Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

Nomor : 31 / PRT / M /2006


TENTANG
MONITORING COMMITTEE
DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ASEAN MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT ON
ENGINEERING SERVICES ( CPC 8672 )
MENTERI PEKERJAAN UMUM:
Menimbang :

a. bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota Organisasi


Perdagangan Dunia ( World Trade Organization WTO )
sejak Tahun 1994, sehingga setiap kesepakatan yang
dihasilkan dalam perundingan WTO menjadi bagian dari
regulasi nasional yang mengikat;
b. bahwa untuk mempersiapkan diri menghadapi liberalisasi
perdagangan jasa diantara Negara Negara anggota WTO,
telah dilaksanakan serangkaian perundingan liberalisasi
perdagangan jasa diantara Negara Negara anggota
ASEAN, termasuk jasa konstruksi;
c. bahwa perundingan liberalisasi perdagangan jasa diantara
Negara Negara anggota ASEAN telah menghasilkan
berbagai

kesepakatan

yang

mengikat

seluruh

Negara

anggota ASEAN;
d. bahwa salah satu kesepakatan yang dihasilkan dalam
perundingan liberalisasi perdagangan jasa ASEAN adalah
pelaksanaan

ASEAN

Mutual

Recognition

Arrangement

( MRA ) bagi sektor yeng diprioritaskan, seperti Engineering


Services ( CPC 8672 ), selambat lambatnya Tahun 2008
e. bahwa

ASEAN

Mutual

Recognition

Arrangement

on

Engineering Services (CPC 8672 ) telah ditandatangani


-1-

oleh para Menteri Perdagangan Negara anggota ASEAN di


Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 9 Desember 2005;
f. bahwa Indonesia, Malaysia, Philippina, Singapura dan
Thailand telah menyampaikan keinginan untuk melaksanakan
ASEAN Mutual Recognition Arrangement

on Engineering

Services ( CPC 8672 ) mulai pertengahan Tahun 2007;


g. bahwa untuk melaksanakan ASEAN MRA On Engineering
Sevices tersebut pada butir f, tiap tiap Negara Anggota
ASEAN perlu membentuk Monitoring Committee ( MC );
h. bahwa

pembentukan

Monitoring

Committee

Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam butir g di atas perlu ditetapkan


dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum.
Mengingat :

a. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan


Pembentukan the World Trade Organization / WTO ( LNRI
Tahun 1994 Nomor 57, TLNRI Nomor 3564 );
b. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi ( LNRI Tahun 1999 No.54, TLN RI No.3833 );
c. Undang

Undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

Ketenagakerjaan ( LNRI Tahun 2003 Nomor 39 );


d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi ( LNRI Tahun 2000
Nomor 63, TLNRI Nomor 3955 );
e. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi ( LNRI Tahun 2000 Nomor
64, TLNRI Nomor 3956 );
f. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi ( LNRI Tahun
2000 Nomor 65, TLNRI Nomor 3957 );
g. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi ( LNRI Tahun 2004 Nomor 78 );
h. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun
1995 tentang ratifikasi ASEAN Framework Agreement on
Services ( AFAS);
-2-

i. Peraturan

Presiden

Nomor

Tahun

2005

tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata


Kerja Kementrian Negara RI yang didalamnya menetapkan
Menteri Pekerjaan Umum sebagai Pembina Jasa Konstruksi.

-3-

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG


MONITORING

COMMITTEE

PELAKSANAAN

ASEAN

DALAM

MUTUAL

RANGKA

RECOGNITION

ARRANGEMENT ON ENGINEERING SERVICES ( CPC


8672 ) sebagai berikut :

Bagian - 1
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan :
1.1.

Central Product Classification ( CPC ) adalah klasifikasi produk yang


diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB ) versi Provisional;

1.2.

Engineering Services adalah aktivitas yang tercakup dalam CPC 8672 versi
Provisional yang diterbitkan oleh PBB, yaitu meliputi :
86721 :

Advisory and consultative engineering services

86722 :

Engineering design services for the construction of foundations


and building structures

86723 :

Enginering design services for

mechanical and electrical

installations for buildings


86724 :

Engineering design services for the construction of civil


engineering works

86725 :

Engineering design services for

industrial processes and

production
86726 :

Engineering design services n.e.c

86727 :

Other engineering services during the

construction and

installation phase
86729 :
1.3.

Other engineering services.

ASEAN Mutual Recognition Arrangement ( MRA ) On Engineering Services


adalah dokumen yang telah ditandatangani oleh 10 ( sepuluh ) Menteri
yang mewakili 10 ( sepuluh ) Negara Anggota ASEAN di Kuala Lumpur,
Malaysia pada tanggal 9 Desember 2005 yang dimaksudkan untuk
menfasilitasi mobilitas Engineering Services Professionals serta untuk tukar
-4-

menukar informasi dalam rangka mendorong adopsi praktek praktek


terbaik dalam standarisasi dan kualifikasi;
1.4.

Professional Regulatory Authority ( PRA ) adalah lembaga yang mendapat


otoritas untuk melakukan pengaturan praktek jasa rekayasa di Indonesia,
yaitu

Lembaga

Pengembangan

Jasa

Konstruksi

Nasional/

LPJKN

( National Construction Services Development Board/ NCSDB ) untuk


layanan jasa rekayasa yang terkait dengan jasa konstruksi dan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP ) untuk layanan jasa rekayasa lainnya;
1.5.

Professional

Engineer

adalah

orang

perseorangan

yang

memiliki

kewarganegaraan Negara anggota ASEAN yang telah dinilai ( assesed )


oleh PRA salah satu Negara anggota ASEAN sebagai mampu dari aspek
teknis, moral, dan perundang undangan untuk melaksanakan praktek
rekayasa secara profesional dan independen serta telah diregistrasi oleh
PRA;
1.6.

ASEAN Chartered Profesional Engineer ( ACPE ) adalah Profesional


Engineer yang telah dinyatakan memenuhi kualifikasi sesuai dengan
kriteria dan prosedur yang ditetapkan oleh ASEAN Chartered Professional
Engineeer Coordinating Committee ( ACPECC ) dan dicantumkan dalam
Daftar Registrasi ACPE yang dikelola oleh Monitoring Committee ( MC );

1.7.

Monitoring Committee ( MC ) adalah badan yang dibentuk di dan oleh tiap


tiap Negara Anggota ASEAN untuk mengembangkan, memproses dan
mengelola Daftar Registrasi ACPE di Negara yang bersangkutan;

1.8.

ASEAN

Chartered

Professional

Engineeer

Coordinating

Committee

( ACPECC ) adalah badan yang dibentuk di tingkat ASEAN yang


beranggotakan satu orang wakil dari tiap tiap Monitoring Committee ( MC )
dari Negara anggota ASEAN yang memiliki otoritas untuk menyetujui dan
mencabut predikat ACPE serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakannya
kepada Coordinating Committee on Services ( CCS );
1.9.

Coordinating Committee on Services (CCS) adalah komite yang dibentuk


oleh

ASEAN

untuk

menyelenggarakan

perundingan

liberalisasi

perdagangan jasa di antara Negara Negara anggota ASEAN;


1.10. Registered Foreign Profesional Engineer ( RFPE ) adalah ACPE dari
Negara anggota ASEAN yang telah mendapat ijin dari PRA Negara tujuan

-5-

untuk bekerja di Negara tujuan dengan syarat harus bekerjasama dengan


ACPE dari Negara tujuan tersebut;
1.11. ASEAN Chartered Professional Engineer Register/ ACPER ( Daftar
Registrasi ACPE ) adalah daftar Profesional Engineer yang telah
diregistrasi sebagai ACPE oleh ACPECC yang dikelola oleh Monitoring
Committee ( MC );
1.12. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional ( LPJKN ) adalah
lembaga yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan Jasa
Konstruksi di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang
Nomor 18 Tahun 1999;
1.13. Badan Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP ) adalah badan yang mempunyai
tugas melaksanakan sertifikasi profesi ( Kecuali yang telah diatur oleh
Peraturan per Undang Undangan yang telah berlaku sebelumnya )
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2004.

Bagian - 2
TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2.1.

Tugas Pokok
Tugas pokok Monitoring Committee adalah mengembangkan, memproses,
dan mengelola Daftar Registrasi ASEAN Chartered Professional Enginers
( ACPEs ) di Indonesia.

2.2.

Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada butir 2.1., Monitoring
Committee memiliki fungsi :
2.2.1.

Sebagai titik kontak tunggal untuk semua hal yang berkaitan


dengan ACPEs ;

2.2.2.

Menyiapkan konsep kriteria dan prosedur penilaian terhadap


aplikasi untuk menjadi seorang ACPE guna mendapat pengesahan

-6-

dari

ASEAN

Chartered

Professional

Engineer

Coordinating

Committee ( ACPECC );
2.2.3.

Menyebarluaskan kriteria dan prosedur penilaian aplikasi ACPE


yang telah mendapat pengesahan dari ACPECC;

2.2.4.

Memeriksa

dan

meyakinkan,

bahwa

Profesional

Engineer

Indonesia yang akan diregistrasi menjadi ACPE oleh ACPECC


telah memenuhi semua peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia yang berlaku, termasuk telah diregistrasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi ( LPJK ) atau Badan Nasional
Sertifikasi Profesi ( BNSP );
2.2.5.

Memeriksa

aplikasi,

data

pendukung

dan

bukti-bukti

yang

disampaikan untuk menyakinkan, bahwa Profesional Engineer


yang akan diregistrasi menjadi ACPE telah memenuhi semua
persyaratan yang tertuang dalam ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Engineering Services serta kriteria dan prosedur
yang telah disahkan oleh ACPECC ( assessment Statements)
termasuk semua kebijakan tentang Continuing Professional
Development (CPD) dari Pemerintah Indonesia dengan predikat
memuaskan;
2.2.6.

Mencatat semua ACPEs yang telah diregistrasi oleh ACPECC


dalam Daftar Registrasi ACPEs;

2.2.7.

Meyakinkan, bahwa Profesional Engineer yang tercantum dalam


Daftar Registrasi ACPEs dari waktu ke waktu senantiasa
menyampaikan aplikasi untuk memperbaharui registrasi masing
masing yang telah habis masa berlakunya;

2.2.8.

Mencabut Profesional Engineer

tertentu dari Daftar Registrasi

ACPEs karena telah dinyatakan melanggar MRA on Engineering


Services atau tidak mampu lagi melakukan layanan jasa rekayasa
secara profesional dan independen oleh PRA melalui pernyataan
tertulis yang disampaikan kepada ACPECC;
2.2.9.

Menerima dan meneliti setiap pengaduan atas kinerja para


Profesional Engineer

yang tercantum dalam Daftar Registrasi

ACPEs untuk selanjutnya disalurkan kepada instansi yang


berwenang;
-7-

2.2.10. Menyiapkan informasi yang akurat secara periodik tentang status


dari setiap Profesional Engineer

yang tercatat dalam Daftar

Registrasi ACPEs agar dapat dimaklumi oleh masyarakat yang


memerlukannya;
2.2.11. Menyiapkan informasi yang diperlukan oleh ACPECC terkait
dengan Daftar Registrasi ACPEs yang dikelola;
2.2.12. Melakukan tukar menukar informasi dan data yang terkait dengan
Daftar Registrasi ACPEs dengan Monitoring Committee dari
Negara anggota ASEAN lainnya.

Bagian - 3
KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

3.1. Kedudukan
3.2.1.

Monitoring Committee ( MC ) dalam rangka pelaksanaan ASEAN


MRA on Engineering Services di Indonesia dibentuk oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebagai Anggota ASEAN yang
dalam hal ini diwakili oleh Menteri Pekerjaan Umum;

3.2.2.

Monitoring Committee ( MC ) berkedudukan dan berkantor di


Ibukota Negara RepublinkIndonesia.

3.2. Susunan Organisasi dan Keanggotaan


3.2.1.

Monitoring Committee ( MC ) terdiri atas 5 ( lima ) orang Anggota


dengan susunan sebagai berikut :
1.

Satu orang Ketua merangkap Anggota berasal dari LPJK;

2.

Satu orang Wakil Ketua merangkap Anggota berasal dari


BNSP;

3.

Satu orang Sekretaris merangkap Anggota berasal dijabat


oleh Kepala Bidang Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi
pada

Pusat

Pembinaan

Pembinaan
Konstruksi

Usaha

dan

Konstruksi,

Sumber

Daya

Badan
Manusia,

Departemen Pekerjaan Umum


4.

Dua orang Anggota, yaitu satu orang dari berasal dari LPJK
dan satu orang berasal dari BNSP.

-8-

3.2.2.

Ketua,

Wakil

Ketua,

Sekretaris

dan

Anggota

Monitoring

Committee ( MC ) sebagaimana dimaksud dalam butir 3.2.1.


diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Pekerjaan Umum;
3.2.3.

Pengangkatan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota


Monitoring Committee ( MC ) sebagaimana dimaksud dalam butir
3.2.2. dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum atas rekomendasi
dari unsur masing masing, yaitu LPJK, BNSP, dan Satminkal
Departemen Pekerjaan yang bertanggung jawab atas pembinaan
Jasa Konstruksi.

3.2.4.

Dalam melaksanakan tugasnya, Monitoring Committee dibantu


oleh Tim Sekretariat yang diketuai oleh Kepala Sub Bidang Pasar
Jasa Konstruks pada Bidang Pengembangan Usaha Jasa
Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya
Manusia, Departemen Pekerjaan Umum dengan anggota sesuai
kebutuhan yang diajukan oleh Monitoring Committee ;

Bagian 4
TUGAS KETUA, WAKIL KETUA, SEKRETARIS, ANGGOTA DAN TIM
SEKRETARIAT

4.1. Ketua
Ketua (Chairman) Monitoring Committee sebagaimana dimaksud dalam butir
3.2.1 mempunyai tugas :
1.

Memimpin dan mengelola Monitoring Committee sesuai dengan tugas


dan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam Bagian - 2;

2.

Mengkoordinasikan para anggota dalam melaksanakan tugas, fungsi,


wewenang dan tanggung jawab Monitoring Committee (MC);

3.

Menyampaikan konsep kriteria dan prosedur penilaian aplikasi ACPE


(assesment statements)kepada ACPECC;

4.

Menyampaikan aplikasi ACPE yang telah diperiksa oleh Monitoring


Committee sehingga diyakini telah memenuhi seluruh persyaratan,
kepada ACPECC;

5.

Menetapkan rencana kerja Monitoring Committee;

-9-

6.

Mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi Monitoring Committee;

7.

Menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan tugas dan fungsi


Monitoring Committee kepada Menteri Pekerjaan Umum;

8.

Sebagai Wakil resmi Indonesia dalam keanggotaan ACPECC;

3.2. Wakil Ketua


Wakil Ketua (Vice Chairman) Monitoring Committee sebagaimana dimaksud
dalam butir 3.2.1 mempunyai tugas:
1.

Membantu Ketua Monitoring Committee dalam melaksanakan tugasnya.

2.

Menggantikan dan melaksanakan tugas Ketua Monitoring Committee


apabila Ketua Monitoring Committee berhalangan.

4.3. Sekretaris
Sekretaris Monitoring Committee sebagaimana dimaksudkan dalam butir
3.2.1. mempunyai tugas :
1.

Mengkoordinasikan

dan

mengelola

tugas-tugas

Sekretariat

dalam

kesekretariatan

Monitoring Committee;
2.

Mengkoordinasikan

Tim

pelaksanaan

tugas

mendukung Monitoring Committee;


3.

Menyiapkan konsep rencana kerja Monitoring Committee untuk


ditetapkan oleh Ketua melalui sidang Monitoring Committee;

4.

Menyiapkan konsep laporan pelaksanaan tugas dan fungsi yang akan


disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum;

5.

Dengan dukungan Tim Sekretariat, menyiapkan bahan-bahan yang


akan dibahas dalam rapat Monitoring Committee, termasuk konsep
kriteria dan prosedur penilaian aplikasi ACPE serta aplikasi ACPE;

6.

Dengan dukungan Tim Sekretariat, mengelola data dan informasi yang


terdapat dalam Daftar Registrasi ACPEs untuk memastikan, bahwa data
dan informasi tersebut adalah akurat dan up to date.

4.4. Anggota
Anggota Monitoring Committee sebagaimana dimaksudkan dalam butir 3.2.1
mempunyai tugas :
- 10 -

1.

Melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Bagian 2;

2.

Menyusun rencana kerja dan anggaran Monitoring Commtitee;

3.

Menyusun konsep kriteria dan prosedur penilaian aplikasi ACPE;

4.

Memeriksa dan memastikan, bahwa aplikasi yang disampaikan


Profesional Engineer

telah memenuhi seluruh persyaratan untuk

disampaikan ke ACPECC.
5.

Memeriksa dan memastikan, bahwa informasi yang tersimpan dalam


Daftar Registrasi ACPEs adalah akurat dan up to date.

6.

Menyiapkan

laporan

pelaksanaan

tugas

dan

fungsi

Monitoring

Committee

4.5. Tim Sekretariat

4.5.1. Tim Sekretariat Monitoring Committee mempunyai tugas pokok


memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada Monitoring
Committee.
4.5.2. Dalam melaksanakan tugas utama tersebut dalam butir 4.5.1, Tim
Sekretariat menyelenggarakan fungsi :
1.

Menyiapkan bahan-bahan untuk dibahas dalam rapat-rapat


Monitoring Committee;

2.

Mendukung pengelolaan data dan informasi terkait dengan Daftar


Registrasi ACPEs;

3.

Menerima

aplikasi

ACPE

yang

disampaikan

Profesional

Engineer;
4.

Melaksanakan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi


dan tata laksana, keanggotaan dan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, pengelolaan rumah tangga kantor, menyiapkan
laporan serta pengelolaan data administratif.

Bagian - 5
PENDANAAN

- 11 -

5.1.

Untuk

mendukung

kegiatannnya,

Monitoring

Committee

dapat

mengusahakan perolehan dana dari Tenaga Ahli Rekayasa yang


berkepentingan untuk mendapat registrasi sebagai ACPE dalam bentuk
biaya pelaksanaan proses registrasi dan/atau iuran berkala sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku;
5.2.

Pada tahap awal/ sebelum sumber dana sebagaimana dimaksud pada butir
5.1 memadai, Pemerintah dapat mengambil inisiatif memberikan dukungan
fasilitas kerja termasuk pendanaan operasionalnya melalui dana Anggaran
Pendapatan dan Benalja Negara ( APBN ) pada Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (BPK SDM), Departemen Pekerjaan
Umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian - 6
PENUTUP

6.1.

Perubahan atas Peraturan ini dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum


sesuai dengan perubahan hasil kesepakatan perundingan liberalisasi
perdagangan yang bersifat mengikat;

6.2.

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN

: DI JAKARTA

PADA TANGGAL : 15 DESEMBER 2006

MENTERI PEKERJAAN UMUM

DJOKO KIRMANTO

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai