Contoh Preskas Kalazion
Contoh Preskas Kalazion
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl pemeriksaan
No. RM
: Tn. A
: 30 tahun
: laki-laki
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: Guru Matematika
: Sragen Tengah, Sragen
: 12 November 2014
: 01278809
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
Riwayat kacamata
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
Riwayat kacamata
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
Proses
Lokalisasi
OD
OS
Sumbatan
-
Sumbatan
Palpebra Inferior
Oculli Sinistra
Belum Diketahui
Kronis
-
Sebab
Perjalanan
Komplikasi
OD
OS
6/6
6/6
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes
2. Proyeksi sinar
3. Persepsi warna
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
a. tanda radang
b. luka
c. parut
d. kelainan warna
e. kelainan bentuk
Tidak dilakukan
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Normal
Tidak dilakukan
OD
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
-
OS
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Terdapat 1 benjolan di
palpebra inferior
2. Supercilia
a. warna
b. tumbuhnya
c. kulit
d. gerakan
3. Pasangan bola
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Hitam
Normal
Sawo matang
Dalam batas normal
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
pseudostrabismus
d. exophtalmus
e. enophtalmus
4. Ukuran bola
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
mata
a. mikroftalmus
b. makroftalmus
c. ptisis bulbi
d. atrofi bulbi
5. Gerakan bola
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
mata
a. temporal
b. temporal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
superior
c. temporal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
inferior
d. nasal
e. nasal superior
f. nasal inferior
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
2.) hiperemi
3.)
blefaroptosis
4.)
blefarospasme
5.) Benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
b. gerakannya
1.) membuka
2.) menutup
c. rima
1.) lebar
2.)
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
Tidak diukur
Tidak Ada
Tidak diukur
Tidak Ada
ankiloblefaron
3.)
Tidak Ada
Tidak Ada
blefarofimosis
d. kulit
1.) tanda
Tidak Ada
Tidak Ada
radang
2.) warna
3.)
Normal
Tidak Ada
Normal
Tidak Ada
epiblepharon
4.)
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Dalam batas normal
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Dalam batas normal
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada kelainan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada kelainan
blepharochalasis
5.) Vulnus
e. tepi kelopak
mata
1.) enteropion
2.) ekteropion
3.) koloboma
4.) bulu mata
7. Sekitar glandula
lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
c. tulang margo
tarsalis
8. Sekitar saccus
lakrimalis
a. tanda radang
b. benjolan
9. Tekanan
intraocular
a. palpasi
b. tonometri
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada, 1 dipalpebra
schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva
palpebra superior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
5). Benjolan
b. konjungtiva
palpebra inferior
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) sikatrik
5). Benjolan
inferior
c. konjungtiva
forniks
1.) edema
2.) hiperemi
3.) sekret
4.) benjolan
5.)Hematom
d. konjungtiva
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
bulbi
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sekret
4.) injeksi
konjungtiva
5.) injeksi
siliar
6.) Hematom
e. caruncula dan
plika
semilunaris
1.) edema
2.) hiperemis
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
b. tanda radang
c. penonjolan
d. vulnus
12. Kornea
a. ukuran
b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
e. keratoskop
( placido )
f. fluorecsin tes
g. arcus senilis
13. Kamera okuli
anterior
a. kejernihan
b. kedalaman
14. Iris
a. warna
b. bentuk
c. sinekia
anterior
d. sinekia posterior
15. Pupil
a. ukuran
b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya
langsung
16. Lensa
a. ada/tidak
b. kejernihan
c. letak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Putih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Putih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
12 mm
Jernih
Rata, mengkilap
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Ada
Tidak dilakukan
Tidak Ada
Jernih
Dalam
Jernih
Dalam
Hitam
Tampak lempengan
Tidak tampak
Hitam
Tampak lempengan
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
3 mm
Bulat
Sentral
Positif
Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan
Ada
Jernih
Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus sentralis
OD
OS
jauh
B.
Visus perifer
Konfrontasi tes
Proyeksi sinar
Persepsi warna
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola
6/6
6/6
Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Baik
Tidak dilakukan
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
mata
G.
Gerakan bola
Terdapat 1 benjolan di
palpebra superior
Dalam batas normal
lakrimalis
K.
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
M.
palpebra
Konjungtiva
N.
bulbi
Konjungtiva
H.
I.
mata
Kelopak mata
Sekitar saccus
lakrimalis
J.
Sekitar
glandula
fornix
O.
Sklera
P.
Kornea
Q.
Camera okuli
anterior
R.
S.
T.
Iris
Pupil
Lensa
sentral
Kesan normal
sentral
Kesan normal
V. DIAGNOSISBANDIN
G
OS Kalazion
OS Hordeolum
VI. DIAGNOSIS
OS Kalazion
VII. TERAPI
Medikamentosa:
Amoxal 3 dd tab 1
Cataflam 2 dd tab 1
C Mycos 2 dd ue 1.
Non Medikamentosa
Kompres air hangat OS sesering mungkin
VIII. PLANNING
Pro Eksisi Kalazion
IX. PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
OD
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
OS
Dubia et bonam
Dubia et bonam
Dubia et bonam
4. Ad kosmetikum
Dubia et bonam
Dubia et bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi1,3,4,5
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.
Kalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada
kelenjar meibom; umumnya ditandai pembengkakan terbatas yang tidak terasa
sakit dan berkembang dalam beberapa minggu.
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar meibom
yang terjadi setelah timbulnya hordeulum internal. Kalazion akan terus
tumbuh dan diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan kosmetik atau
jika penglihatan terganggu.
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa yang berlokasi di
kelenjar Meibom atau kelenjar zeis. Kalazion biasanya berkembang secara
spontan sebagai hasil dari penyumbatan satu atau lebih kelenjar bersifat tidak
nyeri. Nodulnya berkembang secara lambat dan biasanya tidak sakit dan
eritematosa. Lesinya biasanya hilang dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan saat lesinya di drainase baik secara eksternal melalui kulit kelopak mata
atau secara internal melalui tarsus, atau saat lipid yang tertekan difagosit dan
granuloma menghilang. Sebagian kecil daripada jaringan parut nungkin akan
tetap ada. Kadang-kadang pasien dengan kalazion mungkin mengalami
pengelihatan kabur yang sekunder sampai astigmatisma karena tekanan dari
kalazion terhadap bola mata.
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
Gambar 2. Kalazion6
B.
Etiologi3
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan
dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
a. Sumbatan pada kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom adalah kelenjar
sebasea, yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput
air mata.
b. Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif, dan hordeolum
C.
Epidemiologi1,2,3,4
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
D.
Anatomi Konjungtiva
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang
tipis, sedangkan di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjarkelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya
adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal
rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli
dan M. Levator Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak
mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n. V.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
1. Kelenjar :
Kelenjar Sebasea
2. Otot-otot Palpebra:
M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di
bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis.
M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas
dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah)
Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal
N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
E.
Patofisiologi1,2,3
Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Nodul
terlihat atas sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan ikat
makrofag
seperti
histiosit,
sel
raksasa
multinucleate
plasma,
sekresi
tersebut
akan
menimbulkan
terjadinya
reaksi
granulasi/ jaringan ikat dan hialin dan peradangan kronis pada kelenjar
Meibom yang disebut dengan kalazion. Masa yang terbentuk dari jaringan
granulasi tersebut tampak sebagai nodul pada kelopak mata yang tidak nyeri,
teraba keras dan terfiksir pada tarus.
F.
Manifestasi Klinis5
1. Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
2. Pseudoptosis
3. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
4. Pada anak muda dapat diabsobsi spontan.
G.
Penegakan Diagnosis1,2,4,5
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak
mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit,
untuk
memastikan
hal
ini
maka
perlu
dilakukan
pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah
pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.
Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada
kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah
konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan
pada palpebra bagian dalam.
Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa
yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b.
c.
d.
Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata. Selain itu juga untuk
e.
H.
bukti
infeksi.
Steroid
menghentikan
inflamasi
dan
sering
Gambar 3. Eksisi6
b. Eskokleasi Kalazion. Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi
topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di
depan kalazion. Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian
klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat.
Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion
dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.
I.
Prognosis1,2,3,4,5
`Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
telah
dilakukan
harus
Komplikasi3
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi
jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang
drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.
a. Astigmatisma
Kelainan refraksi sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik. Hal
ini bisa disebabkan oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga massa
tersebut menekan permukaan kornea yang mengakibatkan terjadinya
perubahan kelengkungan kornea. Kelengkungan kornea yang bertambah
mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke retina tidak difokuskan pada
satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik , sehingga bayangan yang
dihasilkan tampak silendris.
b. Meibomianitis
Infeksi pada kelenjar meibom dapat terjadi jika kalazion terkontaminasi oleh
debu atau pun bakteri dan virus yang di akibatkan oleh kurangnya personal
higiene seseorang terutama pada daerah kelopak mata, Sehingga terjadi
peradangan pada kelenjar meibom.
c. Blefaritistarsus superior
Peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi dan
alergi. Blefaritis dapat terjadi jika kebersihan kelopak mata tidak
diperhatikan, selain itu insisi pada kalazion yang tidak steril juga dapat
menyebabkan peradangan pada kelopak mata.
d. Obstruksi duktus lakrimalis
Penyumbatan kelenjar air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar.
Sehingga akan menekan kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan saluran
kelenjar air mata menjadi tersumbat dan kehilangan fungsinya
e. Trikiasis
Adalah suatu keadaan dimana bulu mata mengarah kebola mata sehingga
kornea tergores, hal ini terjadi jika kalazion tidak ditangani dengan benar
sehingga menyebabkan blefaritis. Peradangan pada kelopak mata dapat
menyebabkan pembentukan parut, pembentukan parut yang sempurna pada
konjungtiva tarsus superior menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus.
Sehingga mengakibatkan pertumbuhan bulu mata abnormal.
f. Hordeolum internum
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeulum internum
merupakan komplikasi lanjutan dari meibomianitis.
g. Obstruksi duktus lakrimalis
Penyumbatan kelenjar air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar.
Sehingga akan menekan kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan saluran
kelenjar air mata menjadi tersumbat dan kehilangan fungsinya.