Anda di halaman 1dari 37

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana lainnya merujuk pada
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian. Tanggung jawab dan
kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang
yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya
berkembang dari pekerjaan (vocational) yang kemudian berkembang
makin matang serta ditunjang oleh tiga hal keahlian, komitmen dan
ketrampilan yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang
ditengahnya terletak profesionalisme, sebagaimana divisualisasikan di
bawah ini. (bulletin PPPG Tertulis, Edsi September 2002)
Guru merupakan icon pendidik dengan kata-kata digugu dan
ditiru, sehingga guru harus benar-benar mampu mengarahkan peserta
didik untuk benar-benar menjadi karakter pendidik, mampu menjadikan
peserta didik menjadi manusia yang mandiri dan kreatif. Karena realita
yang ada banyak guru yang tidak sesuai dengan hararapan yang
diinginkan, salah satu penyebabnya adalah latar belakang guru yang
tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya sehingga apa yang
disampaikannya tidak maksimal. seperti yang kita ketahui bahwa guru
bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa tapi guru pada saat ini sudah
menjadi profesi, karena jasanya dalam mendidik anak bangsa sehingga
patut guru diberikan kesejahteraan atas apa yang telah mereka lakukan.
Maka dari itu dalam makalah ini akan kami bahas seluk beluk
tentang karakteristik profesi guru yang meliputi pengertian guru, profesi
guru, karakteristik profesi, syarat-syarat menjadi guru dan lain
sebagainya.
2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud profesi guru ?

Apa saja karakteristik profesi ?


Apa saja syarat profesi ?

3.

Tujuan Pembehasan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud profesi guru
Untuk mengetahui karakteristik profesi
Untuk mengetahui syarat profesi

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Guru
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
menienuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Siapa guru itu? Secara definisi sebutan
guru tidak termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Di dalam UU No. 20 Tahun 2003, kata guru dimasukkan ke dalam genus
pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata
pendidik (Bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata educator (Bahasa Inggris). Oi
dalam Kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang
padanannya dalam bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau
ahli pendidikan. Kata guru (bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata teacher
(bahasa Inggris). Di dalam Kamus Webster, kata teacher bermakna sebagai liThe person
who teach especially in school" atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di
sekolah.1
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru
mencakup: (I) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan
dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas. 5ebagai perbandingan atas "cakupan"
sebutan guru ini, di Filipina, seperti tertuang dalam Republic Act 7784, kata guru (teachers)
dalam makna luas adalah semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas-tugas
pembelajaran di kelas untuk beberapa mata pelajaran, termasuk praktik atau seni vokasional
1 Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, CV Alfabeta Bandung 2010.
Hl 17-19.

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (elementary and secondary level). Istilah guru
juga mencakup individu-individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling,
supervisi pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah-sekolah negeri dan swasta,
teknisi sekolah, administrator sekolah, dan tenaga layanan bantu sekolah (supporting staf)
untuk urusan-urusan administratif. Guru juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus
ujian negara (government examination) untuk menjadi guru, meskipun belum secara aktual
bekerja sebagai guru.
2. Profesi Guru
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, profesi adalah pekerjaan yang
dilandasi oleh pengetahuan dan pendidikan tertentu. Profesi bisa juga diartikan suatu
keahlian yang dimiliki oleh seseorang, sesuai keahliannya atau kelebihannya.2
Howard M. Vollmer dan Donald L. Millis (1996) mengatakan bahwa profesi adalah
sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui
kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian
dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji
dalam jumlah tertentu. Selanjutnya dikatakan pula bahwa profesi berarti juga suatu
kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup
penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Pengertian lain dikemukakan oleh Muh.
Uzer Usman (1991) dengan mengatakan bahwa guru merupakan suatu profesi yang artinya
suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan.3
Dari pengertian- pengertian mengenai profesi tersebut di atas, berarti unsur terpenting
dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau
keahlian khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara
2 Mulyana A. Z. Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri menjadi Guru
Luar Biasa, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm 114- 116.
3 Prof. Dr. H. Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru.
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 56- 57

efektif dan efisien. Hubungan antara profesi dengan kompetensi dijelaskan oleh Muhibin
Syah (1995) dengan mengatakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau
kecakapan. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu guru yang profesional
adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu kompetensi profesionalisme guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya dengan kemampuan tinggi. 4
Dengan demikian jelas bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi yang hanya
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang dipersiapkan untuk
menguasai kompetensi guru melalui pendidikan dan atau pelatihan khusus. Oleh karena
pendayagunaan profesi guru secara formal dilakukan di lingkungan pendidikan formal
termasuk madrasah yang bersifat berjenjang dan berbeda jenisnya, maka guru harus
memenuhi persyaratan atau kualifikasi atau kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah
tempatnya bekerja. Untuk itu jabatan guru sebagai profesi seharusnya mendapat
perlindungan hukum untuk menjamin agar pelaksanaannya tidak merugikan berbagai pihak
yang membutuhkan jasa guru secara profesional, dengan memberikan penghargaan
finansial dan non finansial yang layak bagi sebuah profesi.5
3. Syarat- syarat menjadi guru
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus
pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya ialah:6
a. Guru adalah manusia pancasilais sejati
Pancasila adalah filsafat bangsa yang merupakan way of life bangsa. Pancasila harus
dihayatai dengan baik, sehingga bukan saja menjadi pengetahuan dan pemahaman yang
baik, tetapi juga dapat melaksanakannya dalam tindakan- tindakan sehari- hari. Bagi guru
4 Prof. Dr. H. Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru.
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 56- 57.
5 Ibid, hlm 59.
6 Prof. Dr. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hlm 118- 122.

mental dan pandangan hidup Pancasila ini bukan saja penting untuk dirinya sendiri,
melainkan besar sekali maknanya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Guru
bertugas membentuk atau mendidik siswa menjadi manusia Pancasilais sejati. Karena
kiranya tidak mungkin ia dapat melaksanakan tugasnya itu seandainya dia sendiri bukan
orang Pancasilais. Guru adalah contoh yang paling tepat yang selalu digugu dan ditiru oleh
siswa.
b. Guru harus memiliki keahlian sebagai guru
Setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam
spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan ini merupakan syarat yang penting di samping
keterampilan- keterampilan lainnya. Oleh sebab dia berkewajiban menyampaikan
pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain- lain kepada murid- muridnya. Tegasnya,
seorang guru di samping menguasai spesialisasi pengetahuannya, dia harus menguasai
dengan baik ilmu- ilmu keguruan pada umumnya dan didaktik pada khususnya.
c. Guru harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
Karena tuntutan tgasnya maka setiap guru harus memiliki kepribadian yang baik
dan terintegrasi. Kepribadian yang baik ini tentu saja ditinjau dari segi murid, dari segi
orang tua, dan dari segi kebutuhan tugasnya.
d. Guru harus memiliki mental yang sehat
Seorang guru tidak boleh memiliki mental yang terganggu, guru tidak boleh
pemarah, pemalu, penakut, rendah diri, merasa cemas, mengisolasikan diri, agresif, pasif,
pendiam, suka melamun, dan seterusnya. Guru yang mempunyai mental yang terganggu
tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik. Malahan gangguan mentalnya dapat
mempengaruhi kondisi mental murid- muridnya, hal mana tidak diharapkan dalam
pendidikan.
e. Guru harus berbadan sehat
Badan sehat sangat membantu lancarnya pekerjaan guru. Sebaliknya guru yang
tidak berbdan sehat, atau suka sakit- sakitan, akan sangat mengganggu pekerjaannya.
Apalagi seorang guru yang penyakitnya menular kepada murid- muridnya. Karena itu guru
yang sedang sakit lebih baik tidak melaksanakan tugasnya sampai dia sehat kembali.
f. Guru harus memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas
Pengalaman dan pengetahuan ini sangat diperlukan dalam pengajaran. Dia tidak
cukup hanya menguasai pengetahuan spesialisasinya saja, akan tetapi pengalaman dan
pengetahuan umum perlu juga dipahami. Dalam kegiatan belajar mengajar sehari- hari,

siswa sering menanyakan hal- hal yang berada di luar pelajaran, dalam hal ini guru harus
pandai menjelaskannya. Tambahan lagi dengan pengalaman dan pengetahuan itu guru dapat
memberikan penjelasan dan analisis yang lebih mantap kepada murid. Kadang- kadang
dengan diberikannya penjelasan- penjelasan tambahan akan menyebabkan pelajaran lebih
menarik, tidak kaku dan lebih merangsang anak belajar.
g. Guru harus seorang warga negara yang baik
Sebagaimana warga negara lainnya maka guru harus mematuhi semua peraturan dan
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Guru harus turut serta menyukseskan semua
program pemerintah dengan jalan turut serta melakuakn kegiatan- kegiatan yang sejalan
dengan program itu. Sebagai anggota masyarakat maka dia harus menjadi contoh yang baik
bagi masyarakat sekitarnya.7
Menjadi guru menurut Prof.Dr.Zakiah Daradjat dan kawan-kawan
tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti di bawah ini:8
a. Takwa kepada Allah SWT
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya
sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya.
Sejauhmana seorang guru mampu member teladan yang baik kepada
semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan
mulia.
b. Berilmu

7 Prof. Dr. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hlm 118- 122.
8 Drs.Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta:Rineka Cipta,200),hlm,32-34

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu baukti,


bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan
kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun
harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat, sedang
jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk
sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin
baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat
masyarakat.
c. Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi
mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap
penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anakanak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah
mengajar. Kita kenal ucapan mens sana in corpora sano, yang artinya
dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah
itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat
mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali
terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik.
Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di
antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri
pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru
berakhlak mulia juga. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin
dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam
ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam,

seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW. Di


antata akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai
guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan
tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan
guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.

4. Karakteristik Profesi
Lieberman, mengemukakan bahwa karekteristik profesi kalau
dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaannya. Di
antara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut:9

a. A unique, definite, andessential service


Profesi ini merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang
unik (khas), dalam arti berbeda dari jenis pekerjaan atau
pelayanan apapun yang lainnya. Di samping itu, profesi juga
bersifat definitive dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan
bidang garapannya (meskipun mungkin sampai batas dan derajat
tertentu ada kontigensinya dengan bidang lainnya). Selanjutnya,
profesi juga merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang
amat penting, dalam arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak
penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemempuan untuk
melakukannya sendiri.
b. An emphasis upon intellectual technique in performing its service
9 Udin Syaifudin Saud,PH.D.,Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta,
2008),hlm.9-12

Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual,


yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan manual
semata-mata. Benar, pelayanan profesi juga terkadang
mempergunakan peralatan manual dalam praktek pelayanannya,
seperti seorang dokter bedah misalnya menggunakan pisau
operasi, namun proses penggunaannya dibimbing oleh suatu teori
dan wawasan intelektual.
c. A long period of specialized training
Perolehan penguasaan dan kemampuan intelektual (wawasan
atau visi dan kemampuan atau kompetensi serta kemahiran atau
skills) serta sikap professional tersebut, seseorang akan
memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mencapai kualifikasi
keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang dari lima tahun
lamanya ditambah dengan pengalaman prakter terbimbing
hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh
dalam menjalankan profesinya. Pendidikan keprofesian termaksud
lazimnya diselenggarakan pada jenjang pendidikan tinggi, dengan
proses pemangangannya sampai batas waktu tertentu dalam
bimbingan para seniornya.
d. A broad range of autonomy for both the individual practitioners
and the occupational group as a whole
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga
kelompok (asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah
memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk
melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang
seyogianya dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa
yang seyogianya memberikan ijinndan lisensi untuk
melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam kerangka

kelompok asosiasinya pada dasarnya relative bebas dari


pengawasan, dan secara langsung mereka mengani prakteknya.
Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berada di luar
kemampuannya, mereka membuat rujukan (referral) kepada
orang lain dipandanglebih berwenang, atau membawanya ke
dalam suatu panel atau konferensi kasus (case conference).
e. An acceptante by thepractitioners of broad personal responsibility
for judgement made and acts performed within the scope of
professional autonomy
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seseorang
tenaga praktisi professional itu, maka berarti pula ia memikul
tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang
terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosisatau
memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau seorang guru
yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka
kesemuanya itu harus dipertanggung jawabkan, serta tidak
selayaknya menudingkan atau melemparkan kekeliruannya
kepada pihak lain.
f. An emphasis upon the serviceto be rendered, rather than the
economic gain to the practitioners, as the basis for the
organization and performance of the social service delegated to
the occupational group
Mengingat pelayana professional itu merupakan hal yang amat
esensial (dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya)
maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan
kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut,
ketimbang untuk kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang
akan diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan professional

tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan


seandainya kondisi dan situasi menuntut atau memanggilnya,
seorang professional itu hendaknya bersedia memberikan
pelayanan tanpa imbalan sekalipun.
g. A comprehensive self-gouverning organization of practitioners
Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat
menyadari bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin
dilakukan penanganannya oleh mereka yang kompeten saja.
Karena masyarakat awam di luar yang kompeten yang
bersangkutan, maka kelompok (asosiasi) para praktisi itu sendiri
satu-satunya institusi yang seyogianya menjalankan peranan
yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, ialah
mengadakan pengendalian atas anggotanya mulai saat
penerimaannya dan memberikan sanksinya bilamana diperlukan
terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kod
etikanya.
h. A code of ethics which has been clarified and interpreted at
ambiguous and doubthful points by concrete cases
Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi
dengan para anggotanya seyogianyadisertai kesadaran dan itikad
yang tulus baik pada organisasi maupun pada individual
anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri. Mengingat
organisasi dan sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi
atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka bertindak sesuai
dengan kewajiban dan tuntutan moralnya baik terhadap klien
maupun masyarakatnya. Atas dasar itu, adanya suatu perangkat
kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang bersangkutan

seyogianya membimbing hati nuraninya dan mempedomani


segala tingkah lakunya.

5. Syarat Profesi Guru


Robert W. Richey mengemukakan syarat-syarat profesi:10
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja profesioanl, secara aktif memerlukan waktu yang
panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip
pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut
serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan
jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku,
sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,
disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
g. Memebrikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan
kemandirian.
h. Memandang profesi suatu karir hidup (alive career) dan menjadi
seorang anggota yang permanen.

10 Udin Syaefudin Saud.PH.D.,Op.cit.,hlm.15

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu


kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus,
antara lain:11
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan
teori ilmu pengetahuan yang mendalam,
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan bidang profesinya,
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai,
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya, dan
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika
kehidupan.
Setiap profesi paling tidak harus memenuhi 4 syarat berikut, yaitu:
a. Pendidikan dan Pelatihan
Untuk dapat menjadi guru, seseorang harus melalui proses yang cukup panjang.
Selain kuliah di Fakultas Keguruan, calon guru juga harus melewati seleksi ketat agar
diterima sebagai guru disebuah lembaga pendidikan. Setelah menjadi guru,
kompetensinya harus ditingkatkan terus- menerus. Peningkatan kompetensi dapat
dilakukan dengan mengikuti berbagai pelatihan, seminar, workshop atau kegiatan lain
yang sesuai dengan profesinya.
b. Komitmen
Saat ini, untuk menjadi guru sekolah dasar atau menengah, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Calon guru harus berpendidikan S1, ditambah harus berkomitmen
kuat terhadap tugas profesionalnya. Tanpa komitmen yang kuat maka guru hanya akan
menjadi guru yang biasa- biasa saja. padahal, sesuai tuntutan profesi, guru harus dapat
menjadi figur unggulan. Komitmen berperan penting dalam kesuksesan seseorang.
Tanpa komitmen kuat, seseorang akan melakukan aktivitas sesuka hatinya yang
hasilnya pasti tidak memuaskan.
c. Pengembangan Diri
11 Asef Umar Fakhrudin,Menjadi Guru Favorit: Pengenalan, Pemahaman, dan
Praktek Mewujudkannya, (Jogjakarta:Diva Press,2004),hlm.21

Secara individu, sesungguhnya guru mempunyai kompetensi dasar. Namun,


kompetensi dasar yang dimiliki tidak akan dapat meningkat jika tidak pernah
dikembangkan. Untuk menjadi guru profesional, guru juga harus selalu
mengembangkan diri sesuai kondisi lingkungan dan tuntutan zaman. Tanpa adanya
pengembangan diri berkelanjutan, guru tidak akan mengalami peningkatan. Padahal,
perkembangan zaman menuntut semua pihak untuk selalu belajar agar menjadi lebih
baik.
d. Standar Etika
Guru adalah sosok yang perilakunya menjadi sorotan banyak pihak, mulai dari
peserta didik, rekan guru, wali peserta didik, dan masyarakat umum. Maka dari itu,
guru harus dapat menjaga etikanya dengan baik.
Sebenarnya, guru adalah jabatan profesi. Untuk itu, seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional dan sungguh- sungguh. Seorang guru dianggap
profesional jika mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Selain itu, guru juga harus
melakukan hal- hal berikut ini:
a. berpegang teguh pada etika kerja;
b. independen (bebas dari tekanan pihak luar);
c. produktif (menghasilkan);
d. efektif dan efisien dalam segi waktu maupun biaya;
e. inovatif;
f. kreatif.
Semua aktivitas tersebut harus dilakukan secara maksimal. Aktivitas juga mesti
didasarkan pada prinsip pelayanan prima, sesuai kewenangan, tanggung jawab profesi,
pengakuan masyarakat, kode etik yang regulatif, dan unsur- unsur ilmu yang sistematis.
Guru juga harus mengembangkan wawasan profesional secara berkala. Cara yang bisa
dilakukan guru, misalnya mengikuti forum pertemuan profesi, seminar, workshop, diklat,
pelatihan, dan belajar secara mandiri.
Seorang guru sebaiknya menuntun peserta didiknya supaya terampil dalam
memperoleh:
a. pengetahuan (learning to know).
b. keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be).
c. keterampilan dalam pelaksanaan tugas- tugas tertentu (learning to do).

d. keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis


(learning to live together).12
Kalau profesi guru sudah melekat pada diri kita, maka konsekuensinya kita harus
dapat menjadi manusia yang penuh rasa tanggung jawab; mempunyai keahlian sebagai guru
mulai dari penguasaan pedagogik, psikologi anak, penguasaan metode dan model
pembelajaran; mampu membangun inovasi pembelajaran yang sesuai; menguasai
kurikulum dan implementasinya; serta dapat menjaga korps guru dengan sebaik- baiknya.
Walaupun dalam perkembangannya guru yang telah lulus sertifikasi mendapatkan sertifikat
sebagai guru profesional, bukan berarti bahwa tanggung jawab sebagai guru profesional
berhenti sampai disitu. Tanggung jawab sebagai pemegang profesi tetap harus dapat
dipertahankan.
Ketika telah disadari bahwa guru menjadi salah satu profesi, maka tanggung jawab
kita menjadi luas dan tidak ringan serta dibutuhkan keikhlasan. Tanggung jawab
profesional itu adalah sebagai berikut:
a. Guru seharusnya memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
b. Guru seharusnya menyiapkan materi pembelajaran dengan baik, mulai dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi yang akan diajarkan, media pembelajaran,
dan alat evaluasinya.
c. Guru seharusnya selalu mengembangkan kompetensinya melalui seminar, workshop,
lokakarya, semiloka, diklat, dan sebagainya.
d. Guru harus mampu membangun jaringan dengan sesama guru, organisasi keguruan,

a.
b.
c.
d.
e.

atau dengan pelaku pendidikan yang lainnya.


Tanggung jawab guru yang lain:
Guru bertanggung jawab sebagai pendidik.
Guru bertanggung jawab terhadap profesinya.
Guru bertanggung jawab sebagai pengajar.
Guru bertanggung jawab sebagai pendamping dan pembimbing peserta didik.
Guru sebagai pengembang kurikulum mulai dari silabus, RPP, dan rekayasa yang

lainnya.
f. Guru bertanggung jawab terhadap pengelolaan kelas dan menangani administrasinya.
Sesungguhnya kalau kita identifikasi lebih mendalam, tugas dan tanggung jawab
seorang guru sangatlah luas dan dalam. Dari sekian banyak tugas dan tanggung jawab
12 Mulyana A. Z. Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri menjadi Guru
Luar Biasa, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm 114- 116.

tersebut, kuncinya terletak pada sejauh mana kita dapat menerjemahkan makna guru
profesional tersebut dengan sebaik- baiknya.13

Pendekatan karakteristik
Lebih dari itu, jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama

pengembangan SDM, berarti tenaga kependidikan, terutama guru, memiliki. tanggung


jawab untuk mengemban tugas itu. Siapasaja yang menyandang profesi sebagai tenaga
kependidikan, dia harus secara kontinyu menjalani profesionalisasi. Namun demikian,
masalah esensial yang dihadapi dalam pengelolaan tenaga kependidikan di Indonesia saat
ini tidak lagi semata-mata terletak pada bagaimana menghasilkan tenaga kependidikan yang
bermutu melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), melainkan sejauh mana
profesi itu dapat diakui oleh negara sebagai prafesi yang sesungguhnya. Menurut R.D.
Lansbury dalam Professionals and management (1978), dalam konteks profesionalisasi
istilah prafesi dapat dijelaskan dengan tiga pendekatan (approach), yaitu pendekatan
karakteristik, pendekatan institusionol, dan pendekatan legalistik.
Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pokerjaan lainnya. Seseorang
penyandang profesi dapat disebut prafesional manakala elemen-elemen inti itu sudah
menjadi bagian integral dari kehidupannya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat
atau karakteristik-karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan seperti berikut ini.
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud
adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan
khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang
prafesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi "guru",
13 Ibid, hlm 39- 40.

akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subjeck
matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau
klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplil dlil, clirnana aplikasi didasari atas
kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien.
Dokter umum misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya
dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya pengetahuan teoritis dan
praktisnya berbeda dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang
guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang
disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization.
Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya.
Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski
tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan,
apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia
kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan
normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita. Manakala terjadi malpraktik,
seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau
sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggung jawab kepada
komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggung jawab ini menjelma dalam
bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem uapah yang dimaksud di sini adalah standar gaji.
Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberikan makna sebagai tarif yang
ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.

j. Budaya profesionol. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan sirnbol-simbol yang


berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.14
6. Peran Guru
Guru dalam membantu perkembangan para peserta didik agar
dapat mengembangkan potensinya secara optimal dalam hal ini harus
kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan sebagai
berikut:
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
b. Teman tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para
peserta didik.
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.
d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan
saran pemecahannya.
e. Memupuk rasa percaya diri, berani bertanggung jawab.
f. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
(bersilaturrahmi) dengan orang lain secara wajar.
g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik,
orang lain dan lingkungannya.
h. Mengembangkan kreativitas
i. Menjadi pembantu ketika diperlukan
Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Untuk kepentingan tersebut, dengan memperhatikan kajian Pullias dan
Young, Manan, serta Yelon dan Weinsten, dapat diidentidikasikan
sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar,
14 Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, CV Alfabeta
Bandung 2010. Hl 61-63.

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan


teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan,
pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, actor, emancipator,
evaluator, pengawet dan sebagai kulminator.
a. Guru Pendidik
Berkaitan dengan tanggung jawab guru mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan social, serta berusaha berprilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga hrus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, social, dan intelektual
dalam pribadinya serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang
dikembangkan. Guru juga harus independent terutama dalam hal
pembentuka kompetensi dan bertindak di kelas sesuai dengan kondisi
dan lingkungan, guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan
secara cepat, tepat waktu dan tepat sasaran, terutama berkaitan
dengan maslah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu
perintah atasan atau kepala sekolah.15
b. Guru Sebagai Pengajar
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal ini karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyaknya buku dengan harga relatif murah,
kecuali atas ulah guru. Disamping itu, peserta didik dapat belajar dari
15 Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda. 2007) hlm. 37

berbagai sumber seperti radio, televise, berbagai macam film


pembelajaran bahkan program internet atau electronic learning (elearning). Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas
utama guru yang disebut mengajar.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan
guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Hal- hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.16
1) Membuat ilustrasi pada dasarnya ilustrasi menghubungkan
sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang
telah diketahuinya dan pada waktu yang sama memberikan
tambahan pengalaman kepada mereka.
2) Mendefinisikan : meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas
dan sesderhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman
serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
3) Menganalisis : membahas masalah yang telah dipelajari bagian
demi bagian, sebagaimana orang mengatakan cuts the learning
into chewable bites
4) Mensintesis : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke
dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan
antara bagian yang satu dengan yang lain Nampak jelas, dan
srtiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang
lebih besar.

16 Ibid hlm. 39

5) Bertanya : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan


tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang
dilakukan Socrates.
6) Merespon : mereaksi atau menaggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap
pertanyaan peserta didik.
7) Mendengarkan : memahami peserta didik dan berusaha
menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan
Nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
8) Menciptakan kepercayaan : peserta didik akan memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dasar.
9) Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat bahan yang
dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah
dalam kombinasi yang bervariasi.
10)
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar.
Memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media
pembelajaran dan sumber belajar yang yang berhubungan dengan
materi standar
11)
Menyesuaikan metode pembelajaran : menyesuaikan
metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru
dengan sesuatu yang dipelajari.
12)
Memberikan nada perasaan : membuat pembelajaran
menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias dan
semangat.
c. Guru sebagai pembimbing
Guru memerlukan kompetensi yang tinggi diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, sehingga diperlukan empat hal dalam
melaksanakan tugas guru yaitu :

1) Guru harus melaksanakan tujuan dan mengidentifikasi,


kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan
apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungannya dengan
latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang
mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk
merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh
aspek perjalanan. Sebagai contoh kualitas hidup seseorang sangat
bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiranpikirannya dengan jelas
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain,
peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman,
dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka
mencapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus belajar,
untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi
yang dapat menimbulkan kegiatan belajar.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin
merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru
harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar.
Bisa jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan
secara tuntas dan rinci, tetapi kurang relevan, kurang hidup,
kurang bermakna, kurang menantang rasa ingin tahu, dan kurang
imaginative.
4) Guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan
guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana
keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta
didik dalam mencapai kompetensi? Bagaimana peserta didik
mencapai tujuan? Jika berhasil, mengapa, dan jika tidak mengapa?

Apa yang bisa dilakukan di masa mendatang agar pembelajaran


menjadi sebuah perjalanan yang lebih baik? Apakah peserta didik
dilibatkan dalam penilaian kemajuan dan dan keberhasilan
sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self-directing)?
Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian
yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan kegiatan
pembelajaran yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.
d. Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut Guru
untuk bertindak sebagai pelatih.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi
dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan
individual peserta didik, dan lingkungannya. Untuk itu guru harus
banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal
secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. Benar bahwa guru
tidak dapat mengetahui sebanyak yang harus diketahui, tetapi
dibanding orang yang belajar guru memiliki tanggung jawab untuk
banyak tahu. Ketika tidak tahu maka harus mengatakan sejujurnya
saya tidak tahu tetapi jika guru banyak mengatakan saya tidak tahu
maka tidak bisa dikatakan sebagai guru yang professional maka sudah
menjadi tanggung jawab guru untuk banyak tahu.17
e. Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati oang.

17 Ibid hlm. 42

Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan,


dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi
kepribadan dan ilmu kesehatan mental. Diantara makhluk hidup di dunia
ini manusia merupakan makhluk yang paling unik, dan sifat-sifatnya pun
berkembang secara unik pula, menjadi apa dia, sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, lingkungan dan pendidikan. untuk menjadi manusia
dewasa, manusia harus belajar dari lingkungannya dengan
menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikologis dan
mental health di atas akan banyak menolong guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia
banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan
sendiri
f. Guru sebagai Pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat
jurang yang dalam dan luas amtara generasi yang satu dengan yang
lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak
dari padnenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara
psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami,
dicena dan diwujudkan dalam pendidikan. guru harus menjembatani
jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil
bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi
yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan
jurang pemisah ini dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi
yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang
dipergunakan untuk mengekpresikandibentuk oleh corak waktu ketika
cara-cara digunakan. Bahasa memang merupakan alat untuk berpikir,
melalui pengematan yang dilakukan dan menyusun kata-kata serta

menyimpan dalam otak, terjadilah pemahaman sebagai hasil belajar. Hal


tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap generasi, dan
perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil
yang positif.18

g. Guru sebagai Model dan Teladan


Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan
semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru
akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian
dan didiskusikan para guru
1) Sikap dasar : postur psikologis yang akan Nampak dalam
masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama,
pekerjaan, permaian dan diri.
2) Bicara dan gaya bicara : penggunaan bahasa sebagai alat
berpikir
3) Kebiasaan bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam
bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya
4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan : pengertian hubungan
antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya
mengelak dari kesalahan.
5) Pakaian : merupakan perlengkapan pribadi yang amat
18 Ibid hlm 44

6) Hubungan kemanusiaan : diwujudkan dalam semua pergaulan


manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana
berprilaku.
7) Proses berpikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam
mengahadapi dan memecahkan masalah.
8) Perilaku neurotis : suatu pertahanan yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9) Selera : pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10)
Kesehatan : kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang
merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan
semangat hidup.
11)
Gaya hidup secara umum : apa yang dipercaya oleh
seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan
mewujudkan kepercayaan itu.
Apa yang diterapkan di atas hanyalah ilustrasi, para guru dapat
menambah aspek-aspek tingkah laku lain yang sering muncul dalam
kehidupan bersama peserta didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai
cara pada contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam
menjalankan pekerjaannya sendiri.
h. Guru sebagai Pribadi
Sebagaimana individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan
lebih berat disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering
dikemukakan bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk
dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru untuk diteladani. Guru sering
dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilainilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan

tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional nilai-nilai tersebut sudah


dirumuskan, tetapi barang kali masih ada nilai tertentu yang belum
mewadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan
berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka
dengan cara yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak
terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Untuk kepantingan
tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pembelajaran.
Sebagai pribadi yang hidup ditengah-tengah masyarakat, guru
perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat
melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

i. Guru sebagai Peneliti


Pembelajaran merupakan seni, yang dalam proses
pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya
melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena
itu dia sendiri merupakan subjek pembelajaran. Dengan kesadaran
bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya
melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari

kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa mencari,


menemukan dan mengemukakan kebenaran.
j. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemostrasikan dan
menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu
yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan
disekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptaan
sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
k. Guru sebagai pekerja rutin
Sebagian besar kegiatan manusia dalam suatu masyarakat yang
komplek merupakan suatu hal yang rutin. Pekerja rutin memamng
banyak dibenci, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak namun
setiap profesi dan bahkan setiap aspek kehidupan manusia memerlukan
keterampilan rutin yang harus dikuasai dan dikerjakan secara teratur,
termasuk dalam pembelajaran. Sedikitnya terdapat 17 kegiatan rutin
yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran disetiap tingkat yaitu :
1) Bekerja tepat waktu baik di awal maupun diakhir pembelajaran
2) Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja,
ketepatan dan jadwal waktu.
3) Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta
didik.
4) Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
5) Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan
tahunan.
6) Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok
termasuk diskusi
7) Menetapkan jadwal kerja peserta didik

8) Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta


didik.
9) Memahami peserta didik
10)
Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan dan
media pembelajaran.
11)
Menghadiri pertemuan dengan guru, dan orang tua peserta
didik
12)
13)
14)

dan alumni
Menciptakan iklim kelas yang kondusif
Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
Merencanakan program khusus dalam pembelajaran

misalnya karya wisata


15)
Menasehati peserta didik.
l. Guru sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri, dan
menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan
keberadaan itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam
lingkungannya, dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui
asal usulnya. Ia bener-bener ingin tahu tentang awal keberadaannya,
serta ingin tahu kapan, bagaimana dan mengapa ia terjadi di dunia ini.
semua itu diperoleh melalui cerita.
Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi
kata-kata yang tertulis, telah memberikan keberhasilan generasi baru
dan generasi berikutnya, serta dengan kesabaran melengkapi manusia
dengan catatan tentang pewarisnya. Dalam hal ini, perpustakaan yang
besar telah menjadi monument yang hebat bagi pikiran manusia,
kekayaan yang ditinggalkan manusia sedunia telah berada dalam bukubuku, halaman, garis-garis, yang menyimpan kata-kata tertulis. Menjadi
kewajiban manusia untuk mengembangkan luasnya kehidupan ke dalam
ide-ide dan membiarkan mereka hidup kembali, walaupun bagaikan
bunga-bunga dipadang pasir, terbengkalai untuk sementara waktu,

tetapi untuk sampai pada saat kehidupan baru mereka disuburkan oleh
hujan, salju dan sinar matahari.
Guru dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidupan
melalui puisi, dengan berbagi cerita tentang manusia. Guru tidak takut
menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan,
karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi
manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.

m. Guru sebagai Aktor


Sebagai seorang actor, guru harus melakukan apa apa yang ada
dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan
yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari
seorang actor akan mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti
dengan sungguh-sungguh, dan bisa juga menangis terbawa oleh
penampilan sang actor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan
naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri,
persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek
baru dari setiap penampilan, menggunakan pakaian, atat rias
sebagaimana yang diminta, dan kondisinya sendiri untuk menghadapi
ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang
harus ditampilkan.
Sebagai seorang actor, guru melakukan penelitian tidak terbatas
pada materi yang harus ditranferkan melainkan juga tentang
kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon
pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga
dapat dikontrol. Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua hal yang
berhubungan dengan tugasnya sehingga dapat bekerja secara efektif.

Guru harus menguasai materi standar yang menjadi tanggung


jawabnya, memperbaiki keterampilannya, dan mengembangkan untuk
mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari peserta didik, alat-alat
yang dapat dipergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja
mempelajari bagaiman menggunakan alat secara efektif dan efisien.
n. Guru sebagai emancipator.
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta
didik, menghormati setiap insane, dan menyadari bahwa kebanyakan
insane merupakan budak stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat
membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik tertentu, guru
harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman,
pengakuan dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari self image yang
tidak menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Dalam hal ini, guru harus melihat sesuatu yang tersirat
disamping yang tersurat, serta mencari kemungkinan
pengembangannya.
o. Guru sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dalam
hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hamper tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa
penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas
hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran peserta didik.

Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsipprinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik
apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak
lanjut.
Kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebagai evaluator
adalah memahami teknik evaluasi adalah memahami teknik evaluasi,
baik tes maupun nontes yang meliputi jenis masing-masing teknik,
karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik
atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, dan daya
beda, dan tingkat kesukaran soal.
p. Guru sebagai Pengawet
Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan
pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus
berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta
didik, oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan
bidang yang dipilihnya.
q. Guru sebagai Kulminator
Tidak ada manusia yang mengetahui kapan kehidupan dimulai dan
diakhiri, demikian pula dengan kegiatan belajar. Beberapa pertanyaan
diajukan, misalnya pakah kehidupan dimulai sejak sebelum konsepsi
ataukah sejak manusia dilahirkan? Dalam hal belajar, kita tidak tahu
kapan seorang anak mulai belajar berjalan, berbicara dan sebagainya.
kita juga tidak tahu persis, kapan kita belajar memahami suatu konsep,
dan kapan belajar membuat suatu kesimpulan.19

19 Ibid. hlm. 59

Belajar diruang kelas tidak bersifat incidental, melainkan


terencana, artificial dan sangat selektif. Guru harus mampu
menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu dan kemudian maju
ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan suatu
kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan belajar. Kemampuan ini
Nampak dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat
kesimpulan bersama peserta didik. Melaksanakan penelitian,
mengadakan kenaikan kelas, dan mengadakan karya wisata.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan
Profesi adalah pekerjaan yang dilandasi dengan pengetahuan, yang diperoleh
melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain,

dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.


Karakteristik profesi
a. A unique, definite, andessential service
b. An emphasis upon intellectual technique in performing its
service
c. A long period of specialized training

d. A broad range of autonomy for both the individual practitioners


and the occupational group as a whole
e. An acceptante by thepractitioners of broad personal
responsibility for judgement made and acts performed within
the scope of professional autonomy
f. An emphasis upon the serviceto be rendered, rather than the
economic gain to the practitioners, as the basis for the
organization and performance of the social service delegated
to the occupational group
g. A comprehensive self-gouverning organization of practitioners
h. A code of ethics which has been clarified and interpreted at

ambiguous and doubthful points by concrete cases


Syarat profesi
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja profesioanl, secara aktif memerlukan waktu
yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsipprinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut
serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan
jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku,
sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar
pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan
anggotanya.
g. Memebrikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan
kemandirian.

h. Memandang profesi suatu karir hidup (alive career) dan


menjadi seorang anggota yang permanen.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru Bandung : CV Alfabeta
Mulyana. 2010. Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri menjadi Guru Luar Biasa
Jakarta : Grasindo
Prof. Dr. H. Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru. (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm 56- 57
Prof. Dr. H. Sudarwan Danim. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru. (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm 56- 57.
Ibid, hlm 59.
Prof. Dr. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm
118- 122.
Prof. Dr. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm
118- 122.
Drs.Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta:Rineka Cipta,200),hlm,32-34
Udin Syaifudin Saud,PH.D.,Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta,
2008),hlm.9-12
Udin Syaefudin Saud.PH.D.,Op.cit.,hlm.15
Asef Umar Fakhrudin,Menjadi Guru Favorit: Pengenalan, Pemahaman, dan Praktek
Mewujudkannya, (Jogjakarta:Diva Press,2004),hlm.21
Mulyana A. Z. Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri menjadi Guru Luar Biasa,
(Jakarta: Grasindo, 2010), hlm 114- 116.
Ibid, hlm 39- 40.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, CV Alfabeta Bandung 2010.
Hl 61-63.
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda. 2007) hlm. 37
Ibid hlm. 39
Ibid hlm. 42
Ibid hlm 44

Ibid. hlm. 59

Anda mungkin juga menyukai