Anda di halaman 1dari 3

SOPHIA SARI ASDINI

118114166
Farmasi D

1. Mengapa di Indonesia sampai saat ini masih terjadi pelanggaran Hak Asasi
Manusia ?
Jawab : Keberadaan HAM di Indonesia masih sangat minim realisasinya di
masyarakat. Undang-undang mengenai HAM hanya menjadi bacaan yang
tidak diimplementasikan secara nyata sehingga tidak mengherankan bila
sampai saat ini pelanggaran HAM masih sering mengisi ruang
pemberitaan media.
Keterpurukan hukum yang ada di Indonesia telah memberikan ruang
gerak pelanggaran HAM yang lebih besar. Karena sebenarnya kunci dari
tegaknya HAM terletak pada integritas hukum, semakin baik hukum suatu
negara, maka akan semakin baik pula penegakan HAM. Begitu sebaliknya,
bila hukum masih limbung dan tidak tegas dalam mengurusi pelanggaran
yang terjadi, akan semakin subur pelanggaran terhadap HAM. Melihat
integritas hukum Indonesia yang kian terpuruk, rasanya masih sulit
berharap tidak ada pelanggaran HAM. Tetapi masih ada sisa-sisa cahaya
benderang, jika masyarakat masih bertekad untuk menempatkan manusia
secara setara, memberikan kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan masih sering terjadinya
pelanggaran hukum di indonesia, antara lain:
rakyat Indonesia masih belum banyak yang memahami tentang
manfaat mempelajari UU yang sebenarnya menyangkut
kepentingannya sehingga memberikan kesempatan kepada pihak

lain untuk melanggarnya


karena tidak mengetahui bahwa hak-hak tersebut dilindungi UU
masih banyak oknum yang melakukan penyalahgunaan wewenang
mayoritas pendidikannya masih rendah
sikap masyarakat yang masih tradisional dan feodal
kondisi sosial dan ekonomi yang masih relatif rendah
LBH belum meyebar kepada seluruh lapisan masyarakat
kondisi sitem politik yang masih memerlukan pemantapan
rule of law masih dalam taraf pengembangan dan penyempurnaan

2. Mengapa di Indonesia masih ada sanksi hukuman mati, apakah tidak


bertentangan dengan pasal 28 A, Hak setiap orang untuk hidup ?
Jawab : Hukuman mati secara substansial bertentangan dengan hak asasi
manusia, sebaliknya terpidana mati juga melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan hak asasi manusia. Berdasarkan kejadian akhir-akhir


ini, maka hukuman mati masih dapat diberlakukan di Indonesia, tetapi
khusus diterapkan pada kejahatan-kejahatan atau pidanaberat yang
berhubungan dengan terorisme dan pengedaran narkoba secara
terorganisasi serta korupsi. Sedangkan kejahatan-kejahatan lainnya cukup
diterapkan hukuman penjara seumur hidup atau pidana penjara
sementara. Hukuman mati masih dipraktekkan di Indonesia sampai
dengan saat ini, terutama untuk beberapa tindak pidana berat, seperti
pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP), peredaran narkotika, dan
terorisme. Namun memang akan terjadi kontradiksi jika kemudian kita
melihat ketentuan mengenai hak hidup dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (UUDNRI 1945) dalam Bab XA mengenai
Hak Asasi Manusia, khususnya pada Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1).
UUDNRI merupakan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Pasal 28A
menyatakan bahwa Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sedangkan Pasal 28I
menyatakan bahwa Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Ke dua
pasal ini secara eksplisit menegaskan bahwa hak hidup serta hak
mempertahankan hidup dan kehidupan merupakan suatu hak yang
mendasar. Jika ke dua pasal ini dikaitkan dengan penerapan hukuman
mati, maka secara jelas dapat dikatakan bahwa penerapan hukuman mati
bertentangan denganhak asasi manusia.
Dalam pasal 28J ayat (1) UUDNRI 1945 menjelaskan bahwa HAM
seseorang itu dibatasi oleh HAM orang lain dan juga peraturan perundangundangan. Jelaslah bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan yang
diancam dengan hukuman mati, telah melanggar HAM orang lain dan juga
peraturan perundang-undangan yang membatasi HAM itu. Oleh sebab itu
negara berkewajiban untuk memenuhi rasa keadilan korban dan
masyarakat dengan menerapkan hukuman yang setimpal atas perbuatan
terpidana. Pasal 28I ayat (4) UUDNRI 1945 menegaskan bahwa
perlindungan HAM merupakan tanggung jawab negara, khususnya
pemerintah. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
melindungi hak asasi manusia tersebut adalah dengan memberikan

hukuman yang berat (maksimal) bagi para pelanggar hak asasi manusia,
salah satunya adalah hukuman mati.
Ada 2 pemikiran mengenai penetepan sanksi hukuman mati di Indonesia,
yaitu :
Kelompok yang kontra terhadap pelaksanaan hukuman mati dan kelompok
yang pro terhadap pelaksanaan hukuman mati.
3. Bagaimana knsep kedaulatan dalam UUD 1945 ?
Jawab : Secara implisit konsep kedaulatan negara itu terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang mengakui adanya hak kemerdekaan setiap
negara dengan menolak tegas adanya kolonialisme dan segala bentuk
penjajahan. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kedaulatan negara ini mengandung arti bahwa negara haruslah
mempunyai sebuah kedaulatan penuh dalam semua aspek kehidupannya.
Setiap negara yang merdeka dan bebas dari penjajahan akan dapat
memiliki kemandirian dalam semua aspek kehidupan terutama dalam
bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Kedaulatan negara juga tercermin dalam Pasal 30 ayat (3) UUD 1945:
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara
Rumusan Pasal 30 ayat (3) UUD 1945 tersebut mencerminkan bahwa NKRI
memiliki suatu kedaulatan negara yang mana kedaulatan negara yang
tercermin dalam kedaulatan wilayah dijaga oleh TNI.

Anda mungkin juga menyukai