Anda di halaman 1dari 5

Kapan anak mulai siap masuk SD, usia 6 tahun, 7

tahun, atau lebih? Artikel ini tidak bermaksud menggurui,


tapi hanya ingin membuka wawasan mengenai beberapa
aspek pendukung pendidikan, bagi para orang tua dan
pendidik.

Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak


(Komnas
Anak),
Arist
Merdeka
Sirait,
jangan
mengharuskan anak-anak bisa membaca, menulis dan
menghitung, sebagai persyaratan untuk masuk SD.
Karena hal itu kan menambah tingkat stress pada anak.

Tanda-tanda stress ini, menurut Ratih Ibrahim MM.


Psi., Direktur Personal Growth,terlihat dari sikap yang
rewel, mudah tersinggung, pemarah, kehilangan minat,
percaya diri luntur, gelisah, uring-uringan dan kadang
menarik diri dari pertemanan.

Kita sebagai orang tua mungkin menginginkan semua


hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Terutama masalah
pendidikan. Tidak jarang banyak orang tua yang mulai
mengenalkan masalah pendidikan formal pada anaknya,
bahkan pada usia dini. Mulai usia 2 tahun, anak mulai
dimasukkan ke PAUD atau istilah kerennya KINDERGARTEN
atau PRESCHOOL.

Apalagi di Indonesia sudah terkenal dengan mitosnya,


usia 6 tahun masuk SD kelas 1. Menurut saya pribadi, itu
suatu pemaksaan hak anak. Kenapa memaksa? Karena
kita sebagai orang tua sudah merampas hak waktu
bermain
anak
untuk
belajar
formal.
Sedangkan,
sebagaimana
penelitian,
telah
disebutkan
bahwa
perkembangan otak dan mental anak telah matang dan
siap bersekolah itu pada usia 7 tahun.

Menurut pengalaman pribadi saya, banyak orang tua


yang merasa istimewa dan bangga karena anaknya
bisa tembus, masuk ke SD favorit di usianya yang masih
belum cukup, 6 tahun ke bawah. Terlebih lagi si anak
dianggap sudah pintar, karena sudah lancar dalam
membaca, menulis dan menghitung. Apakah mereka tahu,
jika masuk SD itu bukan hanya dibutuhkan kelancaran
dalam 3 hal tersebut? Ditambah lagi dengan seringnya
perubahan
kurikulum
pendidikan
dari
Pemerintah
Indonesia. Anak-anak akan semakin terbebani dengan
banyak
kewajiban,
yang
pada
akhirnya
bukan
menumbuhkan prestasi tapi ketinggalan atau kegagalan.
Mereka
pun
menjadi
tidak
bebas
bermain
dan
bersosialisasi, karena diharuskan mengikuti les dan
bimbel, yang pastinya melelahkan.

Bukan bermaksud menggurui, tapi alangkah lebih


baiknya jika si anak mulai masuk SD di usianya yang
sudah cukup dengan mental yang benar siap. Si anak bisa
bisa berpikir dengan nurani dan logika secara berimbang,
tidak berat sebelah.

Beberapa hal dibawah ini bisa dianggap sebagai panduan


untuk mengetahui apakah anak sudah siap masuk SD atau
belum.

PROSES. Seperti halnya bayi di dalam kandungan sang


Ibu, membutuhkan waktu selama 9 bulan hingga siap
dilahirkan. Begitu juga jika bayi dilahirkan secara
premature atau belum cukup umur untuk dilahirkan, maka
bayi akan memerlukan beberapa peralatan pendukung
hidup.
Sama
halnya
seperti
bersekolah,
anak
membutuhkan waktu yang cukup sebagai proses untuk
persiapan memasuki dunia sekolah (SD). Anak yang terlalu
dini masuk SD, kemungkinan besar akan bermasalah,
karena dia masih berkembang, walaupun kemampuan
intelektualnya sudah mampu menyelesaikan soal-soal.
Usia 2-7 tahun adalah usia Pre-Operational Thought, dan
usia 7-11 tahun adalah usia Concrete Operational
Thought. Titik peralihan adalah di usia 7 tahun, bukan 6
tahun. Di usia 2-7 tahun, materi yang diberikan untuk
proses masuk SD, adalah format Kindergarten, dimana
anak belajar mengembangkan proses pertumbuhan yang
belum selesai. Hingga dia akan siap pada saat masuk SD,
di usia 7 tahun.

PEMATANGAN. Banyak pakar pendidikan dan pemerintah


saat ini hanya melihat dunia pendidikan sebagai
penjejalan atau percobaan berbagai bahan. Bisa dilihat
dari seringnya perubahan kurikulum pendidikan. Istilah
kurikulum baru dan lama, juga gerbong terakhir sering

kita dengar. Dalam hal ini tentu yang menjadi korban


adalah anak, orang tua dan insan pengajar. Seharusnya si
anak bukan hanya dijejali materi/aturan saja tapi
pemahaman kenapa dan bagaimana. Sebagai contoh,
jangan buang sampah sembarangan. Kenapa tidak boleh
buang sampah sembarangan? Konsep pemindahan yang
terlalu cepat dari Kindergarten ke SD bukan menjadikan
anak itu matang tapi malah bertumbuh dewasa dengan
perkembangan mental yang terhambat. Maka lebih baik
masa pematangan dimaksimalkan, hingga siap dan lebih
matang ketika menerima hal baru, terutama di masa SD.
Pondasi pematangan yang kokoh akan membuat anak
mantap dalam pertumbuhannya.

KONSEPTUAL. Kita tahu jumlah dari 1+1 adalah 2, tapi kita


tidak tahu mengapa. Hal ini yang disebut studi
konseptual. Studi ini membuat anak mengerti rumus dasar
dan mampu menggunakannya di segala keadaan, karena
sudah mendapat pemahaman secara mendasar. Namun hal
ini sudah berubah, anak dihadapkan pada persoalan
dengan jawaban yang cepat dan instant, tanpa ada
pemahaman mengapa jawabannya seperti itu. Banyak soal
dan pertanyaan ganda untuk anak di sekolah, yang hanya
membutuhkan jawaban tanpa pola pemikiran dan sikap
penyelesaian masalah yang tepat.

KEUTUHAN BUKAN SEBAGIAN. Belajar adalah suatu aspek


keseluruhan aspek, yang tidak dapat mengabaikan aspek
lain. Orang pandai dan sukses itu bukan hanya tergantung
pada pelajaran formal, terutama matematika dan fisika.
Sukses bukan dilihat dari aspek intelektual, tapi juga pada

social, relasional, emosional dan juga spiritual. Semua itu


membutuhkan waktu dan perkembangan yang terus
menerus. Anak bisa membaca pada usia dibawah 5 tahun,
tapi itu bukan berarti dia sudah pintar, jenius dan bisa
langsung masuk SD. Ada banyak hal yang perlu dia
kembangkan
terlebih
dahulu,
terutama
pada
sisi
mentalnya. Jangan bangga dulu jika anak anda seperti itu,
karena dari berbagai studi perkembangan anak, usia 7
tahun adalah usia yang paling tepat untuk masuk SD.
Hingga dia akan mudah berkembang dalam segala aspek,
yaitu intelektual, keterampilan, emosi, spiritual, social,
dan lain-lain.

Apakah
anda
termasuk
orang
tua
yang
memaksakan percepatan pendidikan pada anak di usia
dini, atau anda adalah orang tua yang berpikir secara
luas, yang mempertimbangkan segala aspek pendidikan
dan pendukungnya bagi anak anda, hingga dia benarbenar merasa siap untuk masuk SD? Semua itu tergantung
pada anda sebagai orang tua, yang pastinya ingin
memberikan semua yang terbaik pada anak-anaknya,
terutama dalam hal pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai