Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Penurunan produksi dari reservoir bisa disebabkan karena beberapa hal,
salah satu faktor yang menentukan seberapa besar hasil dari proses pendesakan
minyak adalah tegangan antar muka (IFT) minyak dengan air srta sempitnya poripori batuan pada reservoir. Jika pendesakan tersebut tidak bisa lagi dilakukan
secara maksimal dengan menggunakan injeksi pada tahap secondary rcovery,
maka digunakan injeksi surfaktan pada tahap yang lebih lanjut atau biasa disebut
dengan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Pada tahap EOR, injeksi kimia berfungsi untuk merubah karakteristik dari
reservoir. Salah satu jenis injeksi dari EOR adalah injeksi surfaktan. Injeksi
surfaktan ini ditunjukan untuk menurunkan tegangan antar muka (IFT) minyak
dengan air di dalam reservoir. Akibat dari penurunan tegangan ini akan
menurunkan tegangan kapiler yang berpengaruh terhadap saturasi minyak sisa
(Sor) sehingga berakibat minyak yan terjebak didalam pori-pori yang sempit akan
ikut terlepas juga sehingga pendesakan yang dilakukan akan lebih maksimal.
Beberapa kendala dalam injeksi kimia adalah membutuhkan formula dan
beberapa komposisi pada setiap lapangan. Hasil uji laboratorium sangat
diperlukan dan menjadi salah satu kunci kesuksesan untuk keberhasilan dalam
meningkatkan perolehan minyak pada saat penginjeksian deterapkan dilapangan.
Uji laboratorium dilakukan dengan mencoba beberapa komposisi konsentrasi
larutan kimia yang berbeda-beda sebagai perbandingan larutan yang paling sesuai
dengan jenis batuan, jenis minyak, dan air formasi.

Larutan kimia yang akan digunakan pada uji laboratorium kali ini
menggunakan jenis larutan surfaktan tween 80. Pada uji lab ini digunakan
konsentrasi yang berbeda-beda pada masing-masing larutan. Konsentrasi dari
larutan surfaktan yang akan digunakan adalah 0.25%, 0,50%, 0.75%, 1%, 1,25%,
1,50%, 1,75%, dan 2%.
Kajian pada percobaan dilaboratorium ini meliputi kajian mengenai
karakteristik dari fluidanya seperti uji densitas, uji viscositas, uji tengangan
permukanaan dari larutan surfaktan dengan brine water.
Metode yang digunakan adalah menguji nilai IFT surfaktan dengan brine
water. Setelah uji nilai IFT maka akan terlihat larutan mana yang memiliki nilai
IFT paling rendah sehingga dapat mengetahui surfaktan dengan konsentrasi yang
tepat.
Penulisan hasil dari kajian laboratorium ini akan dibagi menjadi enam bab,
yaitu bab 1 pendahuluan, bab 2 teori dasar, bab 3 metodelogi, bab 4 hasil
percobaan di laboratorium, bab 5 pembahasan dan bab 6 kesimpulan. Referensi
yang digunakan sebagai penujang ini juga akan desertakan didalam daftar pustaka.
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia perminyakan, sering terjadi penurunan produksi minyak
yang terjadi hampir di seluruh lapangan sementara bukanlah hal mudah
menemukan cadangan minyak dari lapangan baru. Meningkatnya kebutuhan
energi dalam negeri dan tingginya harga minyak dunia mengharuskan teknologi
pengurasan tahap lanjut (EOR) mutlak untuk diimplementasikan pada lapangan-

lapangan minyak tua yang masih mempunyai sisa minyak cukup banyak di dalam
reservoir.
Penurunan produksi dari reservoir bisa disebabkan karena beberapa hal,
tegangan antarmuka (IFT) minyak air serta sempitnya pori-pori batuan pada
reservoir merupakan salah satu fakor yang menentukan seberapa besar maksimal
hasil dari proses pendesakan minyak. Jika pendesakan tersebut tidak bisa lagi
dilakukan secara maksimal dengan menggunakan injeksi pada tahap secondary
recovery, maka digunakan injeksi kimia pada tahap yang lebih lanjut atau biasa
disebut dengan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Pada tahap Enhanced Oil Recovery, injeksi kimia berfungsi untuk
merubah karakteristik dari reservoir.Salah satu jenis injeksi dari EOR adalah
injeksi surfaktan.Injeksi surfaktan ini ditujukan untuk menurunkan tegangan
atarmuka (IFT) minyak air di dalam reservoir. Akibat dari penurunan tegangan ini
akan menurunkan tekanan kapiler yang berpengaruh terhadap saturasi minyak sisa
(Sor) sehingga berakibat minyak yang terjebak di dalam pori-pori yang sempit
akan ikut terlepas juga sehingga pendesakan yang dilakukan akan lebih maksimal.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukannya penginjeksian surfaktan untuk mempelajari
bagaimana penurunan tegangan pcrmukaan, tekanan kapiler, dan menaikkan
efesiensi pendesakan dalam skala pori mikropis.

1.2.2 Tujuan
Tujuannya yang ditinjau antara lain dari segi kajian laboratorium dan juga
ditinjau dari segi akademik.
Tujuan yang ditinjau dari segi laboratorium antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Melihat pengaruh konsentrasi terhadap proses imbibisi.
2. Melihat pengaruh konsentrasi terhadap permeabilitas.
3. Pemilihan jenis surfaktan yang menghasilkan tegangan permukaan yang
rendah.
Tujuan yang ditinjau dari segi akademik antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Untuk memenuhi persyaratan akademis yang telah ditetapkan Jurusan
Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Kebumian Dan Energi Universitas
Trisakti Jakarta.
2. Menambah pengetahuan nyata dan memperdalam teori yang telah di
dapatkan dari perkuliahan dalam berbagai aspek.
3. Mengetahui secara langsung cara bentuk, fungsi maupun cara kerja dari
peralatan yang digunakan dan lingkungan pekerjaan baik lapangan
maupun non lapanan.
4. Menambah pengalaman, dan mampu mengaplikasikan semua teori kuliah
dengan di dunia kerja dan lapangan yang sebenarnya.

1.3 Batasan

Surfaktan merupakan suatu zat aktif yang dapat menurunkan tegangan


antar muka antara minyak dan air. Surfaktan banyak digunakan dalam operasi
EOR (Enhanced Oil Recovery) untuk meningkatkan faktor perolehan minyak
dengan cara diinjeksikan ke dalam reservoir sehingga minyak yang terjebak dalam
pori batuan dapat diproduksikan. Dalam pori batuan yang bersifat kapiler, terdapat
beberapa sifat fisik baik dari batuan itu sendiri ataupun dari fluida yang mengalir
di dalamnya, sifat-sifat itu antara lain adalah tekanan kapiler, wettability,
interfacial tension, dan viskositas yang akan berpengaruh terhadap aliran fluida di
dalam reservoir. Sifat-sifat fisik tersebut dapat dipengaruhi oleh perubahan
temperatur, ukuran pori, dan juga jenis fluida yang mengalir di dalamnya.
Perubahan pada sifat-sifat fisik ini diantaranya dapat terlihat dari perubahan atau
pengaruhnya terhadap waktu alir fluida di dalam media berpori tersebut.pengaruh
penambahan konsentrasi surfaktan dan temperatur terhadap waktu alir surfaktan
dan minyak pada pipa kapiler dianggap dapat mewakili keadaan pada media
berpori di dalam reservoir. Secara teoritis, penambahan konsentrasi surfaktan akan
mempersingkat waktu alir larutan surfaktan pada pipa kapiler karena surfaktan
dapat menurunkan interfacial tension antara air dengan dinding kaca. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa larutan surfaktan memiliki konsentrasi optimal
dimana pada kondisi tersebut waktu alirnya paling singkat.Selain itu juga dapat
dilihat bahwa penambahan konsentrasi surfaktan dapat mempengaruhi sifat
wettability dinding pipa kaca.
Surfaktan merupakan

molekul

yang

memiliki

gugus

polar

yang

suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus,

sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan
permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya.Bagian
polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar
mempunyai gugus hidroksil semetara bagian non polar biasanya merupakan
rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak
bumi dan limbahnya dapat

mencemarkan lingkungan,

karena

sifatnya

yang

sukar terdegradasi, selain itu minyak bumi merupakan sumber bahan baku yang
tidak dapat diperbarui.
Surfakan memiliki beberapa jenis diantaranya adalah surfaktan anionik,
surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amfoter. Jenis-jenis
surfaktan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Surfaktan anionik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu anion.
Contohnya garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat.
2. Surfaktan kationik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu kation.
Contohnya

garam alkil

trimethil

amonium,

garam dialkil-dimethil

amonium, garam alkil dimethil benzil amonium.


3. Surfaktan nonionik, surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Contohnya ester gliserin, ester sorbitan, ester sukrosa, polietilena alkil
amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol
amina dan alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter, surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan
positif dan negatif. Contohnya asam amino, betain, fosfobetain.

Anda mungkin juga menyukai