Anda di halaman 1dari 3

HUKUM MEMBERIKAN UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

Al-Hafiz Ibnu Hajar mengatakan, Dari Jubair bin Nufair; beliau mengatakan, Dahulu,
apabila para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam saling bertemu pada hari raya,
mereka saling mengucapkan, Taqabbalallahu minna wa minkum. (Sanadnya hasan;
Fathul Bari, 2:446)
Ibnu Aqil menyebutkan beberapa riwayat. Di antaranya dari Muhammad bin Ziyad; beliau
mengatakan, Saya pernah bersama Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu anhu dan beberapa
sahabat lainnya. Setelah pulang dari shalat id, mereka saling memberikan ucapan,
Taqabbalallahu minna wa minkum.' (Al-Mughni, 2:250; As-Suyuthi mengatakan,
Sanadnya hasan.)
Imam Malik ditanya tentang ucapan seseorang kepada temannya di hari raya,
Taqabbalallahu minna wa minkum, atau, Ghafarallahu lana wa laka. Beliau menjawab,
Saya tidak mengenalnya dan tidak mengingkarinya. (At-Taj wal Iklil, 2:301).
Ibnu Habib menjelaskan maksud ucapan Imam Malik, Maksud beliau, saya tidak
menganggapnya sebagai sunah dan saya tidak mengingkari orang yang mengucapkannya,
karena ucapan itu isinya baik, mengandung doa . (Al-Fawakih Ad-Dawani, 3:244)
Syekh Asy-Syabibi mengatakan, Bahkan, wajib mengucapkan ucapan selamat ketika hari
raya, jika tidak mengucapkan kalimat ini menyebabkan permusuhan dan terputusnya
hubungan sesama . (Al-Fawakih Ad-Dawani, 3:244)
Catatan:
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Ubadah bin Shamit radhiallahu anhu; bahwa beliau
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang ucapan selamat di masyarakat
ketika id (taqabbalallahu minna wa minkum). Kemudian, beliau menjawab, Itu perbuatan
orang ahli kitab, dan beliau membencinya. Namun, di dalam sanad riwayat ini ada perawi
yang bernama Abdul Khaliq bin Khalid bin Zaid. Kata Imam Bukhari, Mungkarul hadits
(hadisnya tidak diterima), Abu Hatim menilai, Dhaif, An-Nasai mengatakan, Tidak
terpercaya, Ad-Daruquthni mengatakan, Perawi yang ditinggalkan, sedangkan Abu
Nuaim mengatakan, Tidak ada apa-apanya. (Al-Hawi lil Fatawa, 1:117, karya As-Suyuthi)
1

Lafal ucapan selamat Idul Fitri yang disarankan para ulama


Dari Jubair bin Nufair; beliau mengatakan, Dahulu, para sahabat Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, apabila saling bertemu pada hari raya, saling mengucapkan,

Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian. (Sanadnya hasan; Fathul Bari, 2:446)
Ibnu habib mengatakan, Yang semisal dengan ini adalah ucapan sebagian orang ketika id,
( Id yang diberkahi), ( Semoga Allah memberi keselamatan bagimu), dan
semisalnya. Tidak diragukan, bahwa ini semua diperbolehkan. (Al-Fawakih Ad-Dawani,
3:244)
Imam Malik ditanya tentang ucapan seseorang kepada temannya di hari raya,
Taqabbalallahu minna wa minkum, atau Ghafarallahu lana wa laka. Beliau menjawab,
Saya tidak mengenalnya dan tidak mengingkarinya. (At-Taj wal Iklil, 2:301)
Syekhul Islam mengatakan, sebagai jawaban atas pertanyaan yang ditujukan kepada beliau,
Ucapan selamat di hari raya antara satu sama lain setelah shalat id (taqabbalallahu minna
wa minkum atau ahalallahu alaika dan semacamnya) maka ucapan ini diriwayatkan dari
beberapa sahabat bahwa mereka melakukannya. Sebagian ulama, seperti: Imam Ahmad dan
yang lainnya, juga memberi keringanan . (Majmu Fatawa, 5:430)
Catatan:
Syekh Ali bin Hasan Al-Halabi mengatakan (Ahkamul Idain, hlm. 62), Adapun ucapan
sebagian orang, Kullu amin wa antum bi khairin atau semacamnya adalah ucapan yang
tertolak, tidak bisa diterima. Bahkan, ini termasuk dalam larangan dalam firman Allah,

Apakah kalian hendak mengganti sesuatu yang baik dengan sesuatu yang lebih buruk?
Yang semisal dengan ini adalah ucapan yang tersebar di Indonesia, Minal aidin wal faizin.
Ucapan ini tidak diriwayatkan dari para sahabat maupun ulama setelahnya. Ini
hanyalah ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli,
2

ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya.
(Dawawin Asy-Syiri Al-Arabi ala Marri Al-Ushur, 19:182)
Allahu alam.
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (www.KonsultasiSyariah.com)

Anda mungkin juga menyukai