Anda di halaman 1dari 3

Pola obat untuk pasien tonsilitis menunjukkan daftar obat yang sangat luas.

Terdapat
385 obat selain antibiotik yang diresepkan untuk pasien tonsilitis. Pasien tonsilitis
memiliki banyak keluhan lain seperti demam, nyeri, hidung tersumbat, kelemahan
karena antibiotik sehingga begitu banyak variasi obat yang diresepkan untuk
mengatasi masalah ini. Antihistamin (5,19%), antipiretik (14,28%), analgesik
(24,67%), tetes hidung (5,19%), anti infeksi (25,97%), dan multivitamin (25,97%)
yang diresepkan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Data Demografi dari Pasien Tonsilitis
No
Rincian
1
Jumlah sampel
2
Usia
3
1-10
4
11-20
5
21-30
6
>30
7
Pria
8
Wanita
9
Diagnosis
10 Jumlah obat yang diresepkan
11 Jumlah antibiotik yang diresepkan
12 Rerata obat yang diresepkan
13 Rerata antibiotik yang diresepkan
14 Jumlah pasien yang dilakukan uji pola sensitivitas
antibiotik
15 Organisme yang diisolasi dari 15 pasien

Tabel 2. Pola Peresepan antibiotik


No
Nama Obat
1
Amoxicilin + asam
klavulanat
2
Amoxicilin + kloksasillin
3
Azithromycin
4
Ciprofloxacin
5
Levofloxacin
6
Cefotaxim
7
Jumlah obat

Hasil
110
43 (39,09%)
36 (32,72%)
21 (19,09%)
10 (9,09%)
55%
45%
Tonsilitis
495
110
4,5
1
15
Streptococcus,
Pseudomonas,
Klebsiella sp.

Hasil
48

% peresepan
43,63%

28
7
9
3
15
110

25,45%
6,36%
8,18%
2,72%
13,63%

Tabel 3. Pola Obat yang Diresepkan untuk Tonsilitis


Nama Obat Lain
% peresepan
Antihistamin (Levocetirizine)
20 (5,19%)
Antipiretik
55 (14,28%)
(Paracetamol+chlorpheneramin+phenylpherine)
Analgesik (diklofenak)
90 (24,67%)
Tetes hidung (oxymetazoline, xylometazoline)
20 (5,19%)
Anti infeksi (betadine obat kumur)
100 (25,97%)
Multivitamin
100 (25,97%)

Jumlah obat

385

DISKUSI
Penelitian ini mengevaluasi pola peresepan umum untuk pasien tonsilitis di
departemen Otorhinolaryngology. Peresepan obat oleh para klinisi mencerminkan
sikap mereka dan kegunaan obat dalam pengobatan.
Penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan terdapat 495 obat yang diresepkan.
Jumlah antibiotik yang diresepkan sebnayak 110 obat. Rata-rata obat per resep adalah
4,95, dan rata-rata antibiotik yang diresepkan sebanyak 1 obat. Hampir setiap
penulisan resep terdapat satu obat antibiotik. Diantara 110 pasien, hanya 15 pasien
yang dikirim untuk dilakukan pengujian pola sensitivitas antibiotik. Peresepan
antibiotik pada 15 pasien berdasarkan hasil pengujian pola sensitivitas antibiotik.
Sementara 95 pasien lainnya diresepkan obat antibiotik profilaksis. Hasil isolasi
organisme umum yang didapatkan ialah Streptococcus, Pseudomonas, dan Klebsiella
sp. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh HS Rehan di Nepal [1] dan Richard di
Mexico[5] yang menunjukkan bahwa rata-rata obat per resep masing-masing adalah
3,24 dan 2.0, yang mana lebih kecil daripada hasil penelitian ini. Peresepan obat yang
lebih banyak daripada rata-rata akan meningkatkan biaya pengobatan dan juga
meningkatkan kemungkinan efek samping. Hasil penelitian di Nepal [1], 18 pasien
dikirim ke laboratorium untuk pengujian sensitivitas antibiotik yang mana hasil
penelitiannya hampir mirip dengan hasil penelitian ini akan tetapi hasil penelitian di
Nepal tidak menunjukkan adanya organisme yang terisolasi pada pengujian sensivitas
untuk dibandingkan dengan penelitian ini.
Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa antibiotik yang paling umum diresepkan
adalah kombinasi Amoksisilin + Asam Klavulanat (43,63%), Amoxicillin +
Kloksasilin (25,45%), Azithromycin (6,36%), Ciprofloxacin (8,18%), Levofloxacin
(2,72%), dan Cefotaxim (13,63%). Hasil penelitian di Nepal[1] menunjukkan pola
terapi antibiotik yang sedikit berbeda. Obat Erythromycin, Co-trimoxazole,
Ampicilin, Gentamycin dan Lincamycin yang diresepkan pada penelitian di Nepal
oleh HS Rehan tidak diresepkan pada penelitian ini. Meeskipun penelitian ini
menunjukkan kepatuhan yang baik dengan membatasi obat antibiotik yang
diresepkan. Yang mana hasilnya juga berbeda dengan hasil penelitian dari Mexico [5]
oleh Richard.
Obat lain yang umum diresepkan adalah Antihistamin (5,19%), Antipiretik (14,28%),
analgesik (24,67%), tetes hidung (5,19%), Anti-infeksi (25,97%), dan Multivitamin
(25,97%), yang mana dangat mirip dengan hasil penelitian dari Nepal [1]. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua obat yang diresepkan merupakan merk
dagang, dibandingkan dengan hasil penelitian Nepal bahwa 3,03% obat diresepkan
dengan obat generik. Penurunan peresepan obat generik hari demi hari merupakan
ancaman yang serius bagi masyarakatdan negara karena justru akan meningkatkan
biaya terapi yang merupakan masalah serius bagi negara berkembang dimana
sebagian besar masyarakat memiliki status ekonomi yang miskin.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat kesempatan yang besar mengembangkan
perilaku peresepan untuk mengobati tonsilitis akut. Kombinasi yang sesuai antara
pengaturan, informatif dan intervensi pendidikan dapat membawa perbaikan dalam
kualitas perilaku peresepan dan peresepan yang rasional.

SIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan obat yang paling umum diresepkan adalah obat kumur
anti-infeksi, analgesik, multivitamin dan kombinasi antibiotik Amoxicillin + Asam
Klavulanat. Sementara berdasarkan hasil penelitian lebih baik membatasi antibiotik
yang digunakan. Penelitian selanjutnya akan membantu lebih lanjut bagi dokter untuk
meresepkan obat. Pemberian resep dengan merk dagang masih merupakan suatu
keprihatinan.
DAFTAR PUSTAKA
1. HS Rehan. Pattern of Drug Utilization in acute tonsillitis in a Teaching Hospital in
Nepal. Indian J of Otolaryngol Head Neck surg, 2003; 55(3):176-9.
2. Soumneri S.B and Ross Degman. Drug prescribing in Pediatrics: Challenges for quality
improvement. Pediatrics, 1990; 85:782
3. Breese B.B, Disney F.A, Talpey W, Green J.L. Tobin J. Streptococcal infection in
children. Am J. Dis. Child, 1974; 128:457-60.
4. Rajesh Kumar Suman, Rakesh Kumar, Yogesh A Garje, Abhay R wagh, Ashweni
Satpathy, Ipseeta Mohanty Ray. Drug Usage Pattern in ENT Out patients department of
Teaching Hospital. International Journal of scientific Research, 2014; 3(7): 341-343.
5. Richard P.C, Header G, Onofre M, Hortensia R, Patricia T,Vita L, Gonzalo G.
Improving physician prescribing patterns to treat Rhinopharyngitis intervention strategies
in two Health System of Mexico. Soc.Sci.Med,1996; 42(8):1185-94.

Anda mungkin juga menyukai