Anda di halaman 1dari 3

Gejala Klinis Kwarshiokor, Marasmus dan Marasmik-Kwarshiokor

a. Kwashiorkor

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)

Wajah membulat dan sembab

Pandangan mata sayu

Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
rontok

Perubahan status mental, apatis, dan rewel

Pembesaran hati

Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

Sering disertai:penyakit infeksi, (umumnya akut)

anemia

diare.

b. Marasmus:

Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

Wajah seperti orang tua

Cengeng, rewel

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat
tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)

Perut cekung

Iga gambang

Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang),

diare

c. Marasmik-Kwashiorkor:

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik Kwashiorkor dan
Marasmus, disertai edema yang tidak mencolok

Kwarshiokor, Marasmus dan Marasmik-Kwarshiokor merupakan gejala klini KEP (kurang


Energi Protein) berat/gizi buruk..
KEP (Kurang Energi Protein) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG).

Sirosis hati
Istilah sirosis sendiri berasal dari bahasa Yunani kirrhos yang berarti kuning orange
(orange yellow), sesuai dengan perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk.
Adalah Rene Laennec yang memberi nama cirrhosis pada penyakit. Penyebutan
nama ini terdapat dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 1819. Dalam
laporan tersebut Laennec juga memberi gambaran tentang stetoskop.
Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hati menjadi tiga jenis, yaitu
mikronodular, makronodular, dan campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro
dan makronodular).
Tapi secara fungsional sirosis terbagi atas sirosis hati kompensata dan
dekompensata. Sirosis hati kompensata sering disebut dengan laten sirosis hati.
Pada jenis ini gejala-gejalanya belum terlihat nyata. Biasanya stadium ini ditemukan
secara tidak sengaja saat si pasien melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh
(general check up) atau saat pemeriksaan screening.
Berbeda dari sirosis kompensata yang nyaris tanpa gejala, pada sirosis
dekompensata biasanya gejalanya sudah tampak jelas. Jenis ini sering disebut
dengan sirosis hati aktif.

Gejala Klinis
Gejala klinis sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala hingga dengan gejala yang sangat jelas.
Umumnya keluhan yang timbul tergantung pada stadium sirosis, apakah masih dini atau sudah
fase dekompensasi. Selain itu juga tergantung pada apakah telah terjadi kegagalan fungsi hati
akibat proses hepatitis kronik aktif atau telah terjadi hipertensi portal.
Beberapa penderita ringan (kompensata sempurna) tidak memiliki gejala dan tampak sehat
selama bertahun-tahun. Namun, banyak juga yang mengalami keluhan yang tidak khas seperti
merasa badan tidak sehat, kurang semangat untuk bekerja, kembung, mual, mencret dan kadang
sembelit, tidak selera makan, berat badan menurun, otot-otot melemah, dan cepat lelah.
Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, turunnya berat
badan, kembung, dan mual. Pada kulit tubuh bagian atas, muka, dan lengan atas
akan timbul bercak mirip laba-laba yang biasa disebut spider nevi. Telapak tangan
berwarna merah (eritema palmaris), perut membuncit akibat penimbunan cairan
secara abnormal di rongga perut (asites), rambut ketiak dan kemaluan yang jarang
atau berkurang, buah zakar mengecil (atrofi testis), dan pembesaran payudara
pada laki-laki.

pembengkakan pada
tungkai bawah sekitar tulang (edema pretibial),
Bisa pula timbul hipoalbuminemia,

dan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai peradangan gusi,


mimisan, atau gangguan siklus haid. Kegagalan hati pada sirosis hati fase lanjut
dapat menyebabkan gangguan kesadaran akibat encephalopathy hepatic atau
koma hepatik.
Pada hipertensi portal terjadi kenaikan tekanan dalam sistem portal dari yang
normal antara 5-10 mmHg menjadi lebih dari 15 mmHg dan bersifat menetap.
Keadaan ini membuat limpa membesar (splenomegali), pembuluh darah kulit pada
dinding perut di sekitar pusar melebar (caput medusae), wasir (hemoroid), dan
pembuluh darah vena esofagus atau cardia tertekan (varices esofagus) sehingga
menimbulkan muntah darah (hematemesis) atau berak darah (melena). Jika
pendarahan yang keluar sangat banyak penderita bisa mengalami syok atau
renjatan.

TB:

Anda mungkin juga menyukai