Agama Islam 2
Agama Islam 2
AGAMA ISLAM
KEWAJIBAN SEORANG IBU MEMBERI ASI (Air Susu Ibu) dan HUKUM
BANK ASI MENURUT ISLAM SERTA KEMAHRAMANNYA
OLEH :
ATIK ANDINI CITRA J.
17141016B
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
hubungan kemahraman atau nasab antara perempuan yang memiliki air susu dan si bayi
yang menghisap atau meminum susu dengan dua cara tersebut.
Dalam fIkih islam rada dapat menimbulkan kemahraman anatar ibu dan bayi yang
disusuinya.dengan menyusui anak kepada wanita lain maka akan menimbulkan
kemahraman antara wanita dan anak yang diduduinya (anak susuan) beserta segenap
keturunan dan kerabat ibu susuan, sehingga haram bagi anak susuan menikahi mereka.
Pada saat ini ibu muda yang berkarir dan baru memiliki anak kesulitan untuk
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif untuk bayi-bayinya. Dan ada pula bayi
yang tidak menerima ASI (Air Susu Ibu) karena ibunya tidak dapat mengeluarkan ASI,
ibu si bayi meninggal atau ibu si bayi dapat mengeluarkan ASI tetapi mengalami sakit
yang mungkin bayi dapat tertular apabila mengkonsumsi ASI tersebut.
Saat ini gencar dinegara maju mendirikan Bank ASI, dan beberapa tahun terakhir
ini Indonesia mulai membicarakn tentang donor ASI tetapi belum terdapat Bank ASI. Di
Indonesia hanya terdapat layanan di Rumah Sakit untuk menampung siapa yang
membutuhkan dan siapa yang akan mendonor, apabila ada yang membutuhkan maka
Rumah sakit akan menghubungi pihak pendonor tersebut.
B. Pokok Masalah
Melihat dari lata belakang diatas, maka yang menjadi pokok masalah adalah :
a. Apa hukum dasar yang mewajibkan seorang ibu menyusui?
b. Bagaimana hukum islam tentang donor ASI?
c. Bagaimana hukum kemahraman dari ibu persusuan?
d. Bagaimana pandangan islam tentang Bank ASI?
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk menjelaskan kewajiban seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya.
b. Untuk menjelaskan hukum islam tentang donor ASI.
c. Untuk menjelaskan pandangan hukum Islam tentang kemahraman status anak donor
ASI dan ibu yang memberi ASI.
d. Untuk menjelaskan pandangan islam tentang Bank ASI.
BAB II
ISI
(Diharamkan atas kamu mengawini) Ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuan sepersusuan (QS.An-Nisa: 23)
Sumber : http://zuhdidh.blogspot.com/2011/12/hukum-bank-asi.html
Pendapat Pertama
menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh. Di antara alasan
mereka sebagai berikut: Bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi
mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang
mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan cara menghisap puting
payudara perempuan yang mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu
ibunya. Sedangkan dalam bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah
dikemas.
Ulama besar semacam Prof.Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak
menjumpai alasan untuk melarang diadakannya Bank ASI. Asalkan bertujuan untuk
mewujudkan mashlahat syariyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib
dipenuhi.
Beliau cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik dan mulia,
didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun
sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru
dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.
Beliau juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan sebagian air
susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan mendapatkan pahala dari
Allah SWT, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan sebenarnya wanita itu boleh menjual air
susunya, bukan sekadar menyumbangkannya. Sebab di masa Nabi (Muhammad) s.a.w.,
para wanita yang menyusui bayi melakukannya karena faktor mata pencaharian.
Sehingga hukumnya memang diperbolehkan untuk menjual air susu.
Bahkan Al-Qardhawi memandang bahwa institusi yang bergerak dalam bidang
pengumpulan air susu itu yang mensterilkan serta memeliharanya agar dapat dinikmati
oleh bayi-bayi atau anak-anak patut mendapatkan ucapan terima kasih dan mudahmudahan memperoleh pahala.
mencarikan susu sapi sebagai pengganti, kendatipun zaman nabi memang tidak ada susu
formula tapi susu kambing dan sapi sudah ada, . ini berarti bahwa mendirikan Bank ASI
dan donor ASI boleh-boleh saja karena memang Islam tidak mentoleransi susu yang lain
selain susu Ibu sebagai susu pengganti dari susu ibu kandungnya.
Hanya saja pencatatannya harus benar dan kedua keluarga harus dipertemukan
serta diberikan sertifikat. Karena 5 kali meminum susu dari ibu menyebabkan menjadi
mahramnya si anak dengan keluarga si ibu susu. Artinya anak mereka tidak boleh
menikah.
Menurut Prof. Ali, masalah menyusu langsung atau tidak langsung, itu hanya
masalah teknik mengeluarkan susu saja, hukumnya sama. Jika sudah 5 kali meminum
susu maka jatuh hukum mahram kepada keduanya.
Sumber : http://khasan-fauzi.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Bank ASI berdiri karena
kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI bagi tumbuh kembang bayi. Bank ASI
merupakan sarana yang digunakan untuk menampung dan mendistribusikannya kepada
yang membutuhkan.
Saran
Pemberian ASI ke bayi yang berasal dari Bank ASI sebis mungkin dihindari. Lebih baik
menolok mudharat dari pada mengambil kemaslahatan. Agar terhindar dari pencampuran
nasab yang akan menimbulkan masalah baru yang lebih komplek. Tetapi jika memang
dalam keadaan terpaksa dan sangat mendesak dapat menggunakan jasa Bank ASI.
DAFTAR PUSTAKA
http://khasan-fauzi.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://zuhdidh.blogspot.com/2011/12/hukum-bank-asi.html
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-22-23.html