Anda di halaman 1dari 28

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR MEDIK CA. CERVIK

A. Definisi
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada
daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar
junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005)
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang
bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia.
2002)
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama.
B. Etiologi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma
serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan
spermatozoa.

Karsinoma

serviks

timbul

di

sambungan

skuamokolumner serviks.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :
1. Umur / Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada
usia muda
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Faktor ini
merupakan
perempuan

faktor

risiko

melakukan

utama.

Semakin

hubungan

seks,

muda
semakin

seorang
besar

risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian


para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada
usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar
daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat kanker serviks.
3. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang
ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi
10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6
orang atau lebih.
4. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke
anaknya.
5. Kebiasaan merokok dan AKDR
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan
serviks disamping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat
memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat
menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada
serviks. Pemakaian AKDR akan terpengaruh terhadap servik
yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
6. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi
vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan
dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta
karoten dan retinol (vitamin A).
7. Hygine dan Sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh

mudah

terjadinya kanker serviks

pada wanita yang pasangannya belum

disirkumsisi hal

ini

karena pada pria non sirkumsisi higine penis tidak terawat


sehingga banyak kumpulan- kumpulan smegma
8. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat
mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan
iritasi menahun
9. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan
penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV /
AIDS
10. Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi
lemah tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan
sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini
tidak dapat dilakukan.
C. Manifestasi Klinik
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada
gejala

atau

tanda-tanda

yang

khas.

Namun,

kadang

bisa

ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :


1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang
keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat
infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuningkuningan dan berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus
urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila
ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut
saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan
poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.

D. Patofisiologi
Kebanyakan karsinoma diperkirakan berasal dari sel tunggal
yang telah mengalami mutasi somatik, tetapi keturunan sel
(progeny) ini harus mengalami perubahan- perubahan lebih lanjut,
dan mungkin memerlukan beberapa mutasi tambahan sebelum
menjadi

karsinoma.

Kelainan

yang

diturunkan

ini

dapat

disebabkan perubahan genetik, yaitu perubahan sekuens DNA,


atau dapat juga oleh perubahan epigenetik, yaitu perubahan
ekspresi dari gen tanpa ada perubahan sekuens DNA.
Bukt-bukti menunjukkan bahwa perubahan genetiklah yang
menyebabkan karsinoma. Ada hubungan antara karsinogenesis
dan mutagenesis. Agen mutagenic ada 3 kelas, yaitu karsinogen
kimiawi (perubahan sekuens DNA), radiasi ionisasi (kerusakan dan
translokasi kromosom), dan virus (memasukkan DNA asing ke
dalam

sel)

Kontak

pertama

dengan

karsinogen

dapat

mengakibatkan defek pada materi genetik atau DNA, yang dikenal


sebagai fase inisiasi. Tidak semua sel dengan defek DNA akan
tumbuh menjadi kanker, karena pada keadaan normal defek
tersebut akan diperbaiki melalui suatu proses reparasi DNA. Bila
mekanisme reparasi DNA terganggu, maka akan terjadi kerusakan
DNA

permanen

yang

akan

menyebabkan

transformasi

sel,

walaupun demikian tidak semua sel yang mengalami transformasi


akan berubah menjadi kanker, karena mungkin saja sel tersebut
akan mengalami apoptosis. tetapi bila ditemukan adanya substrat
promotor,

sel

yang

telah

menjalani

transformasi

ini

akan

memasuki fase promosi dan baru kemudian secara potensial


dapat menjadi ganas. Hal terakhir yang perlu diperlukan bagi
terjadinya perkembangan karsinoma adalah lingkungan yang
mendukung pertumbuhan tumor yang dikenal sebagai fase
pemeliharaan.

Setelah

fase

ini

maka

sel

yang

telah

bertransformasi berkembang menjadi klon sel maligna dan


kemudian akan terlihat secara klinis.
Adanya kerusakan DNA, defek pada mekanisme reparasi
DNA dan atau gangguan dalam pengaturan mekanisme proliferasi
dan

apoptosis

menghasilkan

pertumbuhan

jaringan

secara

berlebihan dan tidak dapat dikontrol. Hal ini terjadi karena


ketidakseimbangan

antara

proses

penambahan

jumlah

sel

(proliferasi) dengan kematian sel (apoptosis). Disfungsi dapat


terjadi pada sistem kontrol proliferasi positif yang dikenal sebagai
proto-onkogen

dan

atau

pada

sistem

kontrol

penghambat

proliferasi yang diatur oleh anti-onkogen atau tumor supressor


genes (TSGs).
Proto-onkogen adalah bentuk seluler normal dari onkogen
yang merupakan bagian dari signal transduction pathway. Jaras ini
merupakan sarana komunikasi intraseluler yaitu menangkap dan
meneruskan sinyal eksterna ke dalam nukleus untuk kemudian sel
akan memberikan respon yang sesuai. Akibat pengaruh bahan
karsinogenik, proto-onkogen akan mengalami mutasi berupa
delesi dan translokasi kromosom menjadi onkogen. Onkogen
ditemukan dalam sel tumor atau retrovirus yang mengalami
mutasi serta memacu perubahan neoplastik.
Virus human papiloma adalah virus jenis DNA dengan dua
rantai ganda yang mempunyai panjang 8000 pasang basa (pb),
serta mengekspresikan tujuh protein virus yaitu E1-E7, dimana E6
dan E7 adalah onkogen yang diekspresi oleh karsinoma serviks
uteri Onkogen E6 dan E7 ini berperan dalam proses keganasan
karena

mempunyai

mendegradasi

protein

kemampuan
gen

supresor

untuk
tumos

mengikat

dan

yaitu

dan

p53

retinoblastoma (pRb) pada sel inang yang terinfeksi. Kedua jenis


protein gen supresor tumor ini berfungsi menghentikan laju siklus
dan proliferasi sel. Onkogen E6 yang berikatan dengan p53 akan
mendegradasi dan menekan fungsi represi p53. Hilangnya fungsi
p53 yang normal akan mengganggu kemampuan merespon
kerusakan DNA akibat mutagen radiasi atau kimiawi menghambat
transkripsi dan replikasi DNA untuk memperbaiki DNA yang rusak
dan menurunkan kemampuan sel kanker untuk melakukan proses
spoptosis sedangkan onkogen E7 berikatan dengan pRb. Interaksi
ini mengakibatkan pRb menjadi tidak aktif, menghentikan fase G1,
di mana kendali pertumbuhan yang utama sebelum dimulainya
sintesis DNA berada pada fase ini, dan mendorong siklus sel
masuk ke fase S (fase sintesis DNA) dengan mempengaruhi
aktivitas inhibitor siklin dependen kinase, yang kemudian pada
akhirnya sel akan berproliferasi secara berlebihan.
Penyebaran kanker serviks
invasif primer kebanyakan
terjadi secara langsung dan limfogen. Penyebaran limfogen terjadi

kurang lebih 5%, dan hal ini menunjukkan bahwa penyakit sudah
berada dalam stadium lanjut Pertumbuhan lanjut dari tumor
menyebabkan perluasan ke atas (korpus uteri) dan ke bawah
(vagina). Penyebaran ke arah lateral mengikuti alur tahanan
terendah pada dasar ligamentum kardinale. Lebih lanjut sel-sel
tumor dapat menyebar ke belakang sepanjang ligamentum
sakrouterina. Penyebaran ke vesika urinaria atau rektum tanpa
penyebaran ke lateral jarang ditemukan. Serviks terpisah dari
vesika urinaria dengan fascia puboservikalis, dan dari rektum
dengan kavum

Dauglasi, walaupun demikian, penyebaran ke

rektrum

terjadi

dapat

secara

langsung

melaui

spektrum

rektovagina bila proses telah mencapai 1/3 atas dinding vagina


belakang atau melalui ligamentum sakrouterina.
Penyebaran limfogen biasanya mengikuti alur dari kelenjar
getah bening regional pelvis. Kelenjar getah bening primer
(paraservikal, obturatoria, hipogastrika, iliaka eksterna) adalah
yang paling pertama terkena, diikuti oleh getah bening sekunder
(inguinal, iliaka komunis dan aorta). Bila penyakit telah melibatkan
parametrium (stadium IIB) maka sel kanker yang ditemukan di
kelenjar getah bening pelvis sekitar 27,45% dan kelenjar getah
bening paraarta sekitar 13-33%. Penyebaran ke kelenjar getah
bening paraaorta terjadi sekitar 46% pada penderita kanker
serviks stadium III
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel
neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia.
Displasia merupakan neoplasia serviks intraepithelial (CNI ).CNI
terbagi menjadi

tiga tingkat

yaitu

tingkat

I ringan, tingkat II

esdang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker
serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata.
Tetapi

gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang

untuk tahap awal tidak.


CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan
epitel

kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan

dapat

diketahui

dilaksanakan
apusan

dengan cara panggul rutin,

untuk

mendeteksi

abnormal

memperoleh

jaringan

pemeriksaan

sitologik.

pap

perubahan. Neoplastik

dilanjutkan

dengan

guna memperoleh
Sedang

ini tidak

alat

smear
hasil

biopsy

untuk

jaringan

guna

biopsy yang digunakan

dalam

biopsy kolposkop

fungsinya mengarahkan

tindakan

biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut juga harus


dilakukan.
Stadium
biopsy kerucut
bedah

beku.

dini CNI dapat

diangkat

atau dibersihkan
Atau

dengan

seluruhnya dengan
laser kanker atau

biasa juga dengan histerektomi

bila klien

merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive dapat


meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang
dapat dilaksanakan

yaitu radioterapi atau histerektum radiakl

dengan mengangkat uterus atu ovarium jika terkena kelenjar limfe


aorta diperlukan kemoterapi.
E. Klasifikasi
Berdasarkan stadium (menurut FIGO) (sumber : Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1)
STADIUM
0
I
Ia

KRITERIA
Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
Proses terbatas pada serviks dan uterus
Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat
didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih
dari

mm,

atau

secara

mikroskopik

kedalamannya > 3 5 mm dari epitel basal dan


Ib

memanjang tidak lebih dari 7 mm.


Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan

II

> 4 cm.
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan
menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke
parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding

Iia

panggul.
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih

Iib

bebas dari infiltrat tumor.


Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral,

III

tetapi belum sampai ke dinding panggul.


Penyebaran sampai 1/3 distal vagina

atau

IIIa

parametrium sampai dinding panggul.


Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun

IIIb

tidak sampai ke dinding panggul.


Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor
dengan

dinding

panggul,

atau

proses

pada

tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal


ginjal atau hidronefrosis.
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil

IV

dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika


urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah
bermetastasis keluar panggul atau ke tempat
yang jauh.
Telah bermetastasis ke organ sekitar
Telah bermetastasis jauh

Iva
Ivb

F. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
b. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
c. Urine bercampur darah (hematuria)
d. Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
e. Raut wajah pucat
f. Kelemahan pada pasien
g. Keringat dingin
h. Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
2. Palpasi
a. Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
b. Tinggi fundus uteri
c. Keaktifan gerakan janin
d. Kelainan letak / posisi janin
e. Nyeri tekan abdominal
f. Perubahan denyut nadi
g. Perubahan tekanan darah
h. Peningkatan suhu tubuh

G. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear


Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah
pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini
kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahanperubahan

sel

leher

rahim

yang

abnormal,

yaitu

suatu

pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan


spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
1. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan
serviks dan bagian serviks yang abnormal..
2. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana,

permukaan

serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak

bercak-bercak

putih pada permukaan serviks yang tidak

normal.
3. Serviksografi
Serviksografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm
dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga
kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir
dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tampak
kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak
seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram
tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
4. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan
skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi
dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih
dengan pulasan asam asetat.
5. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur
secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker.
Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA
abnormal adalah > 5 L/ml, sedangkan kadar HCG abnormal
adalah > 5g/ml.
6. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan
mengukur

kadar

hemoglobin,

hematokrit,

trombosit

dan

kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel


tubuh.
H. Kriteria Diagnosis
Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker
serviks :
1. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam
1 tahun lagi.
2. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik.
Tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang
padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitologi setelah
dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.

3. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik.
Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan
konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Dilakukan penangan
lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
4. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui
pengamatan

mikroskopik.

Harus

dilakukan

biopsi

untuk

memperkuat diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah


sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.
I. Penatalaksanaan Medis
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastikan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang

oleh

tim

yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan


(tim

kanker

tim

onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Penatalaksanaan yang dilakukan


pada

klien

kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan


medis

terbagi

menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi.


Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis
secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :
STADIU
M
0
Ia
Ib,Iia

IIb, III, IV
IVa, IVb

PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

J. Komplikasi
1. Pendarahan
2. Kematian janin
3. Infertil
4. Obstruksi ureter

5. Hidronefrosis
6. Gagal ginjal
7. Pembentukan fistula
8. Anemia
9. Infeksi sistemik
10. Trombositopenia
K. Pengobatan
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat,
yaitu:
1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS
(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid
ringan seperti kodein dan tramadol
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat
seperti morfin dan fentanil
L. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan
respon terhadap pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2
tahun

setelah

timbul

gejala.

Ada

beberapa

faktor

yang

menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks,


antara lain :
1. Usia penderita
2. Keadaan umum
3. Tingkat klinis keganasan
4. Ciri - ciri histologik sel kanker
5. Kemampuan tim kesehatan untuk menangani
6. Sarana pengobatan yang tersedia

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat keluarga
3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
4. Pola fungsi kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.

Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang


baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan
bahan pembersih vagina yang mengandung zat zat kimia
juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks.
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari
nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun
karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur
juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.
c. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang
menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta
hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi
akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal
d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada Ibu hamil dengan kanker serviks harus
lebih banyak jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan.
Dapat terjadi mual dan muntah pada awal kehamilan. Kaji
jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau
berat badan Ibu sesuai dengan umur kehamilan karena Ibu
dengan kanker serviks juga biasanya mengalami penurunan
nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil
juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
e. Pola kognitif perseptual
Pada Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena
mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi
yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari
kanker serviks adalah akibat dari sering berganti ganti
pasangan seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi
pola

aktivitas

dan

latihan.

Dengan

skor

kemampuan

perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang


lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Namun pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks
ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian
ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya

dengan

baik

akibat

dari

progresivitas

sehingga harus beristirahat total.


h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan

pola

kanker

serviks

seksulitas

dan

reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini.


Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari
rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan
hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan)
yang berbau busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya.
Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat
menerima kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker
serviks biasanya mengalami gangguan dalam manajemen
koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan
terhadap risiko terjadinya kematian janin serta keselamatan
dirinya sendiri.
j. Pola peran hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga
atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat
mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Biasanya
koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan
dan nilai yang diyakini.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh
secara aktif akibat pendarahan.
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O 2 ke
jaringan.
3. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri b/d nekrosis jaringan pada
serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan
aktivitas metabolik
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan aktivitas metabolik terhadap kanker.
6. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun.

7. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses


penyakit kanker serviks.
8. Kurang pengetahuan b/d

kurangnya

informasi

mengenai

proses penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya.


9. Ansietas b/d krisis situasional.
10. Defisit perawatan diri b/d kelemahan.
C. Rencana Tindakan
1. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh
secara aktif akibat pendarahan.
NOC :
- Flui balanced
- Hydration
- Nutritional Status : Food and Fluid intake
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, diharapkan defisit volume cairan teratasi.
Kriteria Hasil :
a. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
1) Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
2) Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
3) Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90
mmHg)
4) Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
b. Membran mukosa lembab dan Turgor kulit baik (elastis)
c. Output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal
d. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah
ditekan )
e. Ekspresi wajah pasien tidak pucat, Elektrolit dan Hb dalam
batas normal
f. Intake oral dan intravena adekuat
No
1

Intervensi
Rasionalisasi
Awasi masukan dan haluaran. Memberikan pedoman untuk
Ukur volume darah yang penggantian cairan yang perlu
keluar melalui pendarahan
diberikan
sehingga
dapat
mempertahankan
volume
sirkulasi yang adekuat untuk
transport oksigen pada ibu dan
janin.
Catat kehilangan darah ibu Bila kontraksi uterus disertai
dan
kemungkinan
adanya dilatasi serviks, tirah baring dan
kontraksi uterus
medikasi mungkin tidak efektif
di
dalam
mempertahankan
kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan
perfusi plasenta
Hindari trauma dan pemberian Mengurangi potensial terjadinya
tekanan
berlebihan
pada peningkatan pendarahan dan
daerah
yang
mengalami trauma mekanis pada janin
pendarahan

5
6

10

Pantau status sirkulasi


volume darah ibu

dan Kejadian perdarahan potensial


merusak
hasil
kehamilan,
kemungkinan
menyebabkan
hipovolemia
atau
hipoksia
uteroplasenta
Pantau TTV. Evaluasi nadi Menunjukkan
keadekuatan
perifer, dan pengisian kapiler
volume sirkulasi
Catat
respon
fisiologis Simtomatologi dapat berguna
individual pasien terhadap untuk mengukur berat / lamanya
pendarahan,
misalnya episode
pendarahan.
kelemahan, gelisah, ansietas, Memburuknya
gejala
dapat
pucat,
berkeringat
/ menunjukkan
berlanjutnya
penurunan kesadaran
pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan
Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status
membran
mukosa,
dan hidrasi / derajat kekurangan
perhatikan keluhan haus pada cairan
pasien
Kolaborasi :
Penggantian cairan tergantung
Berikan
cairan
IV
sesuai pada derajat hipovolemia dan
indikasi
lamanya pendarahan (akut /
kronis). Cairan IV juga digunakan
untuk
mengencerkan
obat
antineoplastik pada penderita
kanker.
Kolaborasi :
Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, memperbaiki jumlah darah dalm
Hct) dan trombosit sesuai tubuh
ibu
dan
mencegah
indikasi
manifestasi anemia yang sering
terjadi
pada
penderita
kanker.Transfusi
trombosit
penting untuk memaksimalkan
mekanisme pembekuan darah
sehingga pendarahan lanjutan
dapat diminimalisir.
Kolaborasi :
Perlu
dilakukan
untuk
Awasi
pemeriksaan menentukan
kebutuhan
laboratorium, misalnya : Hb, resusitasi cairan dan mengawasi
Hct, sel darah merah
keefektifan terapi
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O 2 ke jaringan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan perfusi jaringan kembali adekuat
Kriteria Hasil:
a. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90


mmHg)
Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
b. Pasien tidak tampak lemas
c. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah
ditekan)
d. Denyut nadi teraba
e. Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
f. Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku,
kelembaban)
No
1

Intervensi

Rasionalisasi

Awasi tanda vital, kaji Identifikasi


ketidakadekuatan
pengisian kapiler dan warna derajat
perfusi
jaringan
dan
dasar kuku
membantu dalam menentukan
intervensi
Perhatikan status fisiologis Pada ibu hamil yang menderita
ibu, status sirkulasi, dan kanker serviks rentan mengalami
volume darah
perdarahan
yang
potensial
merusak hasil kehamilan, dan
kemungkinan
menyebabkan
hipovolemia hingga hipoksia pada
uteroplasenta
Auskultasi dan laporkan DJJ, Identifikasi berlanjutnya hipoksia
catat
bradikardi
atau janin. Pada awalnya janin berespon
takikardi. Catat perubahan terhadap penurunan kadar oksigen
pada
aktivitas
janin dengan takikardia dan peningkatan
(hipoaktif atau hiperaktif).
gerakan.
Bila
tetap
defisit,
bradikardia
dan
penurunan
aktivitas terjadi.
Anjurkan tirah baring pada Menurunkan tekanan vena cava
posisi miring kiri
inferior
dan
superior
serta
meningkatkan sirkulasi plasenta
(janin) dan pertukaran oksigen.
Kolaborasi :
Reduksi pada kadar Hb, Hct atau
Awasi
pemeriksaan volume sirkulasi darah mengurangi
laboratorium (Hct, Hb, SDM) persediaan oksigen untuk jaringan
ibu yang akan berdampak pada
janin yang dikandungnya
Kolaborasi :
Meningkatkan jumlah mediator
Berikan transfusi sel darah transport oksigen ke sel-sel tubuh
merah
lengkap
sesuai
indikasi.
Awasi
adanya
komplikasi transfusi
Kolaborasi :
Meningkatkan
ketersediaan
Berikan
terapi
oksigen oksigen untuk ambilan janin,
tambahan sesuai indikasi
sehingga kapasitas oksigen untuk
janin meningkat

3. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri b/d nekrosis jaringan pada


serviks akibat penyakit kanker serviks
NC :
- Comfort level
- Pain control
- Pain level
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal
dengan pengaruh / efek samping minimal
c. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
1) Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
2) Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
3) Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90

d.
e.
f.
g.

mmHg)
4) Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Tidak ada gangguan tidur
Tidak ada gangguan konsentrasi
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)/tidak ada ekspresi

menahan nyeri dan ungkapan secara verbal.


h. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi
dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri
No

Intervensi

Rasionalisasi

Lakukan
pengkajian
nyeri
secara komprehensif (catat
keluhan, lokasi nyeri, frekuensi,
durasi, dan intensitas (skala 010) dan tindakan penghilangan
nyeri yang dilakukan)
Pantau tanda - tanda vital

Membantu
membedakan
penyebab
nyeri
dan
memberikan informasi tentang
kemajuan
atau
perbaikan
penyakit, terjadinya komplikasi
dan keefektifan intervensi.
Peningkatan
nyeri
akan
mempengaruhi perubahan pada
tanda - tanda vital
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif untuk
mengontrol rasa nyeri yang
dialami,
serta
dapat
meningkatkan koping pasien

Dorong
penggunaan
keterampilan manajemen nyeri
seperti teknik relaksasi dan
teknik
distraksi,
misalnya
mendengarkan
musik,
membaca buku, dan sentuhan
terapeutik.
Berikan posisi yang nyaman Memberikan rasa nyaman pada
sesuai kebutuhan pasien
pasien, meningkatkan relaksasi,
dan membantu pasien untuk
memfokuskan
kembali
perhatiannya.
Dorong
pengungkapan Dapat mengurangi ansietas dan

perasaan pasien

rasa
takut,
sehingga
mengurangi persepsi pasien
akan intensitas rasa sakit.
Evaluasi upaya penghilangan Tujuan
yang
ingin
dicapai
nyeri / kontrol pada pasien
melalui upaya kontrol adalah
kontrol nyeri yang maksimum
dengan
pengaruh
/
efek
samping yang minimum pada
pasien.
Tingkatkan
tirah
baring,
bantulah kebutuhan perawatan
diri yang penting
Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi

Kolaborasi
untuk
pengembangan
rencana
manajemen
nyeri
dengan
pasien, keluarga, dan tim
kesehatan yang terlibat

10

Kolaborasi untuk pelaksanaan


prosedur tambahan, misalnya
pemblokan pada saraf

Menurunkan
gerakan
yang
dapat meningkatkan nyeri
Nyeri
adalah
komplikasi
tersering dari kanker, meskipun
respon individual terhadap nyeri
berbeda-beda.
Pemberian
analgetik dapat mengurangi
nyeri yang dialami pasien
Rencana manajemen nyeri yang
terorganisasi
dapat
mengembangkan kesempatan
pada pasien untuk mengontrol
nyeri yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis, pasien dan
orang terdekat harus aktif
menjadi
partisipan
dalam
manajemen nyeri di rumah.
Mungkin
diperlukan
untuk
mengontrol nyeri berat (kronis)
yang tidak berespon pada
tindakan lain

4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan


aktivitas metabolik
NOC :
- Thermoregulasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan keseimbangan suhu tubuh pasien kembali
normal
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5oC - 37,5oC)
b. Denyut nadi dalam batas normal ( 60 - 100x / menit)
c. Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16- 24x/
menit)
d. Kulit tidak tampak memerah dan Pasien tidak mengalami
kejang

No
1

3
4

Intervensi

Rasionalisasi

Pantau
derajat
dan
perubahan suhu pasien

pola Peningkatan
suhu
hingga
o
o
38,9 C-41,1 C menunjukkan
adanya
proses
penyakit
infeksius.
Pola
peningkatan
suhu dapat membantu dalam
identifikasi diagnosis dini
Pantau suhu lingkungan, atur Suhu ruangan dan jumlah
jumlah linen tempat tidur selimut harus diatur untuk
sesuai indikasi
mempertahankan suhu tubuh
pasien agar mendekati suhu
normal
Berikan kompres hangat
Membantu
mengurangi
peningkatan suhu tubuh pasien
Kolaborasi :
Dapat
digunakan
untuk
Berikan antipiretik
mengurangi demam dengan
bereaksi pada termoregulasi
sentral tubuh di hipotalamus.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan aktivitas metabolik terhadap kanker
NOC
- Nutritional Status : Food and fluid intake
- Nutritional Status : Adequacy Of Nutrient
- Weight Control
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara optimal
dan seimbang
Kriteria Hasil :
a. Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien
dalam kondisi normal)
b. Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan
c. Tidak terjadi mual ataupun muntah
d. Pasien tidak tampak pucat / lemas

No

Intervensi

Rasionalisasi

Pantau masukan
setiap hari

makanan Mengidentifikasi
nutrisi

Ukur tinggi, berat badan.


Pastikan jumlah penurunan
berat badan saat ini. Timbang
berat badan setiap hari

Anjurkan pasien untuk makan


diet tinggi kalori dan nutrien
dengan masukan cairan yang
adekuat.
anjurkan

defisiensi

Membantu dalam identifikasi


malnutrisi protein dan kalori
khususnya bila berat badan
dan pengukuran antropometrik
kurang dari normal
Kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan
(untuk menghilangkan produk
sisa).
Suplemen
dapat

penggunaan suplemen

membantu
untuk
mempertahankan
masukan
kalori
dan
protein
yang
adekuat.
Kontrol
faktor
lingkungan Untuk menurunkan potensial
(misalnya : bau makanan yang terjadinya respon mual dan
terlalu
kuat,
kebisingan muntah
lingkungan, makanan yang
terlalu pedas, terlalu manis,
dan berlemak)
Lakukan oral hygiene pada Kebersihan mulut yang terjaga
pasien
dapat meningkatkan sensasi
pengecapan dan nafsu makan
Kolaborasi :
Membantu
dalam
Tinjau
ulang
pemeriksaan mengidentifikasi
derajat
laboratorium sesuai indikasi, ketidakseimbangan
biokimia
misalnya transferin serum dan dan malnutrisi yang terjadi
albumin
akibat pertumbuhan sel-sel
kanker, dapat mempengaruhi
dalam penentuan intervensi
diet selanjutnya.
Kolaborasi :
Defisiensi vitamin A, C, D, E
Pemberian vitamin A, B6, C, D, dapat
menghambat
proses
E.
absorbsi zat-zat nutrisi pada vili
intestinum,
menghambat
proliferasi sel-sel epitel normal,
dan
menghambat
pembentukan
antioksidan
tubuh. Defisiensi vitamin B6
dapat memperberat perasaan
depresi yang dirasakan pasien
Kolaborasi :
Memberikan
rencana
diet
Rujuk pada ahli gizi / tim khusus
untuk
memenuhi
pendukung nutrisi
kebutuhan ibu dan janin yang
dikandungnya,
serta
menurunkan
potensial
komplikasi
yang
terjadi
berkenaan dengan malnutrisi
protein / kalori dan defisiensi
mikronutrien
6. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
NOC :
- Self care : ADLs
- Toleransi Aktivitas
- Konservasi energi
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara
optimum / fungsi tercapai

Kriteria Hasil
:
a. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal
tanpa bantuan perawat / orang terdekat
b. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
No
1

Intervensi
Rasionalisasi
respon
fisiologis Toleransi
sangat
bervariasi

Pantau
terhadap

aktivitas,

misalnya tergantung pada tahap proses

perubahan tekanan darah dan penyakit,


frekuensi

jantung

serta keseimbangan

pernafasan
2

cairan,

serta

oksigenasi.

penggunaan

rekumben

lateral

posisi mempertahankan

janin

perfusi

uterus.

dapat

Tirah

baring

menurunkan

peka

rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan Menurunkan tegangan
seperti

gosokan

punggung, dan

perubahan

posisi,

penurunan

stimulus

ruangan
redup)
Evaluasi

(misalnya
laporan

jauh

kiri/miring, dari serviks dan meningkatkan

dan penurunan aktivitas.

nutrisi,

Jelaskan alasan perlunya tirah Tindakan ini ditujukan untuk


baring,

status

kelelahan

otot
serta

atau meningkatkan rasa nyaman


dalam
lampu

kelelahan. Menentukan

derajat

dari

Perhatikan kemampuan tidur / ketidakmampuan pasien


5

istirahat dengan tepat


Kaji
kemampuan
berpartisipasi

pada

untuk Mengidentifikasi
aktivitas individual

yang diinginkan / dibutuhkan


Identifikasi
faktor
stres
psikologis

yang

memperberat

dan

kebutuhan
membantu

dalam pemilihan intervensi


/ Mungkin
mempunyai
efek

dapat kumulatif terhadap kondisi fisik


yang dapat terus berlangsung
bila masalah tersebut belum

diatasi
Buat tujuan aktivitas realistis Memberikan rasa kontrol dan
dengan pasien

Dorong

pasien

melakukan

aktivitas

perasaan

mampu

menyelesaikan
untuk Meningkatkan rasa membaik
ringan, dan

mencegah

terjadinya

bila

mungkin.

tingkat
9

Tingkatkan frustasi pada pasien

partisipasi

pasien

sesuai toleransi pasien


Rencanakan periode istirahat Mencegah
adekuat

10

bantuan

aktivitas

sehari-hari

dan

energi

untuk

sesuai aktivitas

menghemat
proses
berlanjutnya

yang

dibutuhkan

derajat pasien

ketidakmampuan pasien
Kolaborasi :
Berikan

berlebihan

penyembuhan
dalam Memungkinkan

Berikan
dengan

12

kelelahan

suplemen

02

indikasi

Adanya

hipoksemia

dapat

sesuai menurunkan ketersediaan 02


untuk ambilan seluler ibu dan
plasenta

janin

dan

memperberat

dapat

terjadinya

intoleransi pada aktivitas


7. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses
penyakit kanker serviks
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24
jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada
tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang
efek kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi
seksualitasnya
b. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran
diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan
orang terdekat yang dialaminya
No
1

Intervensi
Dengarkan
pernyataan Masalah
pasien / orang terdekat

menjadi

Informasikan
tentang
penyakit

efek

pada
dari

kanker

masalah

tersembunyi,

yang

diungkapkan

sebagai

melalui
2

Rasionalisasi
seksualitas
seringkali

pernyataan

gamblang
pasien Pedoman

seringkali
humor
yang

antisipasi

proses membantu
serviks terdekat

yang

pasien

untuk

tidak
dapat

dan

orang

memulai

proses

yang dialaminya terhadap adaptasi pada keadaan yang baru


fungsi

seksualitasnya

(termasuk di dalamnya efek


samping pengobatan kanker
3

yang akan dijalani)


Bantu
pasien
menyadari

untuk Mengakui

menerima perubahan

tahap kehilangan tersebut


4

Dorong

pasien

berbagi

pikiran

proses
pada

fungsi

seksual

secara nyata dapat meningkatkan

koping pasien
untuk Komunikasi
dengan membantu

orang terdekat

kehilangan

terbuka
dalam

dapat
identifikasi

masalah dan meningkatkan diskusi


untuk

menemukan

pemecahan

masalah
8. Kurang

pengetahuan

b/d

kurangnya

informasi

mengenai

proses penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya


NOC :
- Knowledge : Disease process
- Knowledge : Health behavior
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 45
menit, diharapkan pasien menunjukkan pengetahuan tentang
proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengangguk sebagai respon bahwa ia mengerti
dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat
b. Ekspresi wajah pasien tidak tampak bingung
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan pengertian dan
penyebab penyakitnya
d. Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakitnya
e. Pasien mampu menjelaskan tentang terapi penyakitnya
serta manfaat terapi tersebut
f. Pasien menyatakan persetujuan dan kemauannya untuk
mengikuti prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.
No
1

Kaji
pasien

Intervensi
Rasionalisasi
tingkat
pengetahuan Informasi mengenai tingkat
pengetahuan

pasien

dapat

membantu dalam menentukan


metoda

yang

memberikan

efektif

untuk

pendidikan

Berikan

informasi

kepada pasien.
mengenai Pemberian informasi yang jelas

kanker serviks : pengertian, membuat pasien dan keluarga


penyebab,

proses,

serta cepat

memahami

penanganannya dengan jelas. pengetahuannya


Informasikan

juga penyakit

kemungkinan
3

sehingga
terhadap

kanker

serviks

pengaruhnya meningkat

terhadap kondisi janin


Berikan
informasi

dalam Kelemahan dan depresi dapat

bentuk tertulis dan verbal

mempengaruhi

kemampuan

untuk menerima informasi /


4

mengikuti program medik


Berikan penguatan bila pasien Pasien akan lebih mudah
mampu menyebutkan kembali mengingat

jika

apa yang sudah dijelaskan.

oleh

Anjurkan

pasien

reinforcement

diberi
perawat

mengenai pemahamannya.
untuk Eksplorasi pengalaman dengan

menanyakan kepada pasien di pasien lain dapat membantu


samping,

untuk

pengalaman

berbagi

meningkatkan

pengetahuan

pasien dan keluarga.

9. Ansietas/kecemasan b/d krisis situasional


NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24
jam, ansietas/kecemasan pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil :
a. Vital sign dalam batas normal
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
b. Pasien melaporkan bahwa ansietas / kecemasan yang
dirasakannya menurun sampai tingkat yang dapat ditangani
/ dikontrol
c. Pasien tampak lebih tenang
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya keceamasan
No

Intervensi

Rasionalisasi

Observasi

perubahan

misalnya

TTV, Perubahan

denyut

Obervasi

respon

nonverbal

gangguan

pasien

yang pasien

dengan

pasien

Tinjau

ulang

pasien

orang

Dorong

terdekat rasa

pasien

mengungkapkan

takut

dan

sebelumnya
untuk Memberikan

kesempatan

dan untuk

mengidentifikasi

takut

yang

dialami
konsep

dan

menerima

pasien

pasien.

serta
tentang

pasien,

dan

membantu

meningkatkan

dengan

rasa

diagnosis
pasien Menunjukkan rasa menghargai
dapat

kontak

pada
kanker

pikiran

keluhan

Pertahankan

kesalahan

pengalaman

dengan penuh perhatian

pemberi

konsep

kesalahan
Dengarkan

komentar/

kepada

interpretasi

perasaannya

yang

perawatan
pengalaman Membantu dalam identifikasi

sebelumnya dengan kanker

psikologis

adanya kemarahan yang ditunjukkan

kecemasan
3

dapat

dialami pasien
dan Kecemasan dapat ditutupi oleh

verbal

menunjukkan

TTV

nadi, menunjukkan tingkat ansietas /

frekuensi pernafasan
2

pada

rasa

percaya

kepada

pemberi

perawatan.
sering Memberikan keyakinan bahwa
Berikan pasien

tidak

sendiri

sentuhan terapeutik bila perlu


ditolak.
Instruksikan
pasien Meningkatkan
menggunakan teknik relaksasi

endorfin
sehingga

atau

pelepasan

pada

sistem

menimbulkan

saraf
rasa

tenang pada pasien dan dapat


mengurangi
8

ansietas

yang

dirasakan pasien
Berikan informasi yang akurat Pengetahuan / informasi yang
dan sesuai mengenai diagnosa, diberikan
pengobatan,

dan

diharapkan

konsistensi menurunkan

prognosis penyakit pasien

memperbaiki
konsep,

dan

dapat

ansietas,
kesalahan
meningkatkan

kerjasama
9

dengan

pemberi perawatan
Tingkatkan rasa tenang dan Memudahkan
lingkungan yang tenang

beristirahat,
energi,

10

pasien

Dorong

dan

pasien

menghemat

dan

meningkatkan

kemampuan koping pasien


kembangkan Mengurangi perasaan isolasi.

interaksi pasien dengan sistem Bila


pendukung

sumber

keluarga

pendukung

tidak

adekuat,

luar

dapat

sumber
diberdayakan
11

misalnya

kelompok penderita kanker


Libatkan orang terdekat bila Menjamin sistem pendukung
keputusan mayor akan dibuat

untuk

pasien

dan

memungkinkan orang terdekat


terlibat dengan tepat
10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
NOC :
- Self care : Activity f Daily Living (ADLs)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, defisit perawatan diri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Klien terbebas dari bau badan
b. Menyatakan nyaman terhadap perawatan diri
c. Kemampuan untuk melakukan ADLs

No
1

Intervensi
Monitor kemampuan

Rasionalisasi
klien Menilai status kemampuan klien

untuk perawatan diri yang untuk intervensi selanjutnya


2

mandiri
Monitor

kebutuhan

klien Sebagai

indikator

untuk alat-alat bantu untuk memenuhi

dalam

kebersihan

diri

kebersihan diri, berpakaian, pasien.


3

berhias, toileting dan makan


Sediakan bantuan sampai Bantuan
klien

mampu

secara

Anjurkan

klien

perawat

dan

utuh keluarga akan membantu dalam

untuk melakukan self-care.


4

dari

pemenuhan

kebutuhan

perawatan diri pasien


untuk Menilai
kemampuan

pasien

melakukan aktivitas sehari- dalam pemenuhan rawat diri

hari
5

yang

normal

sesuai

kemampuan yang dimiliki


Anjurkan
klien
untuk Dorongan semangat dan anjuran
melakukan aktivitas secara dari perawat dan keluarga akan
mandiri, tapi beri bantuan memicu
ketika

klien

tidak

kepada

untuk

pelajaran

dan

mampu cepat sembuh.

melakukannya
Ajarkan klien/keluarga untuk Memberikan
mendorong

klien

kemandirian gambaran kepada klien untuk

dalam memberikan bantuan dapat mandiri.


hanya
7

jika

pasien

tidak

mampu untuk melakukannya.


Berikan aktivitas rutin sehari- Melatih kemandirian klien untuk
hari sesuai kemampuan.

cepat dapat toleransi terhadap


aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M E. 2002. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi


perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
(Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Penerbit Buku
kedokteran EGC Jakarta
Price, SA, Wilson,LM. (2006). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Jakarta. EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Yulinda.2011.
Asuhan
Keperawata
Pada
Ca
Cerviks
http://yulindanurse.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-pada-caserviks.html, Diakses tanggal 23 Desember 2013

(Online).

_____.

2012.
Askep
Kanker
Serviks.
(Online).
http://www.artikelkeperawatan.info/askep-kanker-serviks-48.html,
diakses pada tanggal 23 Desember 2013.

_____.

2013.
Gejala
Yang
Timbul
Pada
Kanker
Serviks.
(Online).
http://www.artikelkeperawatan.info/gejala-yang-timbul-padakanker-serviks-51.html., diakses pada tanggal 2 Desember 2013.

Anda mungkin juga menyukai