Gerd
Gerd
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastro-oesophageal reflux disease ( GERD ) adalah salah satu kelainan yang
sering dihadapi di lapangan dalam bidang gastrointestinal. Penyakit ini berdampak
buruk pada kualitas hidup penderita dan sering dihubungkan dengan morbiditas
yang bermakna. Berdasarkan Konsensus Montreal tahun 2006 (the Montreal
definition and classification of gastroesophageal reflux disease : a global evidencebased consensus), penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux
Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks
kandungan lambung ke
2.2 Epidemiologi
Sudah sejak lama prevalensi GERD di Asia
4
Universitas Sumatera Utara
5
kasus esofagitis sebanyak 22,8 % dari semua pasien yang menjalani endoskopi atas
dasar dispepsia (Makmun, 2009).
6
refluks, bersihan asam dari lumen esofagus, ketahanan epitel esofagus) dan faktor
ofensif dari bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya
gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks
fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed
gastric emptying (Makmun, 2009).
Peranan infeksi Helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil
dan kurang didukung oleh data yang ada. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap
GERD merupakan konsekuensi logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap
sekresi asam lambung (Makmun, 2009). Tingginya angka infeksi H. pylori di Asia
dengan rendahnya sekresi asam sebagai konsekuensinya telah dipostulasikan sebagai
salah satu alasan mengapa prevalensi GERD di Asia lebih rendah dibandingkan
dengan negara-negara Barat. Hal tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan pada satu
studi di Jepang yang dilakukan oleh Shirota dkk. Studi yang lain juga membuktikan
adanya hubungan terbalik antara derajat keparahan esofagitis refluks dengan infeksi
H. pylori. Hamada dkk menunjukkan insiden esofagitis refluks yang tinggi setelah
eradikasi H.pylori, khususnya pada pasien gastritis korpus dan mempunyai
predisposisi terhadap refluks hiatus hernia (Goh dan Wong, 2006).
Dalam keadaan di mana bahan refluksat bukan bersifat asam atau gas (non
acid reflux), timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas viseral
(Makmun,2009).
7
2.4 Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di
epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai rasa
terbakar (heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan
menelan makanan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Walau demikian
derajat berat ringannya keluhan heartburn ternyata tidak selalu berkorelasi dengan
temuan endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip
dengan angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan yang padat
mungkin terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari Barrets
esophagus. Odinofagia bisa muncul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat
(Makmun,2009).
Walaupun gejala khas/tipikal dari GERD adalah heartburn atau regurgitasi,
gejala tidak khas ataupun gejala ekstra esofagus juga bisa timbul yang meliputi nyeri
dada non kardiak (non cardiac chest pain/NCCP), suara serak, laringitis, batuk,
asma, bronkiektasis, gangguan tidur, dan lain-lain (Makmun 2009), (Jung, 2009).
Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi faktor predisposisi untuk
timbulnya GERD karena terjadi perubahan anatomis di daerah gastroesophageal
high pressure zone akibat penggunaan obat-obatan yang menurunkan tonus LES
(Makmun,2009). Asma dan GERD adalah dua keadaan yang sering dijumpai secara
bersaman. Selain itu, terdapat beberapa studi yang menunjukkan hubungan antara
gangguan tidur dan GERD (Jung, 2009).
Walaupun telah disampaikan bahwa heartburn merupakan gejala klasik dan
utama dari GERD, namun situasinya sedikit berbeda di Asia. Di dunia Barat, kata
heartburn mudah dimengerti oleh pasien, sementara tidak ada padanan kata yang
sesuai untuk heartburn dalam mayoritas bahasa-bahasa di Asia, termasuk bahasa
Cina, Jepang, Melayu. Dokter lebih baik menjelaskan dalam susunan kata-kata
tentang apa yang mereka maksud dengan heartburn dan regurgitasi daripada
mengasumsikan bahwa pasien memahami arti kata tersebut. Sebagai contoh, di
Malaysia, banyak pasien etnis Cina dan Melayu mengeluhkan angin yang merujuk
pada dispepsia dan gejala refluks. Sebagai akibatnya, seperti yang terjadi di Cina,
banyak pasien GERD yang salah didiagnosis sebagai penderita non cardiac chest
8
pain atau dispepsia (Goh dan Wong, 2006). Walaupun belum ada survei yang
dilakukan, berdasarkan pengalaman klinis sehari-hari, kejadian yang sama juga
sering ditemui di Indonesia.
GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena
gejala-gejalanya sebagaimana dijelaskan di atas menyebabkan gangguan tidur,
penurunan produktivitas di tempat kerja dan di rumah, gangguan aktivitas sosial.
Short-Form-36-Item (SF-36) Health Survey, menunjukkan bahwa dibandingkan
dengan populasi umum, pasien GERD memiliki kualitas hidup yang menurun, serta
dampak pada aktivitas sehari-hari yang sebanding dengan pasien penyakit kronik
lainnya seperti penyakit jantung kongestif dan artritis kronik (Hongo dkk, 2007).
2.5 Diagnosis
Secara klinis, diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis yang seksama. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosis GERD adalah : endoskopi saluran cerna bagian atas,
pemantauan
pH
gastroesofageal,
24
dan
jam,
tes
tes
Bernstein,
penghambat
manometri
pompa
proton
esofagus,
(tes
sintigrafi
supresi
asam)
(Makmun,2009).
American College of Gastroenterology (ACG) di tahun 2005 telah
mempublikasikan Updated Guidelines for the Diagnosis and Treatment of
Gastroesophageal Reflux Disease, di mana empat di antara tujuh poin yang ada,
merupakan poin untuk diagnosis, yaitu : (Hongo dkk, 2007)
a. Jika gejala pasien khas untuk GERD tanpa komplikasi, maka terapi empiris
(termasuk modifikasi gaya hidup) adalah hal yang tepat. Endoskopi saat
pasien masuk dilakukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala komplikasi,
atau berisiko untuk Barrets esophagus, atau pasien dan dokter merasa
endoskopi dini diperlukan. (Level of Evidence : IV)
b. Endoskopi adalah teknik pilihan yang digunakan untuk mengidentifikasi
dugaan Barrets esophagus dan untuk mendiagnosis komplikasi GERD.
Biopsi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya epitel Barret dan untuk
mengevaluasi displasia. (Level of Evidence : III)
9
c. Pemantauan ambulatoar (ambulatory monitoring) esofagus membantu untuk
konfirmasi reluks gastroesofageal pada pasien dengan gejala menetap ( baik
khas maupun tidak khas) tanpa adanya kerusakan mukosa; juga dapat
digunakan untuk memantau pengendalian refluks pada pasien tersebut di atas
yang sedang menjalani terapi. (Level of Evidence : III)
d. Manometri esofagus dapat digunakan untuk memastikan lokasi penempatan
probe ambulatory monitoring dan dapat membantu sebelum dilakukannya
pembedahan anti refluks. (Level of Evidence : III)
b.
c.
d.
Pemantauan dengan ambulatory impedance-pH, catheter-pH, atau wirelesspH dilakukan (terapi PPI dihentikan selama 7 hari) untuk mengevaluasi
pasien dengan dugaan gejala GERD yang tidak berespon terhadap terapi
10
empiris berupa PPI 2 kali sehari, gambaran endoskopinya normal dan tidak
memiliki kelainan pada manometri.
11
Tabel 2.1. Frequency Scale for the Symptoms of GERD ( Danjo dkk, 2009)
12
13
Tabel 2.3 Klasifikasi Los Angeles (Makmun, 2009)
Derajat Kerusakan
Gambaran Endoskopi
Namun demikian,
14
Pada penelitian ini , peneliti bermaksud untuk mengetahui kuesioner mana
yang lebih baik digunakan antara FSSG dengan kuesioner terbaru yang ada yaitu
GerdQ, serta hubungannya dengan gambaran endoskopi, di mana sepanjang
pengetahuan peneliti belum ada studi yang membandingkan FSSG dengan GerdQ
baik di Indonesia maupun di dunia.
Karena belum tersedianya kuesioner FSSG maupun GerdQ dalam bahasa
Indonesia yang telah divalidasi secara resmi penerjemahannya oleh para ahli
sebagaimana pada FSSG dan GerdQ versi bahasa Jepang, Cina, Italia, Spanyol,
Prancis, dll, maka untuk kepentingan studi ini peneliti menterjemahkan FSSG dan
GerdQ ke dalam bahasa Indonesia seperti berikut ini :
Pertanyaan
TAK
PERNAH
Apakah anda
KADANG
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan?
15
2
terasa kembung?
3
Apakah anda
kadang-kadang
secara tidak sadar
menggosok dada
anda dengan
tangan?
Apakah anda
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan
setelah makan?
Apakah anda
merasakan sensasi
yang tidak
biasa/tidak lazim
misalnya seperti
terbakar di
kerongkongan anda?
16
8
10 Apakah anda
merasakan cairan
yang pahit (asam)
yang naik dari perut
ke kerongkongan
anda?
11 Apakah anda sering
sendawa?
12 Apakah anda
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan pada
saat anda
membungkuk?
17
Mohon
--
deskripsikan/jelaskan
gejala lain yang anda
alami
(jika ada).
poin
poin
2-3
4-7
hari
hari
hari
hari