Lapsus
Lapsus
STATUS PASIEN
I Identitas Pasien
a Nama/Jenis Kelamin/Umur
: Tn.A/ Laki-laki / 46 tahun
b Pekerjaan
: Swasta
c Alamat
: Rt.31 Telanai Pura
II
Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a Status Perkawinan
: Menikah
b Jumlah anak/saudara
: Os memiliki 3 orang anak
c Status ekonomi keluarga
: Cukup
d Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal di rumah berukuran 8x10 m memiliki 4 kamar tidur yang
dilengkapi dengan jendela dan ventilasi, memiliki satu ruang tamu dan
satu ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi mengggunakan wc jongkok.
Air bekas mandi dan limbah keluarga dialirkan ke septic tank. Lantai
rumah pasien dari ubin, atap genting. Sumber air bersih dari PDAM dan
e
III
IV
Pasien datang kepuskesmas Simpang IV Sipin dengan keluhan gatalgatal diseluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu. Awalnya kulit memerah saja
pada bagian badan. Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan
setelah kontak dengan air yang digunakan pasien setiap hari untuk mandi
biasanya pasien mandi menggunakan air ledeng tetapi beberapa hari
belakang ini pasien sering menggunakan air sumur untuk keperluan seharihari termasuk untuk mandi dikarenakan air ledeng sering mati. Kulit terasa
gatal dan mulai menjadi bercak kehitaman yang menyebar ke kepala, wajah,
badan, dan eksremitas. Tidak terasa nyeri, tidak perih, tidak ada rasa
terbakar dan tidak panas. Selama ini pasien tidak pernah berobat dan
membiarkan nya saja sehingga menyebar keseluruh tubuh akibat digarukgaruk. 3 hari terakhir ini gatal yang dirasakan semakin bertambah yang
membuat pasien tidak bisa tidur. Dan akhirnya pasien memutuskan untuk
berobat kepuskesmas Simpang IV Sipin.
VI
Pemeriksaan Fisik
:
Keadaan Umum
1 Keadaan
2 Kesadaran
3 Suhu
4 Nadi
5 Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
- Tipe
Pemeriksaan Organ
1 Kepala
Bentuk
Simetri
2
Mata
Exopthalmus/enophtal
Kelopak
Conjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
: (-)
: normal
: anemis (-)
: ikterik (-)
: normal
: bulat, isokor, reflex cahaya
3
4
5
6
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
/+
Gerakan bola mata
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
KGB
Kel.tiroid
: simetris
: baik
Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kanan
Statis & dinamis: simetris
Stem fremitus normal
Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki (-)
Kiri
Statis & dinamis : simetris
Stem fremitus normal
Sonor
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
8
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Edema (-), akral hangat
Pemeriksaan Dermatologi
Dari pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa papul multiple
milier diskret dan krusta multiple milier diskret diseluruh tubuh. Serta
skuama halus terdapat pada daerah ekstremitas bawah.
VII
VIII
Diagnosis Kerja
3
Manajemen
a Promotif :
Menghindari kontak dengan bahan-bahan yang dapat menyebabkan
b
munculnya keluhan
Preventif :
Kuratif :
Medikamentosa
Prednison 5 mg tablet 3x1 tab/hari
CTM 4 mg tablet 2x1 tab/hari
Hidrokortison 10 mg salap 2x sehari pagi - malam
Rehabilitatif
Penderita secara rutin berobat ke puskesmas dan mengkonsumsi obatobatan secara teratur. Menggunakan air yang bersih saat mandi dan
mencuci pakaian
: G1A213036
Jambi,
Maret 2015
R/
Pro
Umur :
Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh faktor ekstrernal, substansi-substansi partikel yang
berinteraksi dengan kulit.
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit
yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi.
Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi alergi
terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi
peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap
alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya.
2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering
berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000. Dermatitis
yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.
2.3 Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
2.4 Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated
immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit
timbulnya lambat (delayed hypersensitivit), umumnya dalam waktu 24 jam
setelah terpajan dengan alergen.
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.
Perubahan ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana
yang disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen
lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel
Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan
yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk
berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui
sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan
keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak
pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase
sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya
reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat
sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer
kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah seperti
bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut,
bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut
fase elisitasi, umumnya berlangsung antara 24-48 jam.
d. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis
kontak
pada
cuping
telinga.
Penyebablain,
misalnyaobattopikal,
2.6 Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai
didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada kelainan kulit
berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,
dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai
kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel).
Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat
topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15
menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan
untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan
sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko
tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes
provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik
metode RAST.
Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind
Placebo Control) atau uji samar ganda. caranya pasien minum obat dengan
dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval
15 30 menit. Dalam satu hari hanya boleh satu macam obat yang dites,
untuk tes terhadap bahan/zat lainnya harus menunggu 48 jam kemudian.
Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe lambat.
Ada sedikit macam obat yang sudah dapat dites dengan metode RAST.
Semua tes alergi memiliki keakuratan 100 %, dengan syarat persiapan tes
harus benar, dan cara melakukan tes harus tepat dan benar.
2.8 Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul. Kortikosteoroid dapat diberikan dalam
jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi
akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif
(madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan
mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan
12
larutan garam faal. Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau
dermatitis
akut
yang
telah
mereda
(setelah
mendapat
pengobatan
2.9 Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis,
bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang
tidak mungkin dihindari.
BAB III
13
ANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan rumah dan lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah pasien diketahui
bahwa sumber air bersih dari PDAM dan terkadang menggunakan air sumur.
Sumber penerangan berasal dari PLN. Penyakit yang diderita pasien muncul
setelah kontak dengan air sumur. Biasanya pasien mandi dengan
menggunakan air ledeng tetapi beberapa hari belakang ini pasien sering
menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari termasuk untuk mandi
dikarenakan air ledeng sering mati. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan penyakit yang diderita pasien ini akibat alergi dengan air sumur
yang sebelumnya jarang digunakan.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Dalam keluarga pasien, hubungan keluarganya baik-baik saja sehingga tidak
ada tekanan psikologis dari keluarga yang dapat memperberat keadaan pasien.
Oleh karena itu, diagnosis penyakit pasien ini memang bersifat individual
pasien dan tidak berhubungan dengan hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah pasien tidak memberikan
pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada pasien. Hal tersebut menunjukkan
lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan terhadap
perkembangan penyakit yang di derita oleh pasien.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan
kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya
penetrasi di kulit. Pada kasus ini pasien kontak dengan air sumur yang
digunakannya untuk mandi belakangan ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson L. Konsep Klinis Prosesproses Penyakit. Edisi 4. EGC.Jakarta.1995
2. Robinson J. Dermatology:Cutaneous Medicine and Surgery in Primary
Care.1997
15
LAMPIRAN
16
17