Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN
1. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn.W /Laki-laki/ 70 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pensiunan/S1
c. Alamat
: Rt.03 Kenali Besar
2. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Kawin
b. Jumlah anak atau saudara
: Mempunyai 6 orang anak
c. Status ekonomi keluarga
: Menengah ke atas
d. Riwayat KB
:e. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal dirumah permanen berdua bersama istri. Rumah
pasien berisi 2 ruang tamu dan

3 kamar tidur. Dirumah pasien

terdapat 8 jendela kaca. Ventilasi dirumah pasien ini termasuk cukup.


Jendela rumah sering dibuka. Dibagian rumah bagian belakang
terdapat dapur, dapur dirumah pasien tertata dengan rapi. Dirumah
bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Dirumah pasien sumber
air bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal
dari PLN.
f. Kondisi Lingkungan keluarga:
Pasien dirumah tinggal berdua bersama istri dan, sedangkan anak
pasien semuanya sudah berkeluarga dan tinggal dirumahnya sendiri.
Pasien pensiunan PNS dan anaknya semua bekerja. Pasien juga setiap
bulan selalu mendapat kiriman uang dari anak-anaknya, jadi sumber
penghasilan keluarga tetap selalu ada. Sebelum sakit, pasien punya
kebiasaan yang kurang baik, yaitu kurang menjaga pola makan, suka
makan makanan manis, berlemak, dan kurang berolahraga.
g. Aspek psikologis di keluarga

Hubungan dengan istri dan anak-anaknya sangat baik.


1

3. Riwayat penyakit dahulu atau keluarga


:
a. Riwayat Penyakit Dahulu
:
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (+)
b. Riwayat penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit yang sama (-)
4. Riwayat penyakit sekarang
a. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan sering kesemutan pada kedua kakinya.
Riwayat penyakit sekarang:
Sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluh sering terasa
kesemutan pada kedua kakinya. Keluhan dirasakan pasien terus
menerus, kesemutan paling sering jika pasien beraktivitas dan
berkurang jika pasien istirahat. Selain itu, pasien juga mengeluh sering
buang air kecil terutama dimalam hari (+), mudah haus (+), mudah
lapar (-).Keluhan pandangan kabur disangkal oleh pasien.
Penyakit Diabetes Melitus baru diketahui pasien sejak 10 tahun
yang lalu, pasien rutin melakukan pemeriksaan ke praktek dokter dan
terkadang ke puskesmas. Sebelum sakit pasien mempunyai kebiasaan
suka makan yang manis dan berlemak, serta jarang berolahraga.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84x/I, RR 20x/I,
T:36,5C
Kepala
Mata

: Normocephal
: CA (-/-), SI (-/-) pupil isokor (+/+), reflek cahaya

Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok

(+/+)
: Tidak nyeri dan tidak bengkak
: Simetris, lendir (-/-)
: Bibir kering(-), sianosis (-)
: T1-T1, Hiperemis (-), faring hiperemis (-)
2

Leher
Thorak
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ektremitas

: Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)


: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
retraksi (-)
: Stem fremitus sama antara kiri dan kanan
: Sonor
: vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/: Ictus cordis terlihat
: Ictus cordis teraba
: Batas jantung dalam batas normal
: BJ I/II Reguler, murmur (-), gallop (-)
: Datar, sikatriks (-)
: Supel, nyeri tekan (-)
: Timpani
: Bising usus (+) normal
: Akral hangat, edema (-)

6. Laboratorium dan usulan pemeriksaan


Hasil Pemeriksaan:
Gula Darah sewaktu : 245 mg/dl
Usulan Pemeriksaan :

Kadar Glukosa darah puasa (minimal puasa 8 jam)

Pemeriksaan kolesterol
7. Diagnosis Kerja
Diabetes Mellitus Tipe II
8. Manajemen
a. Promotif
Pasien diedukasi mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan, dan komplikasi penyakit DM serta di ajak agar
dapat menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi
makanan yang sehat, dan mengurangi mengkonsumsi makanan

yang manis-manis, dan tidak tinggi kolesterol, melakukan olah


raga ringan, dan minum obat secara teratur.
b. Preventif
Mengatur pola makan yang sehat
Mengurangi makanan yang manis-manis
Lakukan olah raga secara teratur
Minum obat secara teratur
Mengontrol kadar gula darah setiap obat habis dan setiap ada
keluhan
c. Kuratif
Non farmakologis
Istirahat yang cukup
Minum obat secara teratur
Kontrol kadar gula darah setiap obat habis atau adanya keluhan
Farmakologis
Glibenclamide tab
Metformin tab

5 mg
500 mg

Pengobatan Tradisional
Tanaman pare merupakan salah satu alternatif obat tradisional
diabetes melitus yang bisa digunakan untuk penyembuhan,
karena didalam pare mengandung zat yang dapat menurunkan
gula darah. Cara pemanfaatan pare untuk mengobati diabetes
yaitu dengan cara Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan lalu
tambahkan setengah gelas air bersih, aduk dan peras. Minum
sehari sebanyak satu ramuan. Diulang selama 2 minggu.
Rehabilitataif
Menjalankan pengobatan secara teratur
Mengurangi makanan yang manis
Contol gula darah secara rutin

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN
Dokter : dr.Novvi Fitria Ayu
SIP

: G1A213036
Jambi,

Februari 2015

R/

Pro :
Umur
Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5

2.1 DEFINISI
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl darah. kadar gula darah
biasanya kurang dari 120-140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan
yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal
cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama
pada orang-orang yang tidak aktif.(1,2)
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama
yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. insulin
menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau
minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah
menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktifitas fisik kadar gula darah juga
bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi. (1,2)
2.2 PENYEBAB
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan
respon yang tepat terhadap insulin. Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang
tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin.sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30
tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus
atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem
kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. untuk terjadinya hal ini

diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin
(sel beta) mengalami kerusakan permanen. terjadi kekurangan insulin yang berat dan
penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.(3,4,5)
Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin,
niddm), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
normal. tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe ii bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa,
tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II
adalah obesitas,/i>, 80-90% penderita mengalami obesitas. diabetes tipe ii juga
cenderung diturunkan
Penyebab diabetes lainnya adalah:
Kadar kortikosteroid yang tinggi
Kehamilan (diabetes gestasional)
Obat-obatan
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari
insulin (4,5)
2.3 GEJALA
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan
sampai ke air kemih. jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering
berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya


ketahanan selama melakukan olah raga.
Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena
kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita
diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar
penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis
diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel
tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari
sumber yang lain. sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan
senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang
berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak).
pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki
keasaman darah. bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,
ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya
beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I
bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin
atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius.
Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dl, biasanya
terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan
mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing,
kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
(4,5)

2.4 KOMPLIKASI

Peningkatan kadar gula darah bisa merusak pembuluh darah, saraf dan
struktur internal lainnya terbentuk zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam
dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal dan mengalami
kebocoran. akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang
menuju ke kulit dan saraf.Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung
menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat
terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). aterosklerosis
ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. (4)
Sirkulasi yang jelek melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai
jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan
luka. karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai
komplikasi jangka panjang yang serius. Serangan jantung dan stroke. Kerusakan
pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati
diabetikum). Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita
harus menjalani dialisa. Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa
bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah
lengan atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke
tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka
pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan
kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera
karena penderita tidak dapat Meredakan perubahan tekanan maupun suhu.
Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan
semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan
mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai
harus diamputasi.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah,
ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.(4,5)
KOMPLIKASI JANGKA PANJANG DARI DIABETES (4)
9

Organ/Jaringan

Yg Terjadi

Komplikasi

Yg Terkena
pembuluh

plak aterosklerotik terbentuk sirkulasi

darah

&

menyumbat

yg

jelek

arteri menyebabkan

berukuran besar atau sedang penyembuhan


di jantung, otak, tungkai & jelek
penis.

luka

yg

&

bisa

menyebabkan

penyakit

dinding pembuluh darah kecil jantung, stroke, gangren


mengalami
sehingga
dapat

kerusakan kaki & tangan, impoten &


pembuluh

mentransfer

tidak infeksi
oksigen

secara normal & mengalami


Mata

kebocoran
terjadi
kerusakan

pada gangguan penglihatan &

pembuluh darah kecil retina


Ginjal

pada akhirnya bisa terjadi

kebutaan
penebalan pembuluh darah fungsi ginjal yg buruk
ginjal

gagal ginjal

protein bocor ke dalam air


kemih
darah tidak disaring secara
Saraf

normal
kerusakan

saraf

karena kelemahan tungkai yg

glukosa tidak dimetabolisir terjadi

secara

tiba-tiba

secara normal & karena aliran atau secara perlahan


darah berkurang

berkurangnya rasa,

kesemutan & nyeri di


tangan & kaki

kerusakan

saraf

menahun
10

Sistem

saraf kerusakan

otonom

pada

saraf

yg tekanan darah yg naik-

mengendalikan tekanan darah turun


kesulitan menelan &

& saluran pencernaan

perubahan
pencernaan

fungsi
disertai

serangan diare
berkurangnya aliran darah ke luka, infeksi dalam

Kulit

kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum)


menyebabkan cedera berulang

penyembuhan luka yg

jelek
gangguan fungsi sel darah mudah terkena infeksi,

Darah

putih
Jaringan ikat

gluka
secara

terutama infeksi saluran


tidak

kemih & kulit


dimetabolisir sindroma terowongan

normal

jaringan

menebal

sehingga karpal

kontraktur

atau dupuytren

berkontraksi
2.5 DIAGNOSA
Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl
Atau
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl Puasa berarti
tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir
Atau
3. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
75 gram pada TTGO**

11

Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali
untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat
Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di klinik. Untuk
penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan memakai kriteria diagnostik
kadar glukosa darah puasa.Untuk DM Gestasional juga dianjurkan kriteria diagnostik
yang sama (1)

2.6 PENGELOLAAN DM
Pilar penatalaksanaan DM: 6
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
2.6.1 Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia 2006 yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
2.6.2 Terapi Gizi Medis

12

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes


secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.6
2.6.3 Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan
jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat
dikurang dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan.
2.6.4 Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
1. Obat hipoglikemik oral (OHO)
13

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:


A. pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):Nsulfonilurea dan glinid
B. penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin,tiazolidindion
C. penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa.
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons
kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal Sulfonilurea
generasi I & II : 15 30 menit sebelum makan Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum
makan Repaglinid, Nateglinid : sesaat/ sebelum makan. Metformin : sebelum /pada
saat / sesudah makan.

Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan

suapan pertama. Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.


2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:

Penurunan berat badan yang cepat


Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali

dengan perencanaan makan


Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Jenis dan lama kerja insulin


Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

insulin kerja cepat (rapid acting insulin)


insulin kerja pendek (short acting insulin)
14

insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)


insulin kerja panjang (long acting insulin)
insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).

Efek samping terapi insulin


Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat
menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik dimana insulin
tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat
bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada
umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang
cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja.
2.7 Penyulit Diabetes Melitus6
15

Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun
2.7.1. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
Merupakan suatu keadaan darurat. tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi
koma dan kematian. Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif. diberikan
sejumlah besar cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk
menggantikan yang hilang melalui air kemih yang berlebihan. insulin diberikan
melalui

intravena

sehingga

bisa

bekerja

dengan

segera

dan

dosisnya

disesuaikan.kadar glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam,
sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan. (1,2,3)
2. Hiperosmolar non ketotik
Pengobatan sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum.
diberikan cairan dan elektrolit pengganti. kadar gula darah harus dikembalikan secara
bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. kadar gula darah
cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak terlalu berat.
Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang
berkembang secara progresif. (4,5)
3. Hipoglikemia
Harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat,
menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. jika terdapat tanda
hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. karena itu penderita diabetes harus
selalu membawa permen, gula atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan
hipoglikemia. atau penderita segera minum segelas susu, air gula atau jus buah,
sepotong kue, buah-buahan atau makanan manis lainnya. penderita diabetes tipe i
harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat
memakan makanan yang mengandung gula.
Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah: rasa lapar yang timbul secara tibatiba, sakit kepala, kecemasan yang timbul secara tiba-tiba, badan gemetaran,
berkeringat, bingung, penurunan kesadaran, koma. (4)
16

2.7.2. Penyulit menahun6


1. Makroangiopati :

Pembuluh darah jantung


Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes. Biasanya

terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudicatio, meskipun sering tanpa gejala.
Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.

Pembuluh darah otak

2. Mikroangiopati:

Retinopati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko dan

memberatnya retinopati. Dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser


untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah
kerusakan retina yang menetap. terapi laser dini bisa membantu mencegah atau
memperlambat hilangnya penglihatan(4)
Terapi kombinasi bertujuan untuk menurunkan produksi glukosa dari hati,
meningkatkan sekresi insulin dan meningkatkan kerja insulin dengan menurunkan
resistensi insulin., kombinasi mulai 2 sampai 4 macam OHO, jenis OHO
ditambahkan secara bertahap sesuai respon.(4)

Nefropati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko

nefropati
Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kg BB) juga akan mengurangi
risiko terjadinya nefropati

3. Neuropati

Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya
sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.

17

Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan

lebih terasa sakit di malam hari.


Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan
skrining untuk mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan
neurologi sederhana, dengan monofilamen 10 gram. Dilakukan sedikitnya

setiap tahun.
Apabila diketemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang
memadai akan menurunkan risiko amputasi.

2.8 PENCEGAHAN DM
2.8.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi
berpotensi untuk menderita DM (lihat halaman 4). Tentu saja untuk pencegahan
primer ini harus dikenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM dan
upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut.
Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya pencegahan primer.
Masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya
harus diikutsertakan. Demikian pula pemerintah melalui semua jajaran terkait seperti
Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perlu
memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan
pendidikan kesehatan. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian
tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,
menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2.8.2 Pencegahan Sekunder
Maksud pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak
awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan penyaring, namun

18

kegiatan tersebut memerlukan biaya besar. Memberikan pengobatan penyakit sejak


awal berarti mengelola DM dengan baik agar tidak timbul penyulit lanjut DM.
Dalam mengelola pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat
mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai
DM dan pengelolaannya memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan
pasien berobat.
Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan
primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan DM. Melalui langkah-langkah
yang disebutkan di atas diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal, apalagi bila
ditunjang pula dengan adanya tatacara pengobatan baku yang akan menjadi pegangan
bagi para pengelola.(1)
2.8.3 Pencegahan Tersier
Kalau kemudian penyulit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola
harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien
sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Sebagai contoh aspirin dosis
rendah (80 - 325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM
yang sudah mempunyai penyulit makro-angiopati.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin
ilmu seperti ahli penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli dari disiplin lain
seperti dari bagian ilmu penyakit mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi,
rehabilitasi medis, gizi, podiatri dan lain sebagainya.(1)
BAB III
ANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosa dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien tinggal dirumah permanen berdua bersama istri. Rumah pasien berisi 2
ruang tamu dan 3 kamar tidur. Dirumah pasien terdapat 8 jendela kaca. Ventilasi

19

dirumah pasien ini termasuk cukup. Jendela rumah sering dibuka. Dibagian
rumah bagian belakang terdapat dapur, dapur dirumah pasien tertata dengan rapi.
Dirumah bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Dirumah pasien sumber air
bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal dari PLN.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Jadi dapat disimpulkan kalau tidak ada
hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien dirumah tinggal berdua bersama istri, sedangkan anak pasien
semuanya sudah berkeluarga dan tinggal dirumahnya sendiri. Pasien pensiunan
PNS dan anaknya semua bekerja. Pasien juga setiap bulan selalu mendapat
kiriman uang dari anak-anaknya, jadi sumber penghasilan keluarga tetap selalu
ada. Sebelum sakit, pasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu kurang
menjaga pola makan, suka makan makanan manis, berlemak, dan kurang
berolahraga. Hubungan dengan suami dan kedua anaknya sangat baik.
Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin,
niddm), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
normal. tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan
dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes
tipe II adalah obesitas,/i>, 80-90% penderita mengalami obesitas. diabetes tipe II
juga cenderung diturunkan. Jadi pada kasus ini dapat disimpulkan kalau tidak ada
hubungan anatar keadaan keluarga dan hubungan keluarga dengan penyakit yang
diderita pasien.
c. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar

20

Pasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu kurang menjaga pola makan,
suka makan makanan manis, berlemak, dan kurang berolahraga. Diabetes tipe 2
umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan
mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,
keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Jadi pada pasien ini ada hubungan antara penyakit yang
diderita pasien dengan perilaku kesehatan pasien.
d. Analisa kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien ini
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah
setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin
sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan
aktifitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan
glukosa untuk energi
e. Analisa untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Sebaiknya pasien teratur minum obatnya dan rajin mengontrol gula darahnya.
edukasi untuk memperbaiki pola hidup, untuk mengurangi konsumsi makanan
yang manis, berolah raga secara teratur, dan pasien di anjurkan untuk meminum
obat secara teratur setiap hari dan kontrol kembali bila obat habis.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Gustaviani, Reno. Diabetes Mellitus dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi
IV; jilid II. Jakarta. 2007. 1867-1857
2. Mansyur, Arif, dkk. Kapita selekta Kedokteran. Edisi III; Jilid I. Jakarta.
Media Aesculapius. 1999. 588-580
3. Price SA, Wilson LM. Patafisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6; Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kodokteran EGC. 2006.
4. Soegondo S, Pradana S, Subekti I, et all, Petunjuk Praktis Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2, PB PERKENI, Jakarta, 2003 ; 1-50
5. Kadri, piliang S, Asjiah N, et all, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di
Indonesia, Denpasar, 1998

22

6. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia


2006

LAMPIRAN

23

24

Anda mungkin juga menyukai