukan tahap penyiapan (development), tetapi yang jelas lebih
baik dari cara penambangan sebelumnya karena sebelum tambang beroperasi telah
dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Dengan semakin menumpuknya tailing,
lambat laun akan menimbulkan permasalahan baru, untuk itu sedang dipikirkan tentang
bagaimana cara memanfaatkan tailing tersebut menjadi produk sampingan (by product).
Sebagian dari pengolahan hasil penambangan ini dilakukan bermitra dengan masyarakat
penambang dengan sistem bagi hasil, masyarakat yang mengolah mendapat bagian 24 %.
Menurut masyarakat penambang, walaupun hasilnya sedikit, tetapi ada kepastian
pendapatan dan memperoleh jaminan kesehatan maupun kecelakaan. Bagi masyarakat
penambang, yang penting dapat bekerja dengan tenang atau tidak digusur, meskipun kini
belum adanya kepastian jaminan masa depan.
Kesimpulan
Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa tipologi penambangan emas oleh
masyarakat di Bombana ada 4 tipe, yakni:
Tipe 1:
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara perseorangan dengan cara
pendulangan (panning) tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang baik dan
25
benar. Walaupun secara konseptual masih relevan dengan konsep metoda perolehan secara
konsentrasi graviti untuk penambangan awal, namun penerapan metoda pendulangan
(panning) ini menjadi bermasalah ketika penambang jumlahnya ribuan pada lokasi yang
relatif terbatas dan sebetulnya metoda pendulangan (panning) ini hanya cocok untuk
pekerjaan prospecting. Dampak penambangan tipologi ini pada awalnya kerusakan
lingkungan tidak cukup berarti, namun dengan bertambahnya ribuan penambang maka
kerusakan lingkungan menjadi penting untuk diperhatikan.
Tipe 2:
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok, namun karena
kekurangan modal dan pengetahuan serta belum terorganisir dengan baik dan benar,
sehingga masih jauh dari persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar.
Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi graviti telah diterapkannya tahap
roughing dan cleaning secara terpisah, namun karena peralatan kurang memadai sehingga
perolehan emas menjadi kurang optimal. Dampak akibat kegiatan penambangan ini selain
terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga terjadinya kerusakan secara fisik
menjadi semakin parah karena tanpa adanya perencanaan yang baik dan benar.
Tipe 3:
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan
dukungan penyandang dana dan koordinator berpengalaman, tetapi karena tidak dilakukan
perencanaan yang baik dan bahkan cenderung sebagai petualang. Tipologi penambangan
ini jelas tidak memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar.
Secara konseptual perolehan konsentrasi graviti relatif lebih baik dibandingkan dengan
tipologi penambangan sebelumnya (tipe 1 dan 2), tetapi karena tanpa perencanaan dengan
baik dan benar mengakibatkan kerusakan fisik lingkungan akibat penerapan teknik
penambangan ini menjadi semakin parah.
Tipe 4:
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat dengan bermitra perusahaan swasta
dimana masyarakat hanya melakukan pemisahan atau pengolahan saja, sementara
penambangannya dilakukan oleh perusahaan secara tambang mekanis. Tipologi
penambangan ini relatif lebih memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik
dan benar ketimbang tipologi sebelumnya (tipe 1, 2 dan 3). Karena disamping adanya
dukungan modal, juga didukung oleh peralatan dan pengetahuan yang lebih memadai.
Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi graviti belum dilakukannya tahap
26
DAFTAR PUSTAKA
Heemskerk, M., and Kooye, R. van der, Challenges To Sustainable Small-Scale Mine
Development In Suriname, 2003,
http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di Bombana.
http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas Bombana.
http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer.
Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation
Division of Mines and Geology, 1986.
Mining and Its Effects on the Environment, http://www.scribd.com/doc/103246/IssueAnalysis-Mining-and-Its-Effects-on-the-Environment
Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan
yang Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.
Sotham, S., Small-scale gold mining in Cambodia :A Situation Assessment, Ministry of
Industry, Mines and Energy, Cambodia, 2004, 37 p.
Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983.
Zulkarnain, Iskandar dkk., Potensi Konflik di Daerah Pertambangan: Kasus Cikotok dan
Pongkor, Jakarta: Riset Kompetitif Pengembangan Iptek - LIPI, 2003.
Zulkarnain, Iskandar dkk., Konflik di Kawasan Pertambangan Timah, Bangka Belitung:
Persoalan dan Alternatif Solusi, Jakarta: Riset Kompetitif Pengembangan Iptek
-LIPI, 2005.
Zulkarnain,
Iskandar
dkk.,
Panduan
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Kawasan
27