PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) adalah perdarahan yang terjadi
di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Perdarahan saluran
cerna bagian atas merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan yang sering terjadi dan
membawa pasien datang untuk berobat ke dokter. Angka kejadian dan angka
kematian akibat PSCBA ini masih tinggi. Pasien datang biasanya dengan keluhan
muntah darah dan atau buang air besar hitam. Keadaan ini perlu menjadi perhatian
terutama pada penanganan pertama diruang gawat darurat. Hematemesis (muntah
darah) biasanya menunjukkan adanya perdarahan disebelah proksimal Ligamentum
Treiz, karena darah yang memasuki traktus gastrointestinal dibawah duodenum jarang
masuk kedalam lambung.1
Kasus perdarahan saluran cerna yang paling banyak ditemukan adalah
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSCBA). Di Amerika Serikat, diperkirakan
100/100.000 penduduk dirawat di rumah sakit karena penyakit ini. Kasus ini paling
banyak ditemui pada pria dan semakin meningkat insidennya pada orangtua ( >60
tahun ). Sebanyak 1.673 kasus PSCBA di SMF Penyakit Dalam RSU dr. Sutomo
Surabaya, penyebabnya 76,9% pecahnya varises esophagus, 19,% gastritis erosif,
1,0% tukak peptic, 0,6% kanker lambung dan 2,6% karena sebab-sebab lain.
Perdarahan SCBA berdasarkan keperluan klinik dibedakan atas perdarahan varises
esophagus dan perdarahan non varises, karena terdapat perbedaan penanganan dan
prognosis diantara keduanya. Penyebab tersering timbulnya perdarahan SCBA
adalah ulkus peptikum, varises esophagus, gastritis erosif, gastropati kongestif,
sindrom Mallory-Weiss, dan keganasan. Dari penyebab perdarahan SCBA, meliputi
hampir 90% dapat ditemukan suatu lesi yang pasti.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
PSCBA adalah perdarahan saluran cerna pada daerah proksimal dari
Etiologi
Di Indonesia, dari 1673 kasus PSCBA di SMF Penyakit Dalam RSU
terjadi mendadak dan massif. Kehilangan darah gastrointestinal yang kronik jarang
ditemukan. Perdarahan dari varises esofagus atau lambung biasanya disebabkan oleh
hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hepatis. Suatu meta analisis
melaporkan insidensi dari perdarahan SCBA yang akut memiliki manifestasi klinis
sebagai berikut:3,4,5
Hematemesis 40-50%
Melena 70-80%
Hematoskezia 15-20%
Hematoskezia atau melena 90-98%
Sinkop 14,4%
Presinkop 43,2%
Dyspepsia 18%
Nyeri epigastrium 41%
Rasa terbakar didada 21%
Nyeri seluruh perut 10%
Nyeri menelan 5%
Penurunan berat badan 12%
Ikterik 5,2%
B.
Pemeriksaan Awal
Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran cerna adalah menentukan
c.
Hematemesis
Hematoskezia
Darah segar pada pipa nasogastrik dan dengan lavase tidak segera jernih
Hipotensi persisten
Dalam 24 jam menghabiskan transfusi darah melebihi 800-1000 ml
Pemeriksaan Lanjutan
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas hemodinamik lengkapi
sedikit meningkat
Elektrolit (Na, K, Cl) : perubahan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan,
transfusi, atau kumbah lambung
5
2.5 Penatalaksanaan
1. Non endoskopi
- Kumbah lambung. Prosedur ini diharapkan mengurangi distensi lambung dan
memperbaiki proses hemostatik. Kumbah lambung diperlukan untuk
-
dilanjutkan
perinfus
0,1-0,5
U/menit.
Vasopressin
dapat
penyebab perdarahan.
2. Endoskopi terapeutik
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan yang masih aktif atau dengan
pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi :
6
Kontraindikasi relatif :
2.6.
atau kejang-kejang
Gangguan kesadaran
Tumor mediastinum
Sirosis Hepatis
2.6.1. Defenisi
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.6
2.6.2
Etiologi
Penyebab dari sirosis hepatis sangat beraneka ragam, namun mayoritas
penderita sirosis awalnya merupakan penderita penyakit hati kronis yang disebabkan
oleh virus hepatitis atau penderita steatohepatitis yang berkaitan dengan kebiasaan
minum alkohol ataupun obesitas. Beberapa etiologi lain dari penyakit hati kronis
diantaranya adalah infestasi parasit (schistosomiasis), penyakit autoimun yang
menyerang hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit metabolik
seperti Wilsons disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis), efek toksisitas obat
7
(methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan vaskular, baik yang didapat
ataupun bawaan.6,7
Hipertensi Porta
Spider naevi
Ginekomastia
Ascites
Hipoalbumin
Varises esophagus
Splenomegali
Eritema Palmaris
Edema
Caput medusa
hemoroid
2.6.4
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
yang merupakan akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri dari sistem porta ke
jaringan limfoid yang selanjutnya akan menginduksi produksi imunoglobulin.
Pemeriksaan waktu protrombin akan memanjang karena penurunan produksi faktor
pembekuan pada hati yang berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan hati.
Konsentrasi natrium serum akan menurun terutama pada sirosis dengan ascites,
dimana hal ini dikaitkan dengan ketidakmampuan ekskresi air bebas.6.8,9
Pada pemeriksaan hematologi juga biasanya akan ditemukan kelainan seperti
anemia, dengan berbagai macam penyebab, dan gambaran apusan darah yang
bervariasi, baik anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer, maupun
hipokrom makrositer. Selain anemia biasanya akan ditemukan pula trombositopenia,
leukopenia, dan neutropenia akibat splenomegali kongestif yang berkaitan dengan
adanya hipertensi porta. 6.8.9
2.6.5
Diagnosis
Pada stadium kompensasi sempurna sulit menegakkan diagnosis sirosis hati.
Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa ditegakkan diagnosis
dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium biokimia/serologi, dan
pemeriksaan penunjang lain. Penegakan diagnosis sirosis hati terdiri atas anamnesis
yang cermat, pemeriksaan fisis,laboratorium,dan USG. Pada kasus tertentu
diperlukan pemeriksaan biopsi hati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan
hepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini. Diagnosis pasti sirosis hati
ditegakkan dengan biopsi hati. Pada stadium dekompensata diagnosis kadang kala
tidak sulit ditegakkan karena gejala dan tanda-tanda klinis sudah tampak dengan
adanya komplikasi.6
2.6.6
Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati,
10
sekali
evaluasi darah
Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,
Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
Istirahat
Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka
penderita harus dirawat.
Diuretik : pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
12
yang berasal dari usus dengan jalan : Diet rendah protein, Pemberian antibiotik
(neomisin), Pemberian lactulose/ lactikol
13
14