Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka
pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal
diselenggarakan upaya kesehatan melalui adanya kedokteran komunitas yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota. Salah satu bagian kedokteran
komunitas adalah kedokteran okupasi yang memusatkan perhatian pada kesehatan
komunitas pekerja. Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai
risiko dan bahaya di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya
pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.
Kedokteran komunitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien, harus mempertimbangkan pasien secara holistik, tidak hanya melihat dari
sisi biologi seorang pasien, tetapi psikis, sosial dan terutama ekonomi. Kesehatan
tidak bisa lepas dari ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan
sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Beberapa hal terkait dengan
ekonomi kesehatan adalah mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, pelayanan
yang cost-effective, dan asuransi. Dengan adanya sistem ekonomi kesehatan yang
baik maka akan terbangun juga sistem kesehatan yang baik.
B. Tujuan
1 Menjelaskan berbagai metode pembiayaan pelayanan kesehatan (kapitasi,
free for service, dll), perbedaan, dan kelebihan kekurangan masing-masing
2
3
4
5

metode tersebut.
Menjelaskan prinsip asuransi kesehatan.
Menjelaskan asuransi kesehatan yang menjadi program pemerintah
Menjelaskan tentang pengelola asuransi kesehatan.
Menjelaskan tentang definisi dokter okupasi beserta tugas

wewenangnya
Menjelaskan tentang batasan kecelakaan kerja dan alat pelindung diri (APD)

dan

C. Skenario
Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai
istri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu memiliki kartu JAMKESMAS,

tetapi tahun ini tidak terdaftar lagi. Pak Parno sudah menanyakan ke puskesmas,
tetapi oleh petugas Puskesma diminta menanyakan pada kelurahan. Istri pak
Parno saat ini sedang hamil anak ketiga. Istri pak Parno terdaftar sebagai penerima
program JAMPERSAL, tetapi bingung kalau nanti melahirkan dengan operasi di
rumah sakit swasta apakah bisa menggunakan fasilitas ini.
Sudah 7 hari pak parno merasakan demam, naik turun dengan disertai
diare, badannya terasa lemas, sehingga tidak mampu berangkat kerja. Sebagai
seorang buruh harian, maka bila tidak berangkat kerja, pak Parno tidak mendapat
upah. Pak Parno tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan, karena itu
meminjam uang dari tetangganya untuk berobat ke dokter Mia.
Dr. Mia bekerja sebagai dokter Puskesmas di siang hari dan membuka
prakterk pribadi di rumah pada sore hari. Pasien praktek pribadinya rata-rata
berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah.Seringkali pasien
datang berobat dengan kondisi sudah parah. Dr.Mia adalah dokter keluarga yang
dikontrak oleh PT.ASKES untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta
ASKES. PT ASKES membayar dr.Mia dan dokter keluarga lainnya yang
dikontrak PT ASKES dengan cara kapitasi agar pelayanan yang diberikan costeffective. PT ASKES tidak membayar dokter keluarga dengan cara fee-forservice, untuk mecegah provider moral hazard.
Dr.Mia menerangkan pada pak Parno bahwa untuk tahun-tahun mendatang
semua penduduk Indonesia diharapkan tergabung dalam program jaminan sosial
kesehatan. Bila berobat ke rumah sakit, pak Parno tidak perlu membayar. Pak
Parno pernah bekerja sebagai buruh tetap di suatu perusahaan kontraktor swasta
besar, dan mendapat asuransi kesehatan swasta sebagai fasilitas dari
perusahannya. Pak Parno pernah mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah,
kemudian mendapatkan pelayanan kedokteran okupasi oleh dokter perusahan di
klinik perusahaan. Kecelakaan kerja waktu itu berakibat agak parah karena pak
Parno tidak memakai alat pelindung diri (APD). Dokter perusahaan lalu merujuk
pak Parno ke rumah sakit swasta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamkesmas
1. Dasar
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperolehperlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggungjawab mengatur agarterpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
2. Landasan Hukum
Pelaksanaan program JAMKESMAS berdasarkan pada :
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3)
bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas umum yang layak.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495)
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286)
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355)
e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)

f. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara
No. 4431)
g. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara No. 4548)
h. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor
i.

3637)
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4778)


j. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3637)
k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi,
Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)
l.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 No.89, Tambahan
Lembaran Negara No. 4741)
m. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan

3. Pelaksana
Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui
penugasan

kepada

PT

Askes

(Persero)

berdasarkan

SK

Nomor

1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam


pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.
4. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap
seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang
mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan
di Rumah Sakit
2) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin
3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel
5. Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di
seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah
mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Sumber dana jamkesmas berasal dari
apbn
6. Pelayanan Kesehatan
Paket

manfaat

jamkesmas

yang

diterima

peserta

jamkemas

komprehenship (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) Sesuai


kebutuhan medis . Jenis pelayanan kesehatan perseorangan (personal care)
7. Kepesertaan
a. Kepesertaan tidak berubah (76,4 jt jiwa)
b. Kepesertaan berdasarkan pada data bps thn 2008 (by name by adress)
sejumah 60,5 juta jiwa

c. Untuk memenuhi 76,4 juta akan dibagi kedaerah secara proporsional


dengan mendahulukan memasukan peserta yang sedang dalam
perawatan di rawat lanjutan
d. Akan dilakukan pencetakan dan penerbitan kartu jamkesmas baru
pada tahun 2011
e. Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu tidak
masuk dalam data tersebut menjadi tanggung jawab daerah
f. Ketersediaan obat, amhp, alat, darah, dan bahan penunjang lainnya
sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit.
g. Diperlakukan formularium obat rumah sakit jamkesmas
h. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun
i. Verifikasi pelayanan di bkmm/bbkpm/bkpm/ bp4/ bkim dan rs
dilaksanakan

oleh

pelaksana

verifikasi

independen

dibawah

koordinasi tim pengelola program jamkesmas kabupaten/kota


j. Transportasi rujukan (pp) menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
8. Pendaftaran
a. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak
mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan
memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS tahun 2008 sebesar
19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa
bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang
dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh
Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran
Nasional

tersebut

Menkes

membagi

alokasi

sasaran

kuota

Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing


Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir.
c. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas,
Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota
dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam
bentuk

Keputusan

Bupati/Walikota.

Apabila

jumlah

peserta

JAMKESMAS yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah

kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda


setempat.
d. Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta JAMKESMAS
lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta
JAMKESMAS yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar
tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen
cetak (hard copy) kepada :
1) PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di
distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan
2)

pelaporan.
Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta
JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan
pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus

3)

sebagai bahan analisis.


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
JAMKESMAS

Kabupaten/Kota

atau

setempat

Tim

Pengelola

sebagai

bahan

pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.


4) Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola JAMKESMAS
Propinsi

setempat

pembinaan,

sebagai

monitoring,

bahan

kompilasi

evaluasi,analisis,

kepesertaan,

pelaporan

serta

pengawasan.
5) Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional,
bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim
Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan
serta pengawasan.
e. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan
nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama proses
penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang
bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan
oleh Bupati/Walikota.
f. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah,
nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu
sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan

tersebut sampai dengan penerbitan dan pendistribusian kartu peserta,


maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila
sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat
menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli
2008 pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah
tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.
g. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta JAMKESMAS
baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan distribusi
kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT Askes (Persero).
h. Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang
diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi
meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta.
i. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti
gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak
terdaftar

dalam

Surat

Keputusan

Bupati/walikota,

akan

dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial


setempat untuk diberikan kartunya.
j. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS langsung
menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia
langsung hilang hak kepesertaannya
B. Asuransi
1. Pengertian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (UU No.2/1992 tentang asuransi).
2. Pembiayaan kesehatan
a. Definisi

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh penerima pelayanan kesehatan


kepada pemberi pelayanan kesehatan atas pelayanan kesehatan yang
telah didapatkan.
b. Jenis-jenis pembiayaan kesehatan
1 Pre-paid payment
a Pajak (taxation)
Pemerintah menarik pajak umum dari warga, yang nantinya
antara lain akan dialokasikan untuk membiayai pelayanan
b

kesehatan.
Asuransi
Perusahaan asuransi menarik premi dari individu peserta
asuransi.

Medical Saving Account


Negara mewajibkan warganya untuk menabung guna membiayai

pelayanan kesehatan dirinya sendiri.


2 Post-paid payment
Out of pocket payment
Penerima pelayanan kesehatan membayar langsung kepada
dokter atau pemberi pelayanan kesehatan untuk pelayanan
kesehatan yang telah diterima.
Di Indonesia, jenis pembiayaan kesehatan yang digunakan adalah jenis out
of pocket payment, pajak, dan asuransi.
C. Kedokteran okupasi
1. Ditujukan kepada seluruh pekerja secara komprehensif dengan prinsip
kedokteran keluarga.
2. Dilakukan pula survaillance kepada para pekerja secara berkala sebagai
upaya persiapan penanganan.
3. Meliputi terapi preventif, baik upaya pencegahan primer, sekunder, maupun
tersier.

BAB III
PEMBAHASAN
Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai
isteri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu terdaftar sebagai peserta
Jamkesmas. Jamkesmas yaitu Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dimana
pemerintah menggunakan dana yang berasal dari APBN untuk membayar premi
peserta. Pemerintah berperan sebagai penanggung anggota masyarakat dan
anggota masyarakat berkedudukan sebagai tertanggung. Dalam program
jamkesmas tersebut, peserta yang merupakan penduduk miskin dan hampir miskin
dibayarkan preminya oleh negara. Peserta program Jamkesmas adalah setiap
orang miskin dan tidak mampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam skenario dikatakan bahwa, sebelumnya
Pak Parno memiliki Jamkesmas, namun sekarang tidak lagi. Hal ini dikarenakan ,
penerima Jamkesmas adalah kategori miskin dan hamper miskin sesuai kriteria
BPS dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) .
Sehingga apabila terjadi perubahan kondisi dan peserta Jamkesmas tidak
lagi memenuhi criteria tersebut, maka Jaskesmas tidak dapat diperpanjang
lagi.Untuk persalinan ada program Jampersal. Jaminan Persalinan (Jampersal)
adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir guna mengurangi angka kematian Ibu dan bayi. Jampersal ini diberikan
kepada seluruh ibu hamil di Indonesia yang belum memiliki asuransi kesehatan
apapun.Fasilitas kesehatan yang memberi pelayanan dengan Jampersal tidak
hanya puskesmas, tetapi juga bidan praktik, klinik bersalin, dan dokter yang
bersedia mengikuti program Jampersal. Di skenario dikatakan bahwa isteri Pak
Parno terdaftar sebagai penerima program Jampesal.

Dr. Mia adalah dokter keluarga yang dikontrak oleh PT Askes untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Askes dan dibayar dengan cara
kapitasi agar pelayanan yang diberikan cost-effective. Pemilihan metode
pembayaran ini diambil setelah melakukan cost analysis sehingga diharapkan
tidak ada yang dirugikan dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan dan
memberikan manfaat kepada peserta. Kapitasi adalah metode pembayaran dokter
dengan sejumlah uang dengan besaran yang tetap, berdasarkan jumlah peserta
asuransi yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan kepada peserta asuransi tersebut. Metode kapitasi
mendorong dokter untuk memilih memberikan pelayanan preventif, promotif dan
kuratif yang cost-effective, sedangkan cost effective sendiri berarti pemilihan
intervensi kesehatan agar tidak hanya efektif dalam memberikan hasil yang
diinginkan, tetapi juga menggunakan biaya yang lebih rendah. PT Askes tidak
membayar dokter keluarga dengan cara fee-for-service untuk mencegah provider
moral hazard. Fee-for-service adalah metode pembayaran dokter berdasarkan
pelayanan medis yang diberikan, misalnya jasa konsultasi dokter, pemeriksaan
radiologis, dan tindakan-tindakan lainnya. Dengan motivasi untuk
memaksimalkan pendapatan, maka dokter yang dibayar dengan cara ini akan
terdorong untuk memberikan pelayanan medis yang tidak diperlukan, inilah yang
disebut provider moral hazard yang dapat menyebabkan konsumsi pelayanan
kesehatannya lebih besar dari yang dibutuhkan sehingga biaya menjadi
meningkat. Selain provider moral hazard tersebut, penyimpangan asuransi lain
yang dapat terjadi adalah : Adverse Selection dan Fraud Adverse selection yaitu
hanya peserta risiko tinggi yang membeli asuransi. Hal ini dapat dihindari dengan
cara :Compulsory Health Insurance (asuransi kesehatan wajib) seperti Askes
untuk PNS tidak wajib tetapi ada minimal keanggotaan.
Pada skenario didapati Pak parno pernah mengalami kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilewati. Pak parno mengalami
kecelakaan kerja karena tidak memakai alat pelindung diri yang bertujuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja. Dokter perusahaan mempunyai kewajiban
melakukan pencegahan primer : mencegah cedera akibat kerja, pecegahan
sekunder : pemeriksaan kesehatan karyawan berkala, dan pencegahan tersier
:membatasi kecacatan, disfungsi atau kematian, rehabitatif, dan mencegah
rekurensi penyakit.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam skenario, Pak Parno diharuskan untuk mendaftar JAMKESMAS
kembali agar dapat memperoleh fasilitas pelayanan gratis bagi warga
miskin dan untuk mendaftar harus memperoleh izin dari dinas terkait.
Istri Pak Parno dapat melahirkan dengan operasi di rumah sakit swasta
yang bekerja sama dengan program tersebut.
2. Kapitasi adalah metode pembiayaan kesehatan yang saat ini paling
cost-effective.
3. Dokter keluarga adalah dokter yang saat ini dipercaya PT. Askes
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta askes dan dokter
okupasi adalah dokter yang dipercaya untuk melakukan pelayanan
kesehatan kepada para pekerja untuk mengatasi segala permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai asuransi kesehatan pada
masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat miskin terutama
mengenai prosedur JAMKESMAS dan JAMPERSAL.
2. Untuk merealisasikan program jaminan sosial kesehatan diharapkan
semua pihak ikut berpartisipasi agar keberhasilan program dapat
tercapai
3. Pekerja sebaiknya diberi pengertian akan pentingnya memakai alat
pelindung diri dan disosialisasikan segala yang berhubungan dengan
kesehatan kerja

DAFTAR PUSTAKA
Agius R, Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder
Headline/ Arnold Publisher
Ceri

P,
Guy
T
(2009).
What
is
costeffectiveness?
www.whatisseries.co.uk/economics-health/what-is-costeffectiveness
- diakses september 2012

Chriswardani S (2010). Asuransi kesehatan. FKM MIKM Undip


Depkes (2012). Pedoman pelaksanaan jaminan
www.depkes.go.id -diakses 23 september 2012

kesehatan

masyarakat.

Segal L (1999). Issues in the economic evaluation of health promotion in the


workplace. Research Report 3. Centre for Health Program Evaluation,
Health Economics Unit, Monash University

Anda mungkin juga menyukai