Anda di halaman 1dari 30

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu suatu ilmu


pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan
dan keselamatan kerja diatur dalam Undang-undang Nomor I Tahun 1970 tentang
kesehatan dan keselamatan kerja. (1)
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE), K3 diartikan
sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan
yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. (1)
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu : (1)

Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja

Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja

Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja


Sasaran dari K3 adalah : (1)

Menjamin keselamatan operator dan orang lain

Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan

menjamin proses produksi aman dan lancer

1. KESEHATAN KERJA
Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan
kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap
tempat kerja, khususnya tempat yang memiliki resiko bahaya kesehatan yang
besar bagi pekerja agar pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja
yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. (1,2)

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. (1,3)
Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari occupational health yang
cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah
kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti
usaha- usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian
faktor manusia dan pekerjaannya. (2)
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
Penyerasian tersebut baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode
kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk: (4,5)
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi- tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari

dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif


tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: (5)
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3.Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
debu, parasit, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang
pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.(5)
2. KEDOKTERAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
KEDOKTERAN KERJA
Kedokteran kerja adalah cabang kedokteran klinis yang paling aktif di
bidang kesehatan kerja. Peran utamanya adalah penyediaan saran kesehatan untuk
organisasi dan individu untuk memastikan bahwa standar tertinggi Kesehatan dan
Keselamatan di Tempat Kerja dapat dicapai dan dipertahankan. Dokter kerja harus
memiliki pengetahuan yang luas dari kedokteran klinis dan kompeten dalam
sejumlah bidang penting. (6)
Kesehatan Kerja harus bertujuan promosi dan pemeliharaan tingkat
tertinggi fisik, mental dan sosial kesejahteraan pekerja di semua pekerjaan;
pencegahan di antara para pekerja keberangkatan dari kesehatan disebabkan oleh
kondisi kerja mereka, perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari risiko
akibat faktor yang merugikan bagi kesehatan;. menempatkan dan pemeliharaan
pekerja dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan peralatannya fisiologis dan
psikologis dan, untuk meringkas, adaptasi kerja untuk orang dan setiap orang
untuk pekerjaan mereka
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal
23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,
untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja. (4)
Ruang Lingkup Kedokteran kerja
Upaya kedokteran kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
Penyerasian tersebut baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode
kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk: (3)
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Ruang lingkup kedokteran kerja tidak hanya terbatas pada kesehatan dan
keselamatan pekerja tetapi juga kesejahteraannya baik secara psikologis maupun
sosial dan peningkatan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang produktif
secara sosial dan ekonomi. (3,4)
Tujuan akhir dari kedokteran kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu
prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi
inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja yang meliputi beban kerja,
kapasitas kerja dan lingkungan kerja. (3,4)
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban fisik,

beban mental, maupun beban social. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kesehatan kerja berusaha
mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau para pekerja denagn
merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.
Misalnya alat untuk membajak sawah diciptakan mesin pembajak, untuk
mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan komputer, dan sebagainya. (3,4)

Upaya dalam Kedokteran Kerja


Peran dokter, salah satunya adalah melayani pemeriksaan kesehatan
( Medical Check Up) terhadap masyarakat umum maupun perusahaan / instansi
atau institusi dengan pendekatan dari berbagai aspek kesehatan yang ada. Untuk
menangani problematika kesehatan secara menyeluruh maka dokter harus
menggunakan pendekatan Occupational Health (kesehatan kerja) yang meliputi
tindakan promotif maupun preventif, penyesuaian faktor manusia terhadap
pekerjaannya, lingkungan kerja dan penyakit umum yang melibatkan berbagai
multi disiplin ilmu yang terintegrasi. (4)
Salah satu fungsi dan upaya WHO yang diabadikan dalam Konstitusi
adalah untuk mendorong perbaikan kondisi kerja.. Pada tahun 2007, Majelis
Kesehatan Dunia WHO Global mengesahkan Rencana Aksi Buruh Kesehatan
(IPK) (2008-2017) yang merupakan tindak lanjut dari Strategi Global WHO
tentang Kesehatan untuk Semua disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada
tahun 1996. (4)
Tujuan utama dari IPK adalah untuk:(6)

Memperkuat fungsi pemerintahan dan kepemimpinan sistem kesehatan


nasional untuk merespon kebutuhan khusus kesehatan kerja populasi

Menetapkan tingkat dasar perlindungan kesehatan di semua tempat kerja


untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam kesehatan pekerja antara dan di
dalam negara dan memperkuat promosi kesehatan di tempat kerja.

Memastikan akses semua pekerja untuk pelayanan kesehatan preventif dan


kesehatan kerja link ke perawatan kesehatan primer.

Meningkatkan pengetahuan dasar untuk bertindak untuk melindungi dan


mempromosikan kesehatan pekerja dan membangun hubungan antara
kesehatan dan bekerja.

Merangsang penggabungan tindakan pada kesehatan pekerja dalam


kebijakan lain, seperti pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan,
liberalisasi perdagangan, perlindungan lingkungan dan kerja.
Pemerintah telah menerbitkan undang-undang no 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, yaitu : (4)


1.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2.

Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

3.

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4.

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya.

5.

Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6.

Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

7.

Mencegah

dan

mengendalikan

timbul

atau

menyebarluaskan

suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran.
8.

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik


maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

9.

Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.


11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman


atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari undang-undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja
dengan tenang dan dapat menaikkan pendapatan perusahaan tempatnya bekerja
tanpa harus memikirkan bagaimana membayar biaya pengobatan apabila pekerja
tersebut sakit karena kesehatan mereka sudah dijamin oleh undang-undang.
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. (9,10)
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Faktor Penyebab
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,
sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab
dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: (8)

1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang


sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. (8,9,10)
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman: (8)
1. Tentukan Diagnosis klinisnya
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

3. HIGIENE INDUSTRI DAN WALK TROUGH THE SURVEY

Pengertian
Higiene Industri atau kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang
ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktorfaktor dan stress lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, kesejahteran, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan
masyarakat. (9)
Faktor lingkungan kerja meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomic dan
psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaannya. (9)
Tujuan Higiene Industri
1.

Mencegah

timbulannya kecerdasan dan penyakit akibat kerja melalui

usaha-kungan usaha pengenalan (recognition), penilaian (evaluasi), dan


pengendalian (contol) bahaya lingkungan kerja atau accupational health hazards.
2.

Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan

nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahan maupun kepada


karyawan, guna meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja
karyawan.
Kesehatan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi
pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk
mengenal, mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres
lingkungan di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.

Tujuan kesehatan lingkungan kerja adalah: (9)

Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui usahausaha pengenalan (recognizion), penilaian (evaluation), dan pengendalian

(control) bahaya lingkungan kerja atau occupational health hazard


Menciptakan kondisi tenpat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun kepada
karyawan, guna meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas
kerja karyawan.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan

masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin


timbul. Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya
lingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja,
utamanya terhadap pekerja, ditempuh tiga langkah utama yaitu: pengenalan,
penilaian dan pengendalian dari berbagai bahaya dan resiko kerja. (9)
Program kesehatan lingkungan kerja
Program kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut
faktor-faktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan
hazard kesehatan yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting
diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan
pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif.
Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki
yaitu dalam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair
dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada
telinga oleh getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu
frekuensi dan intensitas suara.
Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah:
1. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara
generator.

10

2. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan


oleh mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus
melainkan terputus-putus, misalnya mesin gerenda.
3. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
atau peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan

hentakan, misalnya mesin pres dan mesin tumbuk.


Fibrasi (Getaran Mekanik)
Identifikasi Fibrasi
Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan
getaran, dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada
alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya
disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang
digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan forklif.
Pengaruh fibrasi
Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah
1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa

tidak nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran


2. Menimbulkan kelelahan
3. Menimbulkan bahaya kesehatan,
Radiasi
Identifikasi radiasi di tempat kerja
Radiasi adalah hazard kesehatan di lingkungan tempat kerja dan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi tidak mengion
Radiasi mengion
Umumnya dapat ditemui di tempat kerja karena penggunaan alat yang
menggunakan bahan radiasi. Atau mempunyai inti yang tersusun dari
proton dan neutron. Proton mempunyai muatan positif dan neutron
bermuatan negatif.
Radiasi mengion dibagi menjadi 5 jenis yaitu: radiasi sinar alfa, beta,
gamma, sinar X dan neutron
Radiasi tidak mengion

11

Sinar adalah murni energi disebut sebagai energi elektromagnetik dan


keran karakternya barbagai jenis sinar mengacu pada karasteristik
gelombang. Energi sinar berkaitan dengan panjang gelombang. Panjang
gelombang yang lebih pendek energinya lebih tinggi. Yang termasuk
radiasi tidak mengion adalah gelombang mikro (microwave), sinar
laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan tergantung dari jenis radiasi yang
terdapat di lingkungan tempat kerja. Efek radiasi umumnya akan
menimbulkan luka bakar pada jaringan tubuh yang terkena.
Pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh terutama adalah
gangguan terhadap faali tubuh
Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada mata
Sinar ultraviolet dapat meyebabkan konjungtivitis, bagi orang
yang kulitnya kurang pigmen yang terpapar dapat menyebabkan
kanker kulit.
Sinar X dan gamma dapat mnenyebabkan luka bakar, impotensi,
kerusakan pada hipoitik dan leukimia.
Sinar alfa dan beta dapat menyebabkan kelainan pada daerah
yang terkena /terpapar dan menimbulkan kelainan kronis yang

akhirnya dapat terjadi pada jaringn-jaringan yang lebih peka.


Temperatur Ekstrim
Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang
disebabkan karena suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini
biasa disebabkan karena iklim yang ada, juga dapat ditimbulkan karena
dalam proses produksi memerlukan temperatur ekstrim.
Temperatur rendah
Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat
ditemui pada karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala
daging, fasilitas cold storage, dan pertanian di daerah kutub (northterm
areas). Terdapat kumpulan sinyal dari kulit dan core (kumpulan organorgan dalam tubuh) yang terintegrasi dengan porsi otak yaitu hipotalamus.
Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh

12

termasuk temperatur tubuh dan bekerja seperti termostat yang mengatur


dan memelihara temperatur normal. Tetapi karena terdapat pengaruh
temperatur luar tubuh sangat dingin maka kerja hipotalamus menjadi
terganggu dan hal ini akan mempengaruhi tubuh, diantaranya:
- Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan
menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur,
tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa
terjadi kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut
juga tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan
tubuh, keadaan fitness, umur dan budaya.
- Raynounds phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari.
Raynounds phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit
termasuk sistemik skleroderma, pulmonary hipertension, multiple
sklerosis yang juga disebut penyekit Raynounds.
- Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak,
merah, panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal.
- Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh
kelembaban yang dingin.
- Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan
dapat menimbulkan gangren.
Temperatur tinggi (Heat Stres)
Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi
perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi,
misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler,
atau peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu
tinggi.
Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah:

Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres


yang direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan

gangguan perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder.


Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar
suhu yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya

13

temperatur tubuh, kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan

kekurangan garam natrium dalam tubuh.


Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat
panas, terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita
keluar keringat banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau
subnormal, tekanan darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah,

dan bisa terjadi pingsan.


Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi
dan dengan pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi.
Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas, vertigo,
tremor, dan konvulsi

b. Faktor kimia
Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah hazard kimia
mempunyai permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian
khusus. Hal ini karena hazards kimia disamping jumlahnya yang beredar di sektor
industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatan pun sangat
bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka, alergi sampai
menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
-

Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat kerja
terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang digunakan
sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya (by-product).
Informasi penting lainnya yng diperlukan dapat diperoleh dari Material Safety
Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh pabrik atau importir bahan

kimia tersebut.
Jenis kontaminan udara
Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara
dapat digolongkan menjadi:
1.

Dust (Debu)
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan,
penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap

14

material organik dan anorganik, seperti batu, biji besi, metal, batu
bara, kayu, dan biji-bijian.
Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian atas.
Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 13 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu
yang berukuran kurang dari 0.1 mikrometer akan bergerak keluar
2.

masuk alveoli.
Fumes (upa cair)
Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas,
umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan
diameter kurang dari 1.0 mikrometer. Pengelasan (welbing),
penyolderan yang tidak cukup panas dan pekerjaan lainnya akan

3.

menghasilkan fumes.
Smoke (asap)
Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya
kurang dari 0.1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan
minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel

4.

kering.
Mists (Kabut)
Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets) yang terbentuk
dari kondensasi uap kembali menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari
bentuk cair menjadi tingkat terdepresi, seperti proses deburan air

5.

(spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing).


Gas
Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri,
melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan
normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan

6.

tekana yang tinggi


Vaspors (uap)
Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam
keadaan normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah
proses dari sautu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara

15

sekitarnya. Dengan mengetahui mengetahui bentuk dan ukuranukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program
kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian
hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri
yang tepat.
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia,
yaitu melalui:
Saluran Pernapasan
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup
melalui alat pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru dapat
langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke
seluruh tubuh.
Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui
car absorpsi. Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut,
terserap pada lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida
organopirospate. Bahan kimia yg tereabsorpsi melalui kulit tersebut dapat
menimbulkan kercunan secara sistemik.
Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan
kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum,
atau merokok ditempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci
tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat
pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran pencernaan
tersebut.
Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan
Setelah kita mengetahui jalan masuknya bahan kimia beracun dalam tubuh,
penting untuk mengetahui pengaruh yang berbeda- beda antar`jenisnya. Selain
itu, perlu diketahui bahwa masing- masing jenis bahan kimia beracun
mempunyai target organ yang berbeda pula.
Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehtan secara umum,
digolongkan menjadi:
Iritan

16

Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada jaringan
tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan peradangan oleh karena
kontak langsung. Iritan sekunder bisa mengakibatkan reaksi yang merugikan,
tetapi efek ini kecil dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.
Systemic poisons
Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa menyebabkan
reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik adalah
terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan pada
sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/ tak langsung.
Asphyxiants
Bahan kimi ayang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kima yang dapat
menyebabkan kesulitan bernapas, sehinggga menimbulkan mati lemas,
misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam darah,
menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh atau mencegah
oksigenasi jaringan.
Sensitizers
Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap jaringan
tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi laergi. Akibat lain jika
kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan.
Narcotics dan anasthetics
Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anastetik dalam dosis rendah dapar
berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan perasaan
mengantuk. atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis tinggi akan
menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas,koma, bahkan sampai meningggal.
Fibrogenic dosis
Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan pengerasaN
pada jaringan tersebut.
Nuisance material
Merupakan bahan- bahan yang dapat menggangu kenyamanan pada tingkat
rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang- kadang tidak
dipedulikan sebagai bahan yang menggangu.
c. Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards
biologis yang berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya
kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang

17

penyebar penyakit ( lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis-jenis
bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifiikasi terutama bagi
kesehatan.

Hal ini dapat dilakukan denga melakukan observasi terhadap

karyawan2 yang sedang menderita penyakit. Pengaruhnya terhadap karyawan


adalah :
Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan, akan tetapi dapat
mengggangu keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang kayu ditengah
hutan mempunyai resiko terhadap ancaman binatnag buas. Sedangkan
binatang seperti nyamuk, lalat, dantikus dapat menyebabkan penyakit menular.
Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan penyakit menular, seperti
influenza, tbc, kolera, disentri,dsb.
d. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress:
1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk

itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan


dan keramahtamahan
2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal
ataupun informal.
e. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggi- tingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man to the Job. Sebagian besar pekerja
diperkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang
kurang ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan, hal ini disebakna peralatan
yan g digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai

18

dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work
station design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempat kerja
menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah
bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan.

Penilaian Lingkungan Kerja


Nilai Ambang Batas (NAB)
Ahli kesehatan lingkungan kerja harus menentukan apakah paparan dapat
menyebabkan kerusakan pada mereka yang terekspose. Perlu dilakukan
perbandingan dengan standar yang telah ditentukan oleh para pakar. Standar
yang digunakan adalah TLV (threshold limit value) atau nilai ambang batas
(NAB). Standar ini diperbaharui setiap tahun oleh komitte TLV dan telah
dipublikasikan sejak pertengahan tahun 1940. Pada panduan TLV, terdapat
NAB untuk bahan kimia, agen fisik (panas, radiasi, laser, bising dan getar,
frekuensi radio, radiasi infrared dan cahaya).(10)
Terdapat 3 kategori NAB yang spesifik, yaitu sebagai berikut: (10)
1. NAB rata-rata selama jam kerja, yaitu kadar bahan-bahan kimia di udara
lingkungan kerja selama 8 jam per hari atau 40jam per mingu dimana
hampir semua tenaga kerja dapat terpajan berulang-ulang, sehari-hari
dalam melakukan pekerjaannya, tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan
maupun penyakit akibat kerja.
2. NAB batas pemaparan singkat, yaitu kadar tertentu bahan-bahan kimia di
udara lingkungan kerja dimana hampir semua tenaga kerja dapat terpajan
secara terus-menerus dalam waktu yang singkat, yaitu tidak lebih dari 15
menit dan tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari kerja, perubahan

19

jaringan yang kronis serta efek narkosis. Dalam daftar disingkat dengan
PSD atau Pemajanan Singkat yang Diperkenankan
3. NAB tertinggi, yaitu kadar tertinggi bahan kimua di udara lingkungan kerja
setiap saat yang tidak boleh dilewati selama melakukkan pekerjaan. Dalam
daftar disingkat dengan KTD atau Kadar Tertinggi yang Diperkenankan(2)
Kegunaan Nilai Ambang Batas
Nilai ambang batas ini akan digunakan sebagai rekomemdasi pada
prakterk

kesehatan

lingkungan

kerja

perusakaan

dalam

melakukan

penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya


terhadap kesehatan. Dengan demikian NAB antara lain dapat pula digunakan
sebagai: (10)
1. Kadar standar untuk perbandingan
2. Pedoman untuk perencaan proses produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.
3. Menentukan substitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih
beracun dengan bahan yang kurang beracun
4. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit-penyakit dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor
kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologik.
Nilai Ambang Batas Campuran
Nilai ambang batas campuran adalah apabila terdapat lebih dari satu bahan
kimia berbahaya yang bereaksi terhadap sistem atau organ yang sama, di
suatu udara lingkungan kerja, maka kombinasi pengaruhnya perlu
diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut, efeknya dianggap saling
menambah. (10)
Dilampaui atau tidaknya Nilai Ambang Batas (NAB) campuran dari
bahan-bahan kimia tersebut, dapat diketahui dengan menghitung dari jumlah

20

perbandingan diantara kadar dan NAB masing-masin, dengan rumus sebagai


berikut: (10)

C1

NAB (1)

C2

NAB (2)

Cn

=.....................

NAB (n)

Jika jumlahnya lebih dari 1 (satu) berarti Nilai Ambang Batas campuran
dilampaui.
Unit Nilai Ambang Batas
Nilai Ambang Batas diekspresikan dengan ppm atau mg/m. NAB untuk
suspensi bahan padat atau droplet cairan dalam media gas (aerosol)
menggunakan unit mg/m. NAB untuk gas dan vapor (uap) digunakan unit
ppm, dan juga dapat digunakan unit mg/m. Semua unit ini hanya dapat
digunakan jika bahan kimia berada dalam temperatur yang normal (25C) dan
tekanan yang normal (760 torr). Untuk mengkonversi ppm mg/m atau
mg/m ppm rumusnya adalah: (10)

(NAB dalam mg/m) (24,45)


NAB dalam ppm =
(berat bahan dalam gram molekuler)
Atau
(NAB dalam ppm)( berat bahan dalam gram
molekuler)
NAB dalam mg/m=
24,45

21

WALK TROUGH THE SURVEY


Merupakan sebuah survey awal, kadang disebut sebuah survey pengamatan,
melibatkan perjalanan ditempat kerja ( maka sering disebut walk through).
Beberapa manfaat dari survey awal termasuk (6,7)

Memperoleh gambaran dari seluruh operasi,


Mengidentifikasi tombol bahaya disetiap daerah, dan
Menilai efektivitas, metode pengendalian apapun di tempat.
Selama berjalan melalui, occupational hygienes yang akan ditanya: (6,7)

Apakah pengukuran dibutuhkan di daerah ini?


Jika demikian, bahaya apa yang harus diukur?
Dimana bahan berbahaya tersebut harus diambil?
Pekerja mana yang harus menilai paparan tersebut?
Kapan pengukuran harus dilakukan?
Kesimpulan apa yang dapat diambil dari hasil?
Mungkin saja higienis yang kemudian merekomendasikan pemantauan

survey untuk mendapatkan kuantitatif tingkat eksposur atau bahkan penilaian


resiko kesehatan kerja yg formal. (6,7)
Walk Through Survey bertujuan : (6,7)
1. Memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara
umum
2. Mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3.
3. Memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja
4. Mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan
timbul
5. Menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup
kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan
sebagainya.

22

Walk Through Survey merupakan teknik utama yang penting untuk


mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat
memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan. Walk
through survey adalah survey untuk mendapatkan informasi yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga
diperlukan upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian umum dan
analisa sederhana.
Tujuan dari survey ini adalah agar sebagai seorang pakar kesehatan
lingkungan kerja kita dapat memahami proses produksi, denah tempat kerja.
Kemudian dapat mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) mengenai lingkungan kerjanya, memahami pekerja dan
tugas pekerja, memahami dan mengenal bahaya lingkungan kerja serta
menginventarisir upaya K3 tehadap kebijakan, pengendalian dan pemenuhan
perundang- undangan.(6,7)
Secara umum, survey ini bermula pada pengenalan akan fasilitas
manajemen pada lingkungan kerja itu dan diskusi tentang tujuan survey tersebut
sebab pemahaman yang jelas ttg manajemen pekerja2 serta hubungannya denga
fasilitas di lingkungan pekerja tsb sangat penting. Sebelum survey, terlebih dahulu
ada lobi dengan menejemen perusahaan ttg rencana survey guna menerangkan
maksud dan tujuan survey sehingga koita dapat memperoleh dukungan atas
survey tersebut. Setelah itu, dapat dilakukan diskusi untuk mendapatkan informasi
riwayat singkat ttg industri atau RS tersebut dan proses yg terlibat didalamnya
seperti denah perusahaan, bagaimana pengaturan dan populasi pekerja, kebijakan
perusahaan atau RS ttg K3, tanyakan pula pandangan atau pemahaman pimpinan
dan pekerja ttg K3, gambaran penerapan K3 yg dilakukan di lingkungan pekerja
tsb serta diskusi menyeluruh ttg masalah2 yg pernah timbul di lingkungan kerja
tersebut. (6,7)
Kunjungan ke lapangan sebaiknya ditemani petugas setempat, survey
tersebut dimulai dari awal proses atau tempat penyimpanan bahan baku atau
bahan mentah yang akan digunakan dalam kegiatan industri. Buatkan dalam daftar
periksa mengenai bahan baku selama proses dengan melihat potens misalnya label

23

peringatan ttg komposisi bahan bakunya, debu yg beterbangan, uap atau gas yg
tercium, sumber panas radisi. (6,7)
Dari sisi pekerja sendiri, pada setiap survey akan proses pembuatan bahan,
pakar

kesehatan

lingkungan

kerja

harus

mengobservasi

juga prosedur

penangangan bahan yg digunakan pekerja dan segala sesuatu tindakan proteksi


diri yang harus digunakan oleh pekerja. Kemudian meninjau fasilitas yg
menunjang kesejahteraan pekerja sendiri spt kelengkapan obat2n, kondisi sanitasi
lingkngan, penyediaan air minum, tempat sampah dan penerangan, letak sumber
bahaya, pola paparannya, serta alat pengendali sumber bahaya, dan letak alat
keselamatannya. Jumlah pekerja pada setiap tingkat proses pembuatan bahan
harus diperhatikan pula dengan data2 yg relevan mengenai jenis kelamin, etnik,
ataupun umur yang mungkin memberi efek sensitvitas terhadap bahan kimia di
lingkungan kerja tersebut. Jika ada kesempatan pakar kaunseling harus berdiskusi
dengan para pekerja scr langsung. (6,7)
Survey diakhiri dgn klarifikasi semua informasi yg tlh diperoleh dgn
menjelaskan potensi bahaya yg ditemukan, laporkan hail pengamatan, evaluasi,
dan berikan saran / rekomendasi utk perbaikan. (6,7)

4. KESELAMATAN

KERJA DAN

PENCEGAHAN

KECELAKAAN

KERJA KESELAMATAN KERJA


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin ,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja serta merupakan sarana utama
untuk pencegahan kerugian; cacat dan kematian sebagai kecelakaan kerja,
kebakaran dan ledakan.
Sasaran (11)

Tempat kerja; darat; udara; dalam tanah, permukaan air, dalam air.
Mencakup: proses produksi dan distribusi (barang dan jasa)
Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi TK dan orang lain
yang berada di tempat

kerja. Terjadinya kecelakaan kerja, peledakan,

24

penyakit akibat kerja, kebakaran dan polusi yang memberi dampak negatif
terhadap korban, keluarga korban, perusahaan, teman sekerja korban,
pemerintah dan masyarakat.
Tujuan keselamatan kerja :
1. Melindungi TK atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Peranan keselamatan kerja:
1. Aspek teknis : upaya preventif untuk mencegah timbulnya resiko kerja
2. Aspek hukum : sebagai perlindungan bagi tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja
3. Aspek ekonomi : untuk efisiensi
4. Aspek sosial : menjamin kelangsungan kerja dan penghasilan yang lebih layak
5. Aspek kultural : mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang disiplin,
tertib, cermat, kreatif dan bertanggung jawab.
Hampir celaka (near meess):
Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dalam kondisi yang
sedikit berbeda dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Contoh : orang yang
hampir terpeleset tapi segera berpegangan pada pagar pengaman. Kecelakaan
adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kecelakaan tidak terjadi
secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya. Kecelakaan dapat dicegah atau
dikurangi dengan menghilangkan atau mengurangi penyebabnya. Kecelekaan
kerja (5K) kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan
cacat, kematian. (11,12,13)

Penyebab kecelakaan manusia, mesin, ligkungan:

kondisi yang tidak aman (15%)


tindakan yang tidak aman (85%)

25

Sebab-sebab kecelakaan :
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja:

penyebab langsung : kecelakaan yang dapat dilihat dan dirasakan langsung


penyebab dasar (basic cause):

Penyebab langsung

Unsafe condition and substandard condition


Unsafe acts and substandard practice

Unsafe condition dan substandard condition :


Keadaan yang tidak aman pada hakekatnya dapat diamankan/diperbaiki misalnya
-

Pengaman yang tidak sempurna


Peralatan atau bahan yang tidak seharusnya
Penerangan kurang/lebih
Ventilasi kurang
Iklim kerja tidak sesuai
Getaran
Kebisingan cukup tinggi
Pakaian tidak sesuai
Rumah tangga yang buruk

Unsafe acts and substandard practice :


Tindakan/perbuatan yang menyimpang dari tata cara yang aman:
-

Melakukan pekerjaan tanpa wewenang


Menghilangkan fungsi alat pengaman (melepas/mengubah)
Memindahkan alat-alat keselamatan
Menggunakan alat yang rusak
Menggunakan alat dengan cara yang salah
Bekerja dengan posisi tubuh yang tidak aman
Mengangkat secara salah
Mengalihkan perhatian (mengganggu, bergurau)
Mabuk karena minuman beralkohol

Penyebab dasar kecelakaan kerja :


Faktor manusia
Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi
Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
Motivasi yang salah
Faktor lingkungan

26

Kepemimpinan/pengawasan kurang
Peralatan dan bahan kurang
Perawatan peralatan yang kurang
Standar kerja kurang

Faktor penyebab kejadian kecelakaan di industri, antara lain :


Kegagalan komponen, misalnya desain alat yang tidak memadai dan tidak
mampu menahan tekanan, suhu atau bahan korosif
Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam
pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping
Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia tanpa
mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil dan salah komunikasi)
Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam,
sabotase, kerusuhan massa.
Manfaat klasifikasi:
-

Mencegah kecelakaan kerja yang berulang


Sebagai sumber informasi: faktor penyebab, keadaan pekerja, kompensasi
Meningkatkan kesadaran dalam bekerja.

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


Pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai berikut.
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi- kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, cara kerja peralatan
industry, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K
dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar- standar resmi, setengah resmi atau
tak resmi misalnya mengenai kontruksi yang memenuhi syarat- syarat
keselamatan, jenis- jenis peralatan indistri tertentu, praktek- praktek
keselamatan dan hygiene umum, atau alat- alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang kepatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian teknik, yang meliputi sifat dan ciri- ciri bahan- bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat- alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu,

27

atau penelaahan tentang bahan- bahan dan desain paling tepat untuk
peralatan pengangkat, dsb.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek- efek fisiologis
dan patologis factor- factor lingkungan dan teknologis, dan keadaankeadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola- pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik
8. Pendidikan
9. Latihan- latihan
10. Asuransi
Berdasarkan UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pada Bab III pasal 3
diuraikan tentang syarat- syarat keselamatan kerja, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan


Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya


5. Member pertolongan pada kecelakaan
6. Member alat- alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu,kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

28

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya


kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumamur. Sejarah dan Hari Depan Higene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja in : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung
Agung. Jakarta. 1996. p:22-25.
2. Thalib, D. Higene Perusahaan-Industrial

Hygiene

in:

Kebijakan

Keseamatan dan Kesehatan Kerja Pertamina. Jakarta. p:1-21.


3. Buraena, S. Program Kesehatan Lingkungan in: Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar.
2004. p:1-5.
4. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja in: Pedoman Teknis Upaya Kesehatan
Kerja di Rumah sakit. Depkes RI. Jakarta. 1996. p:4-19.
5. Uhud, A. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Kerja untuk praktek dan
praktikum. Universitas Airlangga. Surabaya : 2008. P.
6. Fowler, D. Industrial Hygiene in: Occupational Health and Safety. 2 nd
edition. National Safty Council. Illinois, USA. 1994. p:69-83.
7. Buraena, S. Walk Through Survey (Survei Jalan Sepintas). RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Makassar. p:1-4.
8. Thalib, D. Walk Through Survey-Survei Jalan Sepintas.
9. Anonym. Dasar-dasar Higene Industri (Untuk Operator).

29

10. Menaker RI. Surat Edaran Menaker RI Nomor: SE-01/MEN/1997 Tentang


Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingungan Kerja. Depnaker
RI Jakarta. 1997. p: 6-9
11. Menakertrans RI, Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran in: Sambutan Menakertrans RI pada
Upacara Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional dan Pernyataan
Dimulainya Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun
2005. Depnakertrans RI. Jakarta. 2005. p:13-35.
12. Kamal, K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pekerja in:
Penerapan Kesehatan Kerja Praktis Bagi Dokter dan Manajemen
Perusahaan. Program Studi Kedokteran Kerja, FKUI. Jakarta. 2007. p:6267.
13. Tresnaningsih, E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Masyarakat in: Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Laboratorium Analis Kesehatan. Depkes RI. Jakarta. 2007. p:1-11.

30

Anda mungkin juga menyukai