I14124002
I14124014
I14124018
I14124019
I14124030
I14124031
I14124034
I14124038
I14124049
I14124053
Pembimbing :
Heru Purwandari SP, M.Si
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Kegunaan..........................................................................................................2
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL............................................................3
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................................................3
Susu dan Keamanan Pangan.................................................................................3
Sifat Fisik Air Susu...............................................................................................4
Pemeriksaan Kualitas Susu..................................................................................4
Konsep Ekologi POET.........................................................................................6
2.2 Kerangka Konseptual........................................................................................6
BAB III METODOLOGI....................................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Observasi............................................................................7
3.2 Strategi Observasi Lapang................................................................................7
3.3 Metode Pengumpulan dan Analisis Data..........................................................7
BAB IV GAMBARAN UMUM KPS BOGOR DAN KANSAS........................8
4.1 Lokasi KPS Bogor............................................................................................8
4.2 Struktur Organisasi KPS Bogor........................................................................8
BAB V ASPEK PRODUKSI SUSU SAPI.........................................................10
5.1 Penanganan Sapi.............................................................................................11
5.2 Pemeliharaan Peralatan untuk Pemerahan......................................................12
5.3 Pemeliharaan Kandang Sapi...........................................................................12
5.4 Produksi dan Penjualan Hasil Ternak.............................................................14
BAB VI ASPEK DISTRIBUSI...........................................................................15
6.1 Distribusi Susu Sapi dari Peternakan Kansas.................................................15
6.2 Persiapan Distribusi Susu di GKPS................................................................15
6.3 Peta Distribusi dari GKPS...............................................................................16
6.4 Analisis Jarak Pengiriman Susu Sapi dari GKPS ke Pabrik Susu...................16
KESIMPULAN.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi produk pangan segar telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat sehari-hari. Definisi produk pangan segar menurut PP No.28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan adalah pangan yang belum
mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung, dan atau yang dapat
menjadi bahan baku pengolahan. Menurut sumbernya, produk pangan segar
dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu produk hewani dan nabati.
Salah satu contoh produk pangan segar yang akan dianalisis adalah produk
pangan segar hewani berupa susu sapi murni. Sapi merupakan hewan herbivora
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang kaya akan zat gizi yaitu
protein. Sapi selain dimanfaatkan sumber pangan daging, juga dapat dimanfaat
susunya. Menurut Hadiwiyoto (1983), sapi perah merupakan salah satu jenis
ternak yang populasinya tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah
yang produksi pertaniannya dapat mendukung perkembangan sapi perah.
Susu sapi termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan.
Sebagai bahan makanan/ minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi,
karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti
kalsium, fosfor, vitamin A, vitamin B, dan Riboflavin yang tinggi. Komposisinya
yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi,
menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur
kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen.
Kandungan susu sapi yang kaya akan sumber zat gizi, vitamin dan mineral
menyebabkan susu sapi mudah mengalami kerusakan (perishable food). Sebagian
besar produk pangan segar dalam kondisi penyimpanan normal akan mengalami
reaksi-reaksi atau perubahan sehingga produk tersebut tak dapat dipakai lagi.
Pembusukan produk pangan dapat diartikan sebagai setiap perubahan dari produk
yang masih segar maupun setelah diolah, dimana perubahan sifat-sifat kimiawi,
fisik, atau organoleptik dari produk tersebut mengakibatkan penolakan oleh
konsumen. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan susu mudah mengalami
kerusakan diantaranya disebabkan oleh adanya mikroorganisme sehingga terjadi
perubahan berupa perubahan fisik. Kerusakan susu yang terjadi selain akibat
mikroorganisme juga dapat disebabkan oleh faktor lain seperti selama penanganan
susu mulai dari pemerahan susu, pendistribusian hingga pengolahanya. Laporan
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengelolaan dan mutu susu sapi di
peternakan sapi Kansas Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Bogor.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penanganan sapi perah dalam menjaga mutu dan kualitas susu
sapi segar. Adakah perbedaan dalam pemberian pakan sapi terhadap jumlah
susu yang dihasilkan
2. Bagaimana penggunaan dan pemeliharaan alat yang dipergunakan dalam pasca
panen (pemerahan) dan pendistribusian susu sapi.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas susu sapi
1
4. Apakah susu sapi yang sampai pada distributor untuk diolah masih layak
dikonsumsi atau tidak (dilihat dari jarak atau lamanya proses pendistribusian
serta alat atau kemasan yang digunakan saat pendistribusian).
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pekan Ekologi Manusia dengan topik Pengelolaan
Kualitas Susu Sapi di Peternakan Desa Situ Udik, yaitu:
1. Mengetahui cara penangan sapi perah yang berkaitan dalam penjagaan mutu
dan kualitas susu sapi segar.
2. Mengetahui pengaruh proses serta alat yang digunakan dalam pemerahan susu
sapi terhadap kualitas susu sapi.
3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kualitas susu sapi.
4. Mengetahui kelayakan susu setelah didistribusikan kepada distributor untuk
diolah (dilihat dari jarak atau lamanya proses pendistribusian serta alat atau
kemasan yang digunakan saat pendistribusian).
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari pekan ekologi manusia ini adalah untuk mengasah
kepedulian dan kreatifitas mahasiswa serta memperkenalkan kepada mahasiswa
lainnya khususnya tentang keamanan pangan pada susu sapi.
18
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
18
4
Susu Sapi
Pengelolaan Mutu
Pemberian pakan
Segar
Konsentrat
Mutu baik
Hygienitas
Pendistribusian
Kebersihan
Kandang dan
Alat pemerahan
Koperasi
Mutu kurang
BAB IV
GAMBARAN UMUM KPS BOGOR DAN KANSAS
4.1 Lokasi KPS Bogor
Koperasi produksi susu dan usaha peternakan (KPS) Bogor pada dasarnya
terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah luar kunak dan wilayah kunak.
Wilayah luar kunak adalah wilayah operasional dimana penduduk yang beternak
sapi perah yang termasuk kedalam keanggotaan KPS Bogor terletak menyebar di
seluruh kawasan Bogor, Depok, dan sekitarnya. Kantor KPS Bogor terletak di
Jalan Baru Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor. Dalam area
seluas 4.480 m2, KPS Bogor terbagi kedalam beberapa unit bangunan diantaranya
bangunan kantor administrasi umum, ruang rapat atau ruang pertemuan, ruang
produksi pakan ternak, gudang makanan ternak, gudang makanan ternak, ruang
chilling unit atau penampungan susu, ruang peternak, laboratorium, pos satpam,
mushola, dapur, toilet dan tempat parkir.
4.2 Struktur Organisasi KPS Bogor
Struktur organisasi KPS Bogor sama dengan KPS Kansas, berdasarkan SK.
Pengurus KPS-Bogor No.465/KPS/X/2002 tanggal 31 Oktober 2002, terdapat
struktur organisasi KPS Bogor tahun 2002-2003. Berdasarkan struktur organisasi
tersebut, kekuasaan tertinggi terdapat pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang
diadakan setiap setahun sekali. Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi
yang dipilih melalui rapat anggota. Pengurus memiliki tugas untuk mengelola
koperasi dan kegiatan usaha lainnya. Susunan pengurus KPS-Bogor Periode 20092013 :
-
Ketua
: I Made Soewecha
Sekretaris : Wahyanto, SE, MM
Manajer : Bintarso
Kegiatan pelaksanaan tugas koperasi akan diawasi oleh suatu komite
pengawas. Fungsi dari pengawas adalah sebagai pengontrol kegiatan pengurus
agar sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan pada rapat
anggota. Susunan pengawas KPS-Bogor Periode 2009-2013 :
- Ketua : Drs. Purwanto
- Anggota : Deden Irianto, SE
- Anggota : Agus Zaenudin
18
9
RAPAT
B. PENG. KUNAK
PENGURUS
PENGAWAS
KONSULTAN
KOOR. USAHA
PNG
Keterangan :
1. Unit Pelayanan Susu Murni dan Pelayanan Teknis Peternakan (Peternakan)
2. Unit Usaha Pakan Ternak
3. Unit Usaha Susu Olahan
4. Unit Serba Usaha (USP, Waserda)
5. Bagian Kunak
6. Bagian Adm. Umum dan Keuangan
Gambar 2 Struktur Organisasi KPS Bogor
10
12
berukuran kecil. Setelah penuh, susu akan dipindahkan ke milkcan besar berbahan
stainless steel yang atasnya diberi saringan. Fungsi dari saringan tersebut yaitu
agar susu sapi terbebas dari buih atau material lainnya.
Pakan sapi diberikan setelah proses pemerahan. Pakan sapi yang diberikan
berupa konsentrat yang ditambahkan dengan ampas tahu. Setelah satu jam
pemberian konsentrat dan ampas tahu, sapi tersebut diberikan kembali pakan
segar berupa rumput sebanyak 2 karung (untuk 12 ekor sapi). Peraturan dari
peternakan tersebut, bahwa makan sapi diberikan 10 jam sebelum proses
pemerahan agar kuantitas susu sapi dapat dicapai.
Menurut Sudono dan Setiawan (2003), pemberian pakan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan sapi. Pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan sapi,
hal ini dapat mempengaruhi terhadap kadar lemak susu dan produksi susu sapi.
Pemberian pakan yang banyak mengandung hijauan akan menyebabkan kadar
lemak susu sapi tinggi dan pemberian pakan yang mengandung konsentrat akan
menyebabkan kadar lemak susu rendah.
5.2 Pemeliharaan Peralatan untuk Pemerahan
Alat yang dipakai selama pemerahan adalah milkcan kecil berbahan
stainless steel dengan kapasitas 10 liter. Alat ini digunakan untuk menampung
susu hasil dari pemerahan sapi. Miklkcan tersebut sebelumnya dibersihkan
terlebih dahulu dengan cara dibilas dengan air bersih. Air tersebut berasal dari
keran yang ada didalam tempat penampungan air.
Susu yang telah diperas kemudian dikumpulkan kedalam wadah milkcan
dengan ukuran yang lebih besar berbahan stainless steel dengan volume 40 liter.
Diatas wadah dirigen susu tersebut diberi saringan plastik yang digunakan untuk
menyaring susu sebelum dimasukkan kedalam wadah tersebut.
Fungsi dari saringan tersebut yaitu agar susu sapi terbebas dari buih atau
material lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas dari susu sapi yang didapat.
Saringan yang telah selesai dipakai dicuci bersih kemudian direndam di air
hangat. Wadah dirigen susu atau yang biasa disebut dengan milkcan yang
berfungsi untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil pemerahan
untuk segera dikirim ke koperasi maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak
dan waktu tempuhnya tidak lebih dari 2 jam dari proses pemerahan. Milkcan yang
biasa digunakan berbahan stailess steel atau alumunium berpenutup rapat.
5.3 Pemeliharaan Kandang Sapi
T
12
p
a
k
a
n
s
a
p
i
a
i kotoran sapi
Penampungan
r
+
k
o
t
o
r
a
n
p
a
k
a
n
s
a
p
i
18
13
Pempungan
air
14
14
18
15
BAB VI
ASPEK DISTRIBUSI
6.1 Distribusi Susu Sapi dari Peternakan Kansas
Hasil susu sapi yang telah diperah, dibawa untuk dikumpulkan di GKPS
(Gabungan Koperasi Peternakan Susu Sapi). Cara pendistribusian susu sapi dari
peternakan menuju koperasi yaitu dengan menggunakan sepeda motor dengan
cara milkcan diikat dengan tali tambang secara kuat pada jok motor bagian
belakang. Pendistribusian susu sapi dari peternakan menuju koperasi dilakukan 2
kali dalam sehari yaitu setelah selesai diperah dan ditampung dalam milkcan susu
tersebut langsung disetorkan ke koperasi yang berjarak 1 km dari peternakan dan
membutuhkan waktu pendistribusian dari peternakan menuju koperasi yaitu
selama 15 menit. Dalam satu kali penyetoran banyaknya susu sapi yaitu sebanyak
1 (satu) milkcan yaitu sebanyak 40 liter satu kali kirim, jadi dalam waktu satu hari
peternakan tersebut mengirimkan susu sapi sebanyak 80 liter/ hari dari 12 ekor
sapi perah.
Saat susu sapi dari peternakan disetorkan pada koperasi, susu sapi langsung
ditimbang berapa banyaknya, kemudian disaring ke wadah penyaringan khusus,
setelah itu diambil sampel susu tersebut untuk diuji kadar susu nya, apabila sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh koperasi, susu tersebut
langsung dimasukkan kedalam lemari pendingin untuk disterilkan, setelah steril
susu sapi tersebut kemudian dimasukkan ke tangki truk khusus susu sapi, untuk
siap didistribusikan kepada pelanggan-pelanggan susu sapi kansas yaitu pabrikpabrik susu sapi disekitar Jabodetabek.
6.2 Persiapan Distribusi Susu di GKPS
Susu sapi yang telah dikumpul di GKPS lalu didistribusikan kepada
pelanggan-pelanggan dari koperasi tersebut. Sebelum didistribusikan ke
pelanggan-pelanggan tersebut, susu sapi diperiksa dahulu kelayakan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Sebelum diuji kelayakkannya susu sapi tersebut
harus bebas dari residu anti biotik yaitu susu sapi yang disetorkan ke koperasi
harus dipisahkan secara terpisah antara sapi yang diobati dengan antibiotik, sapi
dalam pengobatan mastitis, dan sapi yang baru masuk dari luar kawasan kansas
hal ini bertujuan agar susu sapi tersebut tidak terkontaminasi agar tidak terjadi hal
yang disebabkan oleh kontaminasi satu tetes susu sapi residu antibiotik/ masa
penyembuhan/ masa peremajaan merusak pendistribusian satu tangki truk susu
sapi.
Setelah dipisahkan antara susu sapi segar dengan susu sapi dengan kriteria
yang harus dipisahkan kemudian dilakukan kriteria persyaratan pendistribusian
lainnya dimana setiap satu milkcan dengan kapasitas 40 liter akan diambil terlebih
dahulu sampelnya untuk diukur pH dan berat jenis susu menggunakan alat khusus.
Jika telah sesuai dengan kriteria, makan susu akan disaring menggunakan saringan
kain lalu dimasukkan ke dalam mesin pendingin untuk disterilkan. Jika susu telah
steril, makan susu tersebut dimasukkan ke dalam tangki truk khusus dan
didistribusikan ke pabrik susu.
16
Perusahaan
Cimory
PT. Indomilk
Lokasi : Cipayung-Puncak
Produksi : Susu UHT, Olahan
susu sapi (yoghurt,
dan keju
Industri Pengolahan
Susu (IPS)
16
18
17
KESIMPULAN
Penanganan sapi perah di Kansas dilakukan mulai dari proses pemandian,
pembersihan paha dan ambing sapi sebelum dilakukan proses pemerahan,
pemberian makan setelah pemerahan dan pembersihan kandang yang dilakukan
setiap hari. Hal ini dilakukan agar susu sapi yang dihasilkan berkualitas baik. Pada
proses pemerahan digunakan alat-alat penunjang seperti milkcan berukuran besar
dan milkcan berukuran kecil yang terbuat dari stainless steel. Milkcan yang kecil
digunakan sebagai wadah tadahan susu yang diperas sedangkan milkan besar
digunakan untung menampung semua susu hasil perahan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi mutu hasil dari susu sapi yaitu berasal dari jenis pakan yang
diberikan, higienitas kandang dan alat pemerahan, serta pendistribusian. Proses
pendistribusian dilakukan setiap hari oleh GKPS. Susu ditampung dalam tanki
pendistribusian yang telah dilengkapi dengan alat pendingin agar tidak
mempengaruhi kualitas susu atau penurunan mutu dan kualitas susu sapi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Metoda pengujian susu segar. SNI 01-27821998.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi pengolahan pangan lanjut. Bogor: Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Hadiwiyoto S. 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta:
Liberty.
Julmiaty. 2002. Perbandingan Kualitas Fisik Susu Pasteurisasi Konvensional
Dan Mikroware Dengan Lama Penyimpanan Yang Berbeda. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Micklin M, Poston Jr D L. 1998. Continuities In Sociological Human Ecology.
New York and London: Plenum Press.
Mohammad M. 2008. Jumlah Total Bakteri Dan Kualitas Fisik Susu Segar Hasil
Pengawetan Dengan Metode Laktoperoksidase Sistem. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Pramono H. 2012. Konsumsi Susu Orang Indonesia. [Terhubung berkala]
http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2012/05/23/konsumsi-susuorang-indonesia-masih-rendah (24 Mei 2013).
Saleh E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak (jurnal).
http://padmanaba.web.id/file/jurnal%20susu%20%281%29.pdf. (21 April
2013).
Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Diktat Kuliah Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudono AR dan Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok:
Agromedia Pustaka.
Tollefson L, M.A. Miller. 2000. Antibiotic use in food animals: Controlling the
human health impact. J of AOAC 83 (2): 245-254.
18
18
19