LIBRARY MANAGER
DATE
SIGNATURE
Hal
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................
i
LEMBAR
PENGESAHAN.....................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................
1
BAB 2. ISI.............................................................................................................................
3
2.1 PENGERTIAN AUTOPSI...............................................................................................
3
2.2 JENIS JENIS AUTOPSI..............................................................................................
3
2.2.1 Autopsi Klinik......................................................................................................
3
2.2.2 Autopsi Forensik Medikolegal..........................................................................
4
2.3 Dasar hukum pelaksanaan Autopsi.................................................................................
5
2.4 Persiapan Sebelum Tindakan Autopsi..............................................................................
6
2.5 Perlengkapan Untuk Autopsi...........................................................................................
7
2.6 Pemeriksaan Luar.............................................................................................................
8
2.7 Teknik Autopsi.................................................................................................................
10
2.7.1 Teknik Virchow....................................................................................................
11
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Autopsi
Secara etimologis, autopsi berasal kata dari Auto yang artinya sendiri dan
Opsis yang artinya melihat.1-3 Yang dimaksudkan dengan autopsi adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang terdiri dari pemeriksaan terhadap bagian
luar maupun bagian dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan penemuan tersebut,
menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan
kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.3
2.2.2
Meja autopsi
Peralatan autopsi
Peralatan untuk pemeriksaan tambahan
Peralatan tulis menulis dan fotografi
Pembusukan.
Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.
Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan
umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae
albicantes pada dinding perut. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
penentuan identitas khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan
kulit, anomali dan cacat pada tubuh.3
Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.
Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong
dan mencabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang
berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan yang telah ditandai
sesuai tempat pengambilannya.
Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda
kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna,
cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan.
Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan
warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan
kanan.
Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.
Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan
lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak,
pewarnaan, dan sebagainya. Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas
pencekikan atau pelebaran pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga
diperiksa secara menyeluruh.
Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan
bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat
keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret liang sanggama.
Perhatikan bentuk lubang pelepasan, perhatikan adanya luka, benda asing, darah
dan lain-lain. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan,
ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain
pada tubuh.3
Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap. Setiap luka
pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi,
ukuran, dan lain lain. Dalam luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua
tepi ditautkan. Lokalisasi luka dilukis dengan mengambil beberapa patokan,
antara lain : garis tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang
belakang, garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis mendatar melalui
pusat. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.3
2.7 Teknik Autopsi
Terdapat empat teknik autopsi dasar yang dikenal dalam pembedahan mayat
namun pada umumnya setiap teknik autopsi hanya memiliki sedikit perbedaan
atau merupakan modifikasi dari empat teknik autopsi dasar tersebut. Perbedaan
terutama dalam hal pengangkatan keluar organ, baik dalam hal urutan
pengangkatan maupun jumlah atau kelompok organ yang dikeluarkan pada satu
2.7.1
10
demikian, teknik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama
pada kasus penembakan dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam,
yang perlu dilakukan penentuan saluran luka, arah serta dalamnya penetrasi yang
2.7.2
terjadi.
Teknik Rokitansky
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan
beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ organ tersebut dikeluarkan
dalam kumpulan kumpulan organ (en bloc). Teknik ini jarang dipakai karena
tidak menunjukkan keunggulan yang nyata atas teknik lainnya. Teknik ini pun
2.7.3
11
sekaligus.
Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga kumpulan
organ (bloc).
Saat ini berkembang teknik autopsi yang merupakan modifikasi dari teknik
Letulle. Organ tidak dikeluarkan secara en masse, tetapi dalam 2 kumpulan. Organ
leher dan dada sebagai satu kumpulan, organ perut serta urogenital sebagai
kumpulan yang lain, setelah terlebih dahulu usus diangkat mulai dari perbatasan
duodenojejunal sampai perbatasan rectosigmoid.
pembesaran.
2.
Bentuk. Ada deformitas yang terjadi atau tidak.
12
3.
5.
itu. Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada
saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang
rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang kuat.
Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur
6.
Dada :
Seksi Jantung :
Jantung dibuka menurut aliran darah : pisau dimasukkan ke vena kava
inferior sampai keluar di vena superior dan bagian ini dipotong. Ujung pisau
dimasukkan melalui katup trikuspidalis keluar di insisi bilik kanan dan bagian
ini dipotong. Ujung pisau lalu dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung
mulai dari apeks dipotong sejajar dengan septum interventrikulorum.
13
14
sendi
sternoklavikularis
dengan
menggerak-gerakkan
sternum,
sendi
15
di hilus, kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urine dan
rektum dilepaskan dengan cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung
urine dan dengan cara tumpul membuat jalan sampai ke belakang rektum.
Kemudian dilakukan sama pada bagian sebelahnya. Tempat bertemunya kedua
jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu,
kemudian jari kelingking dinaikkan ke atas dengan demikian rektum lepas dari
sakrum. Rektum dan kandung urine dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.
Anak ginjal dipotong transversal. Ginjal dibuka dengan irisan longitudinal
dari lateral ke hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urine,
kapsul ginjal dilepas dan perhatikan permukaannya. Pada laki-laki rektum
dibuka dari belakang dan kandung urine melalui uretra dari muka. Rektum
dilepaskan dari prostat dan dengan demikian terlihat vesika seminalis. Prostat
dipotong transversal, perhatikan besarnya penampang.
Testis dikeluarkan melalui kanalis spermatikus dan diiris longitudinal,
perhatikan besarnya, konsistensi, infeksi, normal, tubuli semineferi dapat
ditarik seperti benang.
c)
Urogenital Perempuan :
Kandung urine dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus
dibuka dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan
dan ke kiri. Ke kornu. Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1
- 1,5 cm. Ovarium diinsisi longitudinal.
Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan dengan menusuk ke
dalam uterus, seluruhnya : kandung urine, uterus dan vagina, rektum difiksasi
dalam formalin 10% selama 7 hari, setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada
sumbu rektum setebal 1,25 cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol
16
selama 24 jam. Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari
noda merah ini dibuat sediaan histopatologi.
Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar dilepaskan,
duodenum dan rektum diikat ganda kemudian dipotong. Limpa : dipotong di
hilus, diiris longitudinal, perhatikan parenkim, folikel, dan septa.
3. Leher
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan
sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan
tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya
patah tulang.
4. Kepala
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri
dengan mata pisau menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu
banyak. Kulit kepala kemudian dikelupas ke muka dan ke belakang dan
tempurung tengkorak dilepaskan dengan menggergajinya. Pahat dimasukkan
dalam bekas mata gergaji dan dengan beberapa ketukan tempurung lepas dan
dapat dipisahkan. Durameter diinsisi paralel dengan bekas mata gergaji. Falx
serebri digunting dibagian muka. Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah
dan saraf dari muka ke belakang dan kemudian medula oblongata. Tentorium
serebri diinsisi di belakang tulang karang dan sekarang otak dapat diangkat.
Selaput tebal otak ditarik lepas dengan cunam. Otak kecil dipisah dan diiris
horisontal, terlihat nukleus dentatus. Medula oblongata diiris transversal,
demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala perhatikan adanya
edema, kontusio, laserasi serebri.
5. Tengkorak Neonatus :
17
2.9 Insisi
Insisi dilakukan hingga mencapai kedalamaan setebal kulit saja. Insisi
berbentuk huruf I merupakan insisi yang paling ideal. Insisi I dimulai di bawah
tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari
paramedian kiri dari pusat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu
melingkari pusat. Atas indikasi kosmetik insisi Y tidak dianjurkan. Insisi
melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan
suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.3,4
18
pneumothorax,
dan
tes
alphanaphthylamine.4
1. Insisi Y
Insisi Y, tidak dilakukan semata-mata untuk alasan kosmetik, sehingga
jenazah yang sudah diberi pakaian, tidak memperlihatkan adanya jahitan setelah
dilakukan bedah mayat. Ada dua macam insisi Y, yaitu :
a)
19
rahang bawah; tindakan ini dimulai dari sayatan yang telah dibuat
pertama kali.
Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh,
b)
kaum wanita.
2.
20
dan tulang dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan iga ke-3,
Potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-3,
Setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan kandung
jantung dengan insisi I, sepanjang kira-kira 5-7 sentimeter; kedua ujung
sayatan tersebut dijepit dan diangkat dengan pinset (untuk mencegah air
yang keluar)
Masukkan air ke dalam kandung jantung, melalui insisi yang telah dibuat
tadi, sampai jantung terbenam; akan tetapi bila jantung tetap terapung, maka
21
jantung,
Semua yang disebut di atas adalah untuk melakukan tes emboli
pulmoner, untuk tes emboli sistemik, pada prinsipnya sama, letak
perbedaannya adalah
jarang terjadi.Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada
di paru-paru, misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang
merobek paru-paru dan merobek pembuluh venanya.
Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui
pembuluh-pembuluh vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher
bagian bawah, lipat paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat
pula pada daerah lain, misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu
diinfus, dan udara masuk melalui jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat
bahwa tekanan vena lebih kecil dari tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan
pada vena, vena tersebut akan menguncup, hal ini ditambah lagi dengan
pergerakan pernapasan, yang menyedot.
22
4.
dalam satu kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.
kanan.
Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan
pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua
lobus.
Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan
Buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu
sekitar iga ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang tertinggi ),
23
tampak kollaps,
Cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit
besar dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut;
bila ada pneumothorax, tampak gelembung-gelembung udara pada spuit
tadi.
direndam
dalam
larutan
alpha-
sinar matahari,
Pakaian yang akan diperiksa, yaitu yang diduga mengandung butirbutir mesiu, dipotong dan di atasnya diletakkan kertas saring yang telah
diberi alpha-naphthylamine,
Di atas kertas saring yang mengandung alpha-naphthylamine tadi
ditaruh lagi kertas saring yang dibasahi oleh aquadest,
24
dalam formalin 10%.Organ yang diambil adalah: paru-paru, hati, limpa, pankreas,
otot jantung, arteri koronaria, kelenjar gondok, ginjal, prostat, uterus, korteks
otak, basal ganglia dan dari bagian lain yang menunjukkan adanya kelainan.
25
2.
Pemeriksaan toksikologi
Lambung dan isinya.
Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-
mengalami pembususkan.
Urine, diambil seluruhnya. Karena pada umunya racun akan diekskresikan
melalui urine, khususnya pada test penyaring untuk keracunan narkotika,
26
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa
untuk pembiakan kuman. Permukaan jantung dibakar dengan menempelkan spatel
yang dipanaskan sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil dengan tabung
injeksi yang steril dan dipindah dalam tabung reagen yang steril. Permukaan
limpa dibakar dengan cara tersebut di atas dan dengan pinset dan gunting yang
steril diambil sepotong limpa dan dimasukkan dalam tabung reagen yang steril
dan kedua tabung dikirim ke laboratorium bakteriologi.
4. Sediaan apus bagian korteks otak, limpa dan hati.
Mungkin perlu dilakukan untuk melihat parasit malaria. Sediaan hapus
lainnya adalah dari tukak sifilis atau cairan mukosa.
5. Darah dan cairan cerebrospinalis diambil untuk pemeriksaan analisa
biokimia.
6. Pemeriksaan urine dan feces.
7. Usapan vagina dan anus, utamanya pada kasus kejahatan seksual.
8. Cairan uretra.
27
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
Autopsi merupakan suatu pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang terdiri dari
kematian
Ada dua jenis autopsi yaitu autopsi klinik dan autopsi forensik.
Autopsi forensik atau medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik yang
1. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. The Autopsy Past And Present dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia :
Saunders;2009.Hal.1-11
2. Sadelman HC. The Autopsy dalam Kobilinsky L: editor : Forensic Medicine.
New York : Chelsea House Publisher;2007.Hal. 28 34
3. Tim Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI;2010.Hal.1 45
4. Shepherd R. The Autopsy dalam Simpsons Forensic Medicine 12th Edition.
London : Arnold Hodder Headline Group;2003.Hal.34 5
5. Sheaff MT, Hopster DJ. General Inspection and Initial Stages of Evisceration
dalam Post Mortem Technique Handbook 2nd Edition. London :
Springer;2005.Hal.56 81
6. ----------------------------------. Evisceration Technique dalam Post Mortem
Technique Handbook 2nd Edition. London : Springer;2005.Hal 82 110
7. Ludwig J. Principles of Autopsy Techniques. Immediate, and Restricted
Autopsies, and Other Special Procedures dalam Handbook of Autopsy Practice
3rd Edition. New Jersey : Human Press;2002.Hal.3
8. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. Basic Postmortem Examination dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia :
Saunders;2009.Hal.34-55
9. Collins KA, Hutchins GM. An Introduction To Autopsy Technique : Step-byStep Diagram. College of American Pathologists : Advancing
Excellence;2005.Hal.1-22
10. Mozayani A. Toxicology in The Crime Laboratory. In: Mozayani A, Noziglia
C, editors. The Forensic Laboratory Handbook Procedures and Practice. New
Jersey: Humana Press; 2006.p.249-264
29
30