PENDAHULUAN
1.1
Penduduk Indonesia apabila 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa
atau 1% menderita skizofrenia (Suryani, 2010). Klien skizofrenia 20-50%
melakukan percobaan bunuh diri dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri),
angka kematian klien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian
penduduk pada umumnya (Yosep, 2009). Klien gangguan jiwa berat, termasuk
skizofrenia di Bali diperkirakan 7.000 orang penduduk (Suryani, dan Sucipta,
2009).
Gejala skizofrenia dibagi dalam dua katagori utama, yaitu gejala positif atau
gejala nyata, mencakup: waham, halusinasi, disorganisasi pikiran, bicara dan
perilaku yang tidak teratur, serta gejala negatif atau gejala samar seperti: afek
datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak
nyaman. Gejala positif dapat terkontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negatif
sering kali menetap setelah gejala psikotik berkurang. Gejala negatif sering kali
menetap sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan
perbaikan fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien (Videbeck, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali selama
tiga bulan terakhir, dari bulan Desember sampai dengan Februai 2014, rata-rata
klien yang menjalani rawat inap sebanyak 266 orang, 92% (245 orang)
diantaranya skizofrenia dan dari 245 orang tersebut 86 orang (32%) dengan
halusinasi, sebanyak 52 orang (20%) dengan isolasi sosial dan 38 orang (14%)
dengan harga diri rendah.
Pengobatan klien skizofrenia selain dengan psikofarmaka (obat anti
skizofrenia), juga dikombinasikan dengan psikoterapi, terapi psikososial dan
Berdasarkan hasil wawancara penulis, di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali selama
ini penatalaksanaan klien skizofrenia yang menarik diri dengankomunikasi kurang
lebih menekankan pada pengobatan dengan psikofarmaka.Sedangkan pelaksanaan
TAK jarang dilakukan, padahal tindakan TAK stimulasi sensori dapat dilakukan
kapan saja, oleh karena pihak rumah sakit telah menyediakan sarana penunjang
untuk pelaksanaan TAK stimulasi sensori, seperti televisi dan tape radio sebagai
media sarana penunjang.TAK stimulasi sensori jarang dilaksanakan di Rumah
Sakit JiwaProvinsi Bali, oleh karena kurang kepercayaan diri perawat di ruangan
melaksanakannya dan kurangnya keterampilan perawat dalam melaksanakan TAK
oleh karena masih jarang mendapatkan pelatihan TAK.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: apakah ada pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap
kemampuan komunikasi pada klien skizofrenia dengan isolasi sosial di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Bali?
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan
komunikasi klien dengan skizofrenia dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali.
Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai informasi bagi perawat
skizofrenia dengan isolasi sosial serta sebagai masukan dalam penyusunan protap
TAK stimulasi sensori bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, khususnya bagi
perawat dalam melaksanakan tindakan mandiri perawat berupa pemberian TAK
stimulai sensori kepada klien skizofrenia dengan isolasi sosial.
1.4.2
Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini sebagai masukan institusi
Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh terapi
adapun hasil penelitian yang didapatkan hasil yang signifikan dengan p<0,05
(p=0,002). Adapun perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan adalah pada variabel bebas dimana pada penelitian sebelumnya hanya
melakukan satu aktivitas yaitu menonton televisi sedangkan pada penelitian
yang akan penulis lakukan pelaksanaan TAK stimulasi sensori akan
dilaksanankan tiga sesi yaitu menggambar, menonton televisi/video dan
mendengarkan musik. Pada penelitian sebelumnya variabel terikatnya adalah
kemampuan komunikasi klien harga diri rendah sedangkan pada penelitian
yang akan penulis lakukan adalah kemampuan komunikasi pasien skizofrenia.
Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Jenis
penelitian sama-sama Quasi Experiment (eksperimen semu).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjarwo (2007) mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Brawijaya dengan judul Pengaruh
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi verbal
klien dengan harga diri rendah di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Malang, dengan hasil yang cukup signifikan yaitu p<0,05 (p =0,000). Adapun
perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah pada
variabel bebas dimana pada penelitian sebelumnya TAK yang digunakan
adalah sosialisasi sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan
mempergunakan TAK stimulasi sensori. Pada penelitian sembelumnya
variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi verbal klien harga diri
rendah sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan adalah
kemampuan komunikasi pasien skizofrenia. Adapun kesamaan penelitian ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
jenis
penelitian
sama-sama