(Skenario) Jamkesmas, Ked Komunitas
(Skenario) Jamkesmas, Ked Komunitas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka
pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal
diselenggarakan upaya kesehatan melalui adanya kedokteran komunitas yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota. Salah satu bagian kedokteran
komunitas adalah kedokteran okupasi yang memusatkan perhatian pada kesehatan
komunitas pekerja. Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai
risiko dan bahaya di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya
pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.
Kedokteran komunitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien, harus mempertimbangkan pasien secara holistik, tidak hanya melihat dari
sisi biologi seorang pasien, tetapi psikis, sosial dan terutama ekonomi. Kesehatan
tidak bisa lepas dari ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan
sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Beberapa hal terkait dengan
ekonomi kesehatan adalah mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, pelayanan
yang cost-effective, dan asuransi. Dengan adanya sistem ekonomi kesehatan yang
baik maka akan terbangun juga sistem kesehatan yang baik.
B. Tujuan
1 Menjelaskan berbagai metode pembiayaan pelayanan kesehatan (kapitasi,
free for service, dll), perbedaan, dan kelebihan kekurangan masing-masing
2
3
4
5
metode tersebut.
Menjelaskan prinsip asuransi kesehatan.
Menjelaskan asuransi kesehatan yang menjadi program pemerintah
Menjelaskan tentang pengelola asuransi kesehatan.
Menjelaskan tentang definisi dokter okupasi beserta tugas
wewenangnya
Menjelaskan tentang batasan kecelakaan kerja dan alat pelindung diri (APD)
dan
C. Skenario
Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai
istri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu memiliki kartu JAMKESMAS,
tetapi tahun ini tidak terdaftar lagi. Pak Parno sudah menanyakan ke puskesmas,
tetapi oleh petugas Puskesma diminta menanyakan pada kelurahan. Istri pak
Parno saat ini sedang hamil anak ketiga. Istri pak Parno terdaftar sebagai penerima
program JAMPERSAL, tetapi bingung kalau nanti melahirkan dengan operasi di
rumah sakit swasta apakah bisa menggunakan fasilitas ini.
Sudah 7 hari pak parno merasakan demam, naik turun dengan disertai
diare, badannya terasa lemas, sehingga tidak mampu berangkat kerja. Sebagai
seorang buruh harian, maka bila tidak berangkat kerja, pak Parno tidak mendapat
upah. Pak Parno tidak mempunyai uang untuk membayar pengobatan, karena itu
meminjam uang dari tetangganya untuk berobat ke dokter Mia.
Dr. Mia bekerja sebagai dokter Puskesmas di siang hari dan membuka
prakterk pribadi di rumah pada sore hari. Pasien praktek pribadinya rata-rata
berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah.Seringkali pasien
datang berobat dengan kondisi sudah parah. Dr.Mia adalah dokter keluarga yang
dikontrak oleh PT.ASKES untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta
ASKES. PT ASKES membayar dr.Mia dan dokter keluarga lainnya yang
dikontrak PT ASKES dengan cara kapitasi agar pelayanan yang diberikan costeffective. PT ASKES tidak membayar dokter keluarga dengan cara fee-forservice, untuk mecegah provider moral hazard.
Dr.Mia menerangkan pada pak Parno bahwa untuk tahun-tahun mendatang
semua penduduk Indonesia diharapkan tergabung dalam program jaminan sosial
kesehatan. Bila berobat ke rumah sakit, pak Parno tidak perlu membayar. Pak
Parno pernah bekerja sebagai buruh tetap di suatu perusahaan kontraktor swasta
besar, dan mendapat asuransi kesehatan swasta sebagai fasilitas dari
perusahannya. Pak Parno pernah mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah,
kemudian mendapatkan pelayanan kedokteran okupasi oleh dokter perusahan di
klinik perusahaan. Kecelakaan kerja waktu itu berakibat agak parah karena pak
Parno tidak memakai alat pelindung diri (APD). Dokter perusahaan lalu merujuk
pak Parno ke rumah sakit swasta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamkesmas
1. Dasar
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperolehperlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggungjawab mengatur agarterpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
2. Landasan Hukum
Pelaksanaan program JAMKESMAS berdasarkan pada :
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3)
bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas umum yang layak.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495)
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286)
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355)
e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)
3637)
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun
3. Pelaksana
Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui
penugasan
kepada
PT
Askes
(Persero)
berdasarkan
SK
Nomor
manfaat
jamkesmas
yang
diterima
peserta
jamkemas
oleh
pelaksana
verifikasi
independen
dibawah
tersebut
Menkes
membagi
alokasi
sasaran
kuota
Keputusan
Bupati/Walikota.
Apabila
jumlah
peserta
pelaporan.
Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta
JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan
pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus
3)
Kabupaten/Kota
atau
setempat
Tim
Pengelola
sebagai
bahan
setempat
pembinaan,
sebagai
monitoring,
bahan
kompilasi
evaluasi,analisis,
kepesertaan,
pelaporan
serta
pengawasan.
5) Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional,
bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim
Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan
serta pengawasan.
e. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan
nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama proses
penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang
bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan
oleh Bupati/Walikota.
f. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah,
nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu
sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan
dalam
Surat
Keputusan
Bupati/walikota,
akan
kesehatan.
Asuransi
Perusahaan asuransi menarik premi dari individu peserta
asuransi.
BAB III
PEMBAHASAN
Pak Parno, umur 34 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, mempunyai
isteri dan dua orang anak. Pak Parno tahun lalu terdaftar sebagai peserta
Jamkesmas. Jamkesmas yaitu Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dimana
pemerintah menggunakan dana yang berasal dari APBN untuk membayar premi
peserta. Pemerintah berperan sebagai penanggung anggota masyarakat dan
anggota masyarakat berkedudukan sebagai tertanggung. Dalam program
jamkesmas tersebut, peserta yang merupakan penduduk miskin dan hampir miskin
dibayarkan preminya oleh negara. Peserta program Jamkesmas adalah setiap
orang miskin dan tidak mampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam skenario dikatakan bahwa, sebelumnya
Pak Parno memiliki Jamkesmas, namun sekarang tidak lagi. Hal ini dikarenakan ,
penerima Jamkesmas adalah kategori miskin dan hamper miskin sesuai kriteria
BPS dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) .
Sehingga apabila terjadi perubahan kondisi dan peserta Jamkesmas tidak
lagi memenuhi criteria tersebut, maka Jaskesmas tidak dapat diperpanjang
lagi.Untuk persalinan ada program Jampersal. Jaminan Persalinan (Jampersal)
adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir guna mengurangi angka kematian Ibu dan bayi. Jampersal ini diberikan
kepada seluruh ibu hamil di Indonesia yang belum memiliki asuransi kesehatan
apapun.Fasilitas kesehatan yang memberi pelayanan dengan Jampersal tidak
hanya puskesmas, tetapi juga bidan praktik, klinik bersalin, dan dokter yang
bersedia mengikuti program Jampersal. Di skenario dikatakan bahwa isteri Pak
Parno terdaftar sebagai penerima program Jampesal.
Dr. Mia adalah dokter keluarga yang dikontrak oleh PT Askes untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Askes dan dibayar dengan cara
kapitasi agar pelayanan yang diberikan cost-effective. Pemilihan metode
pembayaran ini diambil setelah melakukan cost analysis sehingga diharapkan
tidak ada yang dirugikan dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan dan
memberikan manfaat kepada peserta. Kapitasi adalah metode pembayaran dokter
dengan sejumlah uang dengan besaran yang tetap, berdasarkan jumlah peserta
asuransi yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan kepada peserta asuransi tersebut. Metode kapitasi
mendorong dokter untuk memilih memberikan pelayanan preventif, promotif dan
kuratif yang cost-effective, sedangkan cost effective sendiri berarti pemilihan
intervensi kesehatan agar tidak hanya efektif dalam memberikan hasil yang
diinginkan, tetapi juga menggunakan biaya yang lebih rendah. PT Askes tidak
membayar dokter keluarga dengan cara fee-for-service untuk mencegah provider
moral hazard. Fee-for-service adalah metode pembayaran dokter berdasarkan
pelayanan medis yang diberikan, misalnya jasa konsultasi dokter, pemeriksaan
radiologis, dan tindakan-tindakan lainnya. Dengan motivasi untuk
memaksimalkan pendapatan, maka dokter yang dibayar dengan cara ini akan
terdorong untuk memberikan pelayanan medis yang tidak diperlukan, inilah yang
disebut provider moral hazard yang dapat menyebabkan konsumsi pelayanan
kesehatannya lebih besar dari yang dibutuhkan sehingga biaya menjadi
meningkat. Selain provider moral hazard tersebut, penyimpangan asuransi lain
yang dapat terjadi adalah : Adverse Selection dan Fraud Adverse selection yaitu
hanya peserta risiko tinggi yang membeli asuransi. Hal ini dapat dihindari dengan
cara :Compulsory Health Insurance (asuransi kesehatan wajib) seperti Askes
untuk PNS tidak wajib tetapi ada minimal keanggotaan.
Pada skenario didapati Pak parno pernah mengalami kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilewati. Pak parno mengalami
kecelakaan kerja karena tidak memakai alat pelindung diri yang bertujuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja. Dokter perusahaan mempunyai kewajiban
melakukan pencegahan primer : mencegah cedera akibat kerja, pecegahan
sekunder : pemeriksaan kesehatan karyawan berkala, dan pencegahan tersier
:membatasi kecacatan, disfungsi atau kematian, rehabitatif, dan mencegah
rekurensi penyakit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam skenario, Pak Parno diharuskan untuk mendaftar JAMKESMAS
kembali agar dapat memperoleh fasilitas pelayanan gratis bagi warga
miskin dan untuk mendaftar harus memperoleh izin dari dinas terkait.
Istri Pak Parno dapat melahirkan dengan operasi di rumah sakit swasta
yang bekerja sama dengan program tersebut.
2. Kapitasi adalah metode pembiayaan kesehatan yang saat ini paling
cost-effective.
3. Dokter keluarga adalah dokter yang saat ini dipercaya PT. Askes
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta askes dan dokter
okupasi adalah dokter yang dipercaya untuk melakukan pelayanan
kesehatan kepada para pekerja untuk mengatasi segala permasalahan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai asuransi kesehatan pada
masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat miskin terutama
mengenai prosedur JAMKESMAS dan JAMPERSAL.
2. Untuk merealisasikan program jaminan sosial kesehatan diharapkan
semua pihak ikut berpartisipasi agar keberhasilan program dapat
tercapai
3. Pekerja sebaiknya diberi pengertian akan pentingnya memakai alat
pelindung diri dan disosialisasikan segala yang berhubungan dengan
kesehatan kerja
DAFTAR PUSTAKA
Agius R, Seaton A (2005). Practical occupational medicine. UK: Hodder
Headline/ Arnold Publisher
Ceri
P,
Guy
T
(2009).
What
is
costeffectiveness?
www.whatisseries.co.uk/economics-health/what-is-costeffectiveness
- diakses september 2012
kesehatan
masyarakat.