Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gizi merupakan asupan makanan yang diperlukan tubuh dan berperan penting
terhadap tumbuh kembang, khususnya rongga mulut. (daftar yan 1) Asupan gizi
pada anak dalam masa tumbuh kembang sangat berperan penting. Ketidak
seimbangan asupan gizi pada anak dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang
rongga mulut terutama rahang. (skripsi3,4,5) (skripsi 1,2)
Status gizi merupakan status kesehatan tiap individu yang diukur dari tinggi badan
dan berat badan berdasarkan umur. Status gizi dapat dibedakan menjadi status gizi
buruk, kurang, baik, dan berlebih. Status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi( Almonaitene R, 2010).
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari Antropometri
yaitu mengukur dan menilai ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. (skripsi...)
Pada anak dengan status gizi yang baik, pertumbuhan dan perkembangan gigi
permanennya berjalan dengan normal, sedangkan pada

anak-anak yang

mengalami obesitas pertumbuhan dan perkembangan gigi permanennya


cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang status gizinya normal
atau baik. Selain itu menurut penelitian Thomas EBAF,et al yang dilakukan di
Bahia, diperoleh hasil kekurangan gizi kronik pada anak-anak usia dini dapat
menyebabkan tertundanya erupsi gigi, serta status gizi dapat dikaitkan dengan
maloklusi gigi, yaitu pada anak-anak yang menderita gizi buruk dapat
menyebabkan perubahan spasial gigi pada rahang.( Almonaitene R, 2010).

Di bidang kesehatan gigi dan mulut, telah dilaporkan oleh sejumlah peneliti
hubungan antara kekurangan gizi dan pertumbuhan perkembangan tulang wajah
terganggu dan telah dikaitkan dengan pengurangan dalam panjang dasar
tengkorak

dan

tinggi

rahang.

Ada

juga

laporan

dari

variasi

lebar

maksilomandibula, tinggi rendah wajah, usia gigi dan tulang yang diakibatkan
oleh kekurangan gizi. Oleh karena itu diyakini gizi buruk berkaitan dengan
maloklusi, terutama gigi crowding (gigi berjejal). (is malnutrition associated ..... )
Indonesia mengalami dua masalah gizi yang besar, yaitu kekurangan dan
kelebihan gizi. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.
Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan yang tak seimbang.
Kekurangan gizi terjadi akibat asupangizi di bawah kebutuhan sedangkan
kelebihan gizi timbul karena asupan gizi berlebih.
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah
gizi pada suatu masalah umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada
periode siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact).( Azwar A.
Kecenderungan masalah gizi dan tantalangan di masa datang). Menurut data riset
kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun Secara nasional, prevalensi pendek pada
remaja adalah 35,1% (13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek). Prevalensi kurus
pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat kurus dan
7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8
persen, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas). (Riskesdas
2013)
Status gizi seseorang yang tidak normal dapat menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan rahang menjadi terhambat sehingga ruang tumbuh dari gigi
menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gigi berjejal. Gigi berjejal (crowding)
adalah keadaan

gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal

(crowding) adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal.
Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi
itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota
gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Derajat
keparahan gigi berjejal.

Disamping itu , salah satu faktor yang memperparah terjadi gigi berjejal yaitu,
adanya gigi yang persistensi. Gigi persistensi yaitu gigi susu yang masih ada atau
belum tanggal sedangkan gigi permanen sudah tumbuh. Persitensi disebabkan
karena resorpsi yang tertunda dari akar sehingga gigi permanen erupsi dari arah
lingual , hal ini bisa disebabkan karena kegagalan bahan obturasi endodontik
untuk resobs, dan bruxism. Pada lengkung rahang bawah, jika gigi susu goyang
(mobile) maka memungkinkan gigi tersebut untuk terkekstraksi sendiri. Namun,
jika gigi tidak terekstrasi pada usia 8 atau tiga perempat dari akar gigi permanen
terbentuk, gigi susu harus diekstrak. Setelah gigi susu tidak ada lagi maka gigi
permanen dengan spontan akan bermigrasi ke labial. Pada lengkung rahang atas,
bahkan jika gigi susu mobile (goyang) mereka harus diekstraksi untuk mencegah
gigi permanen erupsi dengan gigitan silang (crossbite) terhadap gigi insisivus
rahang bawah. Jika gigi tetap erupsi dengan gigitan silang, intervensi ortodontik
akan diperlukan untuk memindahkan gigi ke posisi yang tepat, gigi insisivus
rahang bawah berperan mencegah migrasi ke labial dengan spontan.

Anda mungkin juga menyukai