Oleh :
Alih Jenis 7
Asisten Praktikum:
Nazhif Gifari, S. Gz
Ni Wayan Santya P
Koordinator Mata Kuliah:
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran
penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahanpenyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian integral
dari upaya penyembuhan penyakit pasien. Mutu pelayanan gizi yang baik akan
mempengaruhi indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu meningkatkan
kesembuhan pasien, memperpendek lama rawat inap, serta menurunkan biaya
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar 2007).
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien (Depkes 2005). Kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap
dan rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan
promotif.
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu pelayanan penunjang
medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang terintegrasi dengan
kegiatan lainnya, mempunyai peranan penting dalam mempercepat pencapaian
tingkat kesehatan baik. Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah
sakit terdiri dari asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi rawat inap,
penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi (Depkes RI,
2005).
Untuk proses asuhan gizi pasien rawat jalan dan rawat inap harus melalui
4 tahapan, yaitu : (1) assessment dan pengkajian gizi; (2) perencanaan pelayanan
gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi pelayanan gizi
sesuai rencana; (4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi (Almatsier, 2006).
Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diit yang
sesuai dengan perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan
dilakukan apabila pasien tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diit
tertentu. Pelayanan gizi penderita rawat jalan juga dilakukan melalui penyuluhan
gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 2005).
Untuk melakukan pengkajian masalah gizi secara mendalam terhadap
pasiennya masing masing rumah sakit yang ada di Indonesia kadang kala sering
memiliki lembar skrining yang berbeda-beda sebagai pedoman dalam penanganan
dan pemberian pelayanan gizi. Pedoman ini disesuaikan dengan kebijakan dari
rumah sakit itu sendiri. Dengan banyaknya lembar skrining yang berbeda-beda
maka dirasakan perlunya untuk mengkaji secara sitematis bagaimana lembaran
skrining gizi yang baik dan benar.
Tujuan
1. Mengkaji dan menganalisis lembar skrining gizi yang baik dan benar
berdasarkan standar baku.
2. Membandingkan lembar skrining gizi dari beberapa rumah sakit dengan
standar baku.
3. Mempelajari kelebihan dan kekurangan dari masing-masing lembar
skrining.
METODE
Penulisan ini menggunakan metode dekriptif, dalam pengumpulan datadata dalam penulis menggunakan studi kepustakaan (library research) dengan
merujuk
kepada
artikel/buku-buku,
dan
media
yang
relevan.
Untuk pembandingan data-data tersebut penulis lebih mengacu kepada bukubuku pedoman skrining gizi. Format skrining yang didapat dari beberapa rumah
sakit, kemudian dilakukan analisa secara mendalam dan dibandingkan dengan
standar baku format skrining gizi sesuai dengan buku pedoman. Baru kemudian
setelah dilakukan telaah secara lebih lanjut, hasil analisis dibuat secara deskriptif
dan dijabarkan secara detail terkait item-item yang ada di format skrining.
Skrining gizi merupakan bagian dari proses asuhan gizi. Skrining gizi
adalah proses yang sederhana dan cepat serta sensitif untuk mendeteksi pasien
berisiko malnutrisi (Barendregt et al. 2008 dalam Susetyowati 2014). Skrining
gizi yang tepat akan menghasilkan intervensi gizi yang tepat sehingga mencegah
timbulnya malnutrisi dan mempercepat proses penyembuhan (Wyszynski 1997
dalam Susetyowati 2014). Proses asuhan gizi terdiri dari beberapa tahap ( Mueller
et al. 2011 :
merupakan formulir yang digunakan untuk asesment gizi pada pasien. Hal yang
membedakannya yaitu pada Gambar 6 diisi oleh Dokter SpGK, sedangkan
Gambar 9 permintaan konseling gizi dari Dokter kepada Dietisien. Jadi Gambar 8
merupakan asesmen yang berkaitan dengan gizi seperti asupan makan,
ketersediaan pangan, pengetahuan gizi dan kesehatan dan lain-lain (Paranginangin
2014).
Setelah proses asesment oleh Dokter dan Dietisien, maka dilakukan tindak
lanjut yaitu penegakan diagnosis dan intervensi. Setelah dilakukan intervensi yang
sesuai dengan masalah gizi dan kesehatan pasien, maka dilakukan monitoring
untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien (Mueller et al. 2011).
Monitoring dilakukan dengan pemantauan diet pasien. Dalam tahap ini,
digunakan formulir Catatan Konsumsi Makan dan Pemantauan Asuhan Gizi
(Gambar 8 dan 9). Catatan konsumsi makan digunakan untuk memantau asupan
pasien dalam 24 jam sesuai dengan diet yang diberikan. Hasil pemantauan
tersebut dicatat dalam formulir Pemantauan Asuhan Gizi. Setiap RS memiliki
formulir tersendiri dalam melakukan skrining pasien. Dibawah ini merupakan
hasil survei yang telah dilakukan penulis terhadap formulir skrining gizi di
beberapa rumah sakit :
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Pada formulir skrining gizi di RS. Hasan Sadikin tidak tercantum tanggal
skrining dan tanggal masuk rumah sakit, tetapi hanya tercantum tanggal saja,
sehingga tidak diketahui kapan pasien masuk rumah sakit dan dilakukan skrining
gizi. Identitas umum pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, ruang rawat, kelas,
dan nomor rekam medik tidak tercantum di lembar yang sama, sebaiknya berada
pada halaman yang sama untuk mencegah tercecernya data atau tertukar dengan
pasien lain.
Point perubahan berat badan pada formulir RSHS lebih lengkap dibanding
dengan standar karena terdapat data yang menjelaskan perubahan berat badan
pasien sebelum masuk rumah sakit dengan waktu yang lebih terperinci dan
tercantum angka persentase perubahan berat badan. Point tinggi badan tidak
terdapat dalam formulir tersebut serta tidak ada pengkategorian perubahan berat
badan yang mencerminkan keadaan status gizi pasien. Perubahan intake makanan
di formulir RSHS lebih rinci karena menggambarkan perubahan intake makanan
dalam waktu yang tidak terbatas hanya lima hari terakhir saja, selain itu
menggambarkan perubahan dari satu bentuk atau jenis makanan ke bentuk/jenis
makanan yang lain.
Informasi mengenai perubahan gastrointestinal dapat diketahui lebih rinci
sebab waktu terjadinya perubahan gastrointestinal tidak terbatas dalam dua
minggu terakhir, sehingga dapat diketahui sejak kapan pasien mengalami
gangguan tersebut. Jenis ganggunan gastrointestinal sudah sama seperti standar.
Selain itu, terdapat point tidak ada perubahan yang menjelaskan jika memang
pasien tidak mengalami perubahan gastrointestinal.
Pada formulir skrining RSHS terdapat point perubahan kapasitas
fungsional yang menjelaskan tentang mobilitas pasien seperti aktiv suboptimal
(pasien masih bisa beraktifitas seperti biasa), ambulatory (mobilitas pasien
menurun tetapi masih bisa berpindah dari tempat tidur) dan bedrest (pasien tidak
3.
status gizi dan rencana terapi gizi. Kelebihannya yaitu dapat mengidentifikasi
pasien yang sudah mengalami malnutrisi atau berisiko malnutrisi pada saat masuk
rumah sakit. Di sisi lain juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu
lebih lama atau tidak efisien, tidak ringkas, hanya dilakukan oleh Ahli Gizi,
tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium. Formulir skrining yang
digunakan oleh RS Paru Provinsi Jawa Barat belum semua terpenuhi.
Kelebihannya adalah skrining dilakukan dalam waktu yang singkat, dengan hasil
yang bisa langsung ditentukan. Sedangkan kekurangannya masih terdapat
beberapa indikator yang belum dimasukkan dalam form tersebut, seperti
penurunan berat badan, pengaruh penyakit terhadap status gizi, dan status alergi
pasien.
Formulir skrining gizi RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa kurang
lengkap jika dibandingkan dengan standar nasional, akan tetapi form skrining gizi
rumah sakit ini lebih mudah dipahami dan tidak memerlukan waktu yang lama
dalam penggunannya. Formulir skrining gizi yang terdapat di RS UIN Syarif
Hidayatullah meskipun kurang lengkap tetapi sudah memuat cukup komponen
untuk melakukan rencana terapi diet. Formulir RS DR Moewardi Solo sudah
cukup lengkap karena sudah mencantumkan diagnosis klinis, perubahan asupan
makan 5 hari terakhir, perubahan berat badan (BB), gangguan gastrointestinal
hanya sebaiknya ditambahkan keluhan dan keadaan umum pasien, dan tingkat
kesadaran pasien.
Formulir skrining gizi RSCM memiliki beberapa keunggulan yaitu
skrining awal dapat dilakukan oleh petugas lain selain ahli gizi yaitu perawat,
proes skrining MST merupakan proses skrining singkat yang dapat dilakukan
dengan cepat. Kelemahannya pada kekuranglengkapan penapisan gizi pasien dari
segi biokimia dan tidak ada penjabaran yang spesifik dari penyebab penurunan
nafsu makan pasien (penjabaran gangguan gastrointestinal). Formulir skrining
yang digunakan RSUD Al-Ihsan Bandung tidak mencantumkan keterangan
tentang kebiasaan makanan yang meliputi diet sebelumnya, alergi
makanan/pantangan/suka/tidak suka dan keterangan lain terdapat pada formulir
skrining gizi standar.
Saran
Diperlukan adanya pengembangan alat skrining gizi yang dapat menapis
keadaan gizi biokimia, penapisan alergi makanan dan gangguan gastrointestinal
secara cepat dan dapat dilakukan siapapun (bukan praktisi professional sekalipun)
agar kegiatan skrining gizi lebih lengkap namun tetap efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan.
Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Anthony PS. 2008. Nutrition Screening Tools for Hospitalized Patients. Journal
of Nutr Clin Pract. 23(4):373-82. doi: 10.1177/0884533608321130.
Charney P, Malone AM. 2009. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment.
Chicago (US): American Dietetic Association.
Cornelia, Sumedi E, Anwar I, Ramayulis R, Iwaningsih S, Kresnawan T, Nurlita
H. 2014. Konseling Gizi. Jakarta (ID): Penebar Plus.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Edisi Revisi.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat
Bina
Pelayanan
Medik
Dasar.
2007.
Pedoman
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Direktorat Pelayanan Medik Spesialistik Departemen Kesehatan RI dan Persatuan
Dokter Spesialis Gizi Klinik. 2009. Standar Nasional Pelayanan Gizi Klinik
Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Pelayanan Medik Spesialistik Departemen
Kesehatan RI dan Persatuan Dokter Spesialis Gizi Klinik.
Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta (ID): EGC.
Herawati, Triwahyu S, Alamsyah A. 2014. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit
dengan MST Lebih Efektif Dibandingkan SGA. Malang (ID):
Universitas Brawijaya. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Volume 28,
Suplemen No. 1, 2014.
[KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta (ID): Kemenkes RI
_______ .2013. PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Dirjen Bina Gizi dan KIA.
Mueller C, Compher C, Ellen DM, ASPEN. 2011. Nutrition screening, assessment
and intervention in adults. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition.
35(1):16-24.
Paranginangin Y. 2014. Panduan Asesment Gizi [Internet]. [diakses pada 2015
April 15]. Tersedia pada http://id.scribd.com/doc/247827443/PANDUANASSESMENT-GIZI-doc#scribd
Queensland
Government
of
Health.
2014.
Diakses
pada
http://www.health.qld.gov.au/ diunduh pada April 14, 2015.
Rasmussen. 2009. Opening Up Perspectives on Autonomy and Relatedness in
Parent-Children Dynamics: Anthropological Insights. Journal Of Business
Source Elite Vol. 15 Issue 4, p433-449. 17p. [Online]. Tersedia
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=bsh&AN=45445968&site=ehost-live. [14 April 2015].
Rasmussen HH, Holst M, Kondrup J. 2010. Measuring nutritional risk in
hospitals. Clin Epidemiol. 21: 209-216.
_________. 2010. Measuring Nutritional Risk in Hospital. Clin Epidemiol. 21 :
209:216.
RS Syarif Hidayatullah. 2015. http://www.rssyarifhidayatullah.com. Standar
Nasional Pelayanan Gizi Klinik Indonesia.
Skipper A, Fergusom M, Thompson K, Castellanos VH, dan Porcari J. 2012.
Nutrition Screening Tools: An Analysis of the Evidence. Journal of
LAMPIRAN