PKPS-BBM
PROGRAM KOMPENSASI PENGURANGAN SUBSIDI BBM UNTUK PRASARANA DESA
Draft I
27 Pebruari 2005
Petunjuk Pelaksanaan
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak
(PKPS-BBM)
Bidang Infrastruktur Perdesaan
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_6/279521857.doc
Daftar Isi
Daftar Isi
Bab 1
UMUM
1.2 Maksud
1.3. Tujuan
1.4. Sasaran
1.5. Prinsip
1.6. Pendekatan
Bab 2
JENIS PRASARANA, KRITERIA, DAN INDIKATOR
KEBERHASILAN
5
5
5
5
5
2.4.2. Kriteria Irigasi Desa, Embung, Bendung Sederhana, dan Air Tanah
2.4.2.1. Irigasi Desa
2.4.2.2. Embung
2.4.2.3. Bendung Sederhana
2.4.2.4. Air Tanah/Mata Air
5
6
6
6
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
10
10
12
13
13
13
15
Bab 3
MEKANISME PENGELOLAAN
16
16
16
16
17
17
17
25
27
30
30
30
3.2.3.1. Monitoring
3.2.3.2. Evaluasi
31
31
3.2.4. Pemeriksaan
31
Bab 4
PENDANAAN
32
32
34
34
34
34
Bab 5
ORGANISASI
37
37
37
38
38
38
39
39
39
40
40
40
Bab 6
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
ii
PELAPORAN
43
43
44
Bab 7
PENUTUP
Lampiran
1. Jadwal Pelaksanaan
48
49
iii
Bab 1
UMUM
1.3. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas dengan cara:
a. Memberikan aksesibilitas kepada masyarakat di perdesaan.
b. Mengurangi pengeluaran masyarakat.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat.
d. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan konstruksi dan industri konstruksi.
1.4. Sasaran
a. Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, handal,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
b. Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur
perdesaan.
c. Meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat perdesaan.
d. Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator masyarakat dalam
pembangunan di perdesaan.
e. Mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur perdesaan.
1.5. Prinsip
Prinsip-prinsip penyelenggaraan Program adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga diperoleh dukungan dari masyarakat
(acceptable). Hal ini berlaku baik pada pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis,
penentuan mekanisme pelaksanaan kegiatan pembangunan, maupun pada penetapan
mekanisme pengelolaan prasarana perdesaan terbangun.
2. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh
semua unsur masyarakat (transparent) melalui penyediaan media komunikasi dan informasi
yang akurat dan mudah diakses oleh masyarakat.
3. Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dalam hal
ketepatan sasaran, ketepatan waktu, ketepatan pembiayaan, dan ketepatan mutu pekerjaan.
4. Penyelenggaraan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara
berkelanjutan (sustainable) yang ditandai dengan adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan
pengelolaan prasarana perdesaan yang mandiri oleh masyarakat.
1.6. Pendekatan
Program PKPS-BBM bidang Infrastruktur merupakan program pembangunan yang berkualitas
dengan pendekatan pemberdayaan dan partispasi masyarakat melalui:
1. Pembangunan yang berkualitas, semua infrastruktur yang dibangun harus memenuhi standar
teknik yang telah ditetapkan;
2. Keberpihakan kepada yang miskin, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun
pemanfaatan hasil kepada penduduk miskin;
Bab 2
JENIS PRASARANA, KRITERIA, DAN INDIKATOR
KEBERHASILAN
Sasaran lokasi penerima Program diutamakan pada kelompok masyarakat miskin di 11.140
desa tertinggal sesuai kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dan dengan porsi yang lebih besar (75 %
dari pagu dana) dialokasikan kepada kabupaten tertinggal sesuai data yang dikeluarkan oleh
Kantor Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal serta porsi selebihnya (25 %
dari pagu dana) dialokasikan kepada kabupaten/kota lainnya yang membutuhkan prasarana.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, Tim Koordinasi Pusat menyusun ancar-ancar alokasi dana
untuk setiap kabupaten/kota yang selanjutnya akan ditajamkan dan ditetapkan setelah
mendapatkan informasi rencana program dari setiap desa/kecamatan/kabupaten/kota setelah
melalui proses musyawarah kecamatan dan desa (dijelaskan pada Bab 3).
2.3.2. Kriteria Penetapan Desa pada Tahap Pelaksanaan
Desa-desa yang direkomendasikan untuk mendapatkan program PKPS BBM Bidang Infrastruktur
Perdesaan ini akan ditetapkan melalui proses sebagai berikut:
1. Tim Pokja Kecamatan mengevaluasi kondisi desa-desa dalam kecamatan tersebut
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Sumber Daya Manusia (SDM), dengan item-item seperti Jumlah Penduduk Miskin, Tingkat
Pendidikan Masyarakat, Tingkat Kesehatan Masyarakat, dll
b. Infrastruktur: Jumlah Prasarana Dasar Masyarakat, Prasarana Pendukung Aksessibilitas
Masyarakat, Prasarana Pendukung Komunikasi, dll
c. Karakteristik Daerah, dan
d. Kemampuan Fiskal.
2. Tim Pokja Kecamatan mengusulkan lokasi desa dan ancar-ancar kegiatan untuk dibawa ke
tingkat kabupaten/kota dalam rangka sinkronisasi.
3. Tim Koordinasi Kabupaten dan Tim Koordinasi Propinsi menelaah kesesuaian usulan lokasi
dan jenis prasarana sesuai dengan tugasnya masing-masing dan selanjutnya menyampaikan
hasil pemilihan lokasi dan jenis prasarana kepada Tim Koordinasi Pusat.
4. Tim Koordinasi Pusat menetapkan pagu per kabupaten/kota berdasarkan hasil evaluasi Tim
Koordinasi Propinsi dan ancar-ancar pagu kabupaten/kota yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.4. Kriteria Khusus
2.4.1. Kriteria Jalan Desa, Jembatan Desa, dan Tambatan Perahu
Jenis prasarana air bersih sebagai solusi teknis yang dibangun melalui PKPS-BBM dipilih atas
dasar kesepakatan antara pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat setempat serta
disesuaikan dengan situasi lokasi setempat. Prasarana air bersih yang dibangun berupa Sistem
Penyediaan Air Bersih Sederhana (SiPAS) yang melayani + 1.000 jiwa dan dapat berupa:
1. Perlindungan Mata Air (PMA), sistem gravitasi atau sistem pemompaan, yang terdiri bangunan
penangkap mata air, pompa dan sumber daya listrik (untuk PMA sistem pemompaan)
perpipaan dan hidran umum (HU)
2. Sumur Dalam (SD) yang terdiri dari bangunan sumur dalam, pompa, sumber daya listrik,
perpipaan dan perlengkapannya, serta HU
3. Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) yang terdiri dari bangunan pengambilan air baku,
bangunan pengolahan air, pompa, dan sumber daya listrik, perpipaan dan perlengkapannya,
serta HU
4. Penampungan Air Hujan (PAH) Komunal yang terdiri dari bangunan penampung air hujan,
pompa, dan sumber daya listrik
5. Solusi teknis lain sesuai dengan kondisi daerah yang sebelum pelaksanaannya perlu
dikonsultasikan instansi teknis di kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam penyediaan
air bersih.
2.5. Indikator Keberhasilan
1. Masyarakat sasaran menempuh perjalanan menuju pusat perekonomian masyarakat
perdesaan lebih singkat dan lebih murah dari sebelum.
2. Masyarakat sasaran mendapatkan air untuk minum dan irigasi lebih terjamin dari pada
sebelumnya
3. Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang menjamin keberlanjutan pemanfaatan
infrastruktur hasil pelaksanaan program
4. Lebih banyaknya masyarakat miskin yang mendapatkan kemudahan dan manfaat dari
infrastruktur yang dibangun.
5. Adanya 3 T yaitu tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat mutu.
2.6. Solusi Teknik dan Spesifikasi Teknik
2.6.1. Jalan Desa dan Jembatan Desa
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 2.2.
Jenis, Ukuran dan Jarak Pemasangan
Jenis
Ukuran
Jarak Maksimal
6 x 12 cm
1m
8 x 12 cm
1.5 m
Tiang
8 x 15 cm
1.75 m
15 x 15 cm
2m
5 x 10 cm
1.5 m
Sekur
6 x 12 cm
2m
8 x 12 cm
1.5 m
Gelagar Melintang
8 x 15 cm
2m
8 x 12 cm
1.5 m
Gelagar Memanjang
8 x 15 cm
2m
3 x 20 cm
Rapat
Lantai
3 x 30 cm
Rapat
Karung
Sesuai kebutuhan
Pasir
Sesuai kebutuhan
Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I dan kayu
untuk tingkat keawetan kayu awet kelas I
Tiang pancang kayu
a. pemancangan sampai tanah keras atau kedalaman 6 m,
b. pada bagian ujung bagian atas tiang pancang kayu dilapisi plat baja dan bagian bawah
dibuat runcing untuk memudahkan masuk kedalam tanah
c. penyambungan tiang menggunakan plat baja ketebalan 3 sampai 5 mm dan mur baut
berdiameter 12 mm, panjang sesuai ketebalan kayu;
d. pemancangan menggunakan tripod dari bahan kayu dolken atau bambu;
e. pada bagian atas tripod dilengkapi dengan katrol, tambang dan palu beton berukuran 30
x 30 x 40 cm;
f. pemancangan dihentikan setelah penurunan kumulatif 5 cm pada 10 kali pukulan terakhir
dengan tinggi jatuh palu beton 60 cm.
Sekur penguat tiang pancang
Menggunakan kayu berukuran 5x 10 atau 6x 12 cm dipasang pada bagian bawah tiang
pancang dan diatas tanah dasar sungai atau dasar laut, dengan menggunakan mur baut
diameter 12 mm
Gelagar melintang dan memanjang
Menggunakan kayu berukuran 8x12 atau 8x15 cm dipasang berjarak 1.5 sampai 2 m dengan
menggunakan mur baut berdiameter 12 mm.
Papan lantai
Menggunakan bahan kayu berukuran 3x20 atau 3x30 cm, dipasang rapat diperkuat dengan
paku 7 sampai 10 cm.
Patok tambat
Patok tambat harus mengikuti ketentuan sebagai berikut
a. menggunakan patok besi berdiameter 5 sampal 10 cm, dengan alas plat baja ukuran
tebal 5 mm, panjang 20 cm dan lebar 12 cm;
b. dipasang diatas Iantai tambatan.
c. Alas plat baja diperkuat dengan menggunakan 4 buah mur baut berdiameter 12 mm,
sampai dengan gelagar memanjang
10
Gambar 2.1
Kebutuhan
pelayanan air
minum
Tidak
Sumber air
permukaan?
Ya
Kuantitas
cukup?
Tidak
Ya
Ya
Kualitas
baik?
Tidak
Pengolahan air
minum
Ya
Gravitasi?
Tidak
Mata
air?
Peta geohidrologi
Kuantitas
cukup?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Distribusi dengan
HU/SR/TA
Sistem pompa
Kualitas
baik?
Tidak
- Peta geohidrologi
- Sumur
eksisiting
- Sumur
observasi
Pengolahan air
minum
Tidak
Ya
Distribusi dengan
HU/SR/TA
Sistem pompa
Tidak
Ya
Kuantitas
cukup?
Ya
Ya
Gravitasi?
Air tanah
dangkal?
- Sumur pompa
tangan
- Sumur timba
Tidak
Tidak
Survey geolistrik
Tidak
Air tanah
sedang/
dalam?
Ya
Kuantitas
cukup?
Tidak
Penampungan air
hujan
Ya
Kualitas
baik?
Ya
Tidak
Pengolahan air
minum
Distribusi dengan
HU/SR/TA
11
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
a.
12
Pompa tangan sebanyak 3 (tiga) unit setiap bangunan PAH atau pompa listrik kapasitas
17 liter/menit sebanyak 1 (satu) unit
c.
Sumber Daya Listrik
PLN atau generator set
2.6.2.3
Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis untuk Bangunan Penangkap Mata Air, Bangunan Sumur Dalam, Bangunan
Pengambilan Air Baku dan Bangunan Pengolahan Air dapat dilihat pada gambar terlampir.
1. Bangunan Penampung Air Hujan
a.
Terbuat dari bahan figerglass, atau pasangan batu bata yang dilengkapi dengan
geomembran/geotextile
b.
Detil gambar Bangunan Penampung Air Hujan sesuai gambar terlampir
2. Perpipaan dan Perlengkapannya
a.
b.
c.
3. Hidran Umum
a.
Terbuat dari bahan fiberglass (FG), atau bahan polyethylene (PE), atau pasangan
bata/batu
b.
Untuk bahan fiberglass (FG) tebal badan, dasar dan dinding tangki minimal 3 mm
4. Pompa
a.
b.
Ukuran 3 x 4 m2
Konstruksi dinding pasangan bata/batako, atap seng.
Kebutuhan pelayanan
Sumber air baku
Kualitas dan Kuantitas air baku
Peta Geohidrologi
Data Curah Hujan
Data Geologi
13
Gambar 2.2
Kebutuhan
pelayanan Irigasi
Ya
Kuantitas
cukup?
Tidak
Sumber air
permukaa/Mata
Air
Tidak
- Peta geohidrologi
- Sumur
eksisiting
- Sumur
observasi
Tidak
Air tanah
Ya
Ya
Kualitas
baik?
Tidak
Kuantitas
cukup?
Tidak bisa dipakai
Tidak
- Peta Topografi
- Data Curah
Hujan
Ya
- Sawah tadah
hujan
- Data Geologi
Ya
Embung
Ya
Ya
Gravitasi?
Tidak
Kualitas
baik?
Tidak
Bendung
Distribusi ke sawah
Ya
Ya
Ya
Tanah porous
Pompa
Bangunan sodetan
Ya
Ya
Ya
Saluran terbuka
dengan pasangan
Saluran terbuka
dengan pasangan
Distribusi ke sawah
Distribusi ke sawah
Ya
Saluran tanpa
pasangan
Ya
Ya
Tanah porous
Tidak
Tidak
Saluran tanpa
pasangan
Tanah Porous
Tidak
Saluran tanpa
pasangan/pipa
Ya
Saluran dengan
pasangan/pipa
14
15
Bab 3
MEKANISME PENGELOLAAN
3.1. Mekanisme Penyusunan Program
1. Tim Koordinasi Pusat menetapkan pedoman dan kriteria lokasi dan jenis prasarana
perdesaan.
2. Tim Koordinasi Pusat menyampaikan rancangan program kepada kabupaten prioritas melalui
Tim Koordinasi Propinsi ke Tim Koordinasi Kabupaten.
3. Tim Koordinasi Kabupaten memintakan kepada Kelompok Kerja Kecamatan (Pokja
Kecamatan) untuk menyelenggarakan proses pemilihan lokasi dan jenis prasarana perdesaan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Tim Koordinasi Pusat dan usulan program dari
OMS/desa.
4. Tim Koordinasi Kabupaten menelaah kesesuaian usulan lokasi dan jenis prasarana dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan selanjutnya menyampaikan hasil pemilihan lokasi dan jenis
prasarana kepada Tim Koordinasi Propinsi.
5. Tim Koordinasi Propinsi mengevaluasi dan menyampaikan hasil evaluasi ke Tim Koordinasi
Pusat.
6. Tim Koordinasi Pusat menetapkan lokasi, jenis prasarana, dan ancar-ancar pagu per
kabupaten.
3.2. Mekanisme Pengelolaan Program
Mekanisme pengelolaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi kegiatan
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi, serta Pemanfaatan dan
Pemeliharaan.
3.2.1. Persiapan
Agar PKPS BBM ini berhasil dan sesuai dengan tujuan dan sasarannya maka dibutuhkan suatu
kegiatan persiapan yang matang, diketahui dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat,
baik di jajaran pemerintahan maupun masyarakat yang akan berperan sebagai pelaksana dan
mendapatkan manfaatannya.
Perlu ditumbuh kembangkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam melakukan setiap
langkah kegiatan yaitu pemahaman mengapa, apa dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
Hal ini sesuai dengan hakekat partisipasi masyarakat tidak berarti hanya menyerahkan keputusan
kepada masyarakat, namun juga mendorong masyarakat paham terhadap resiko, tanggung jawab
dan hak serta kewajiban yang timbul dari segala konsekuensi atas keputusan yang akan diambil.
Persiapan yang dilaksanakan antara lain :
1. Pengorganisasian PKPS-BBM, kejelasanan tata peran darisemua pihak yang terkait
2. Sosialisasi yang dilakukan secara terencana dan terpadu.
16
Perencanaan dalam PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi penetapan kebijakan
umum, kebijakan teknis dan pelaksanaan, penetapan lokasi, dan alokasi anggaran.
1. Penetapan kebijakan umum merupakan keputusan tentang ketentuan-ketentuan pokok yang
menjadi acuan pelaku dan pemanfaat PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan.
2. Lokasi desa sasaran PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dipilih berdasarkan kriteria
desa tertinggal yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
3. Penetapan alokasi dana bantuan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen
PU dan Instansi terkait dalam Tim Koordinasi Pusat dengan menerbitkan dokumen anggaran
dengan lampiran daftar kecamatan bagi desa tertinggal yang mendapat dana PKPS BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan.
3.2.2. Pelaksanaan dan Pengendalian
17
18
Target sosialisasi dan desiminasi tingkat propinsi ditujukan pada seluruh Gubernur dan Kepala
Daerah dan apabila memungkinkan dapat dihadiri oleh staf dari pemerintah daerah dengan
pendanaan dari masing-masing pemerintah daerah. Selain itu pada sosialisasi ini diundang pula
secara luas DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, Tokoh Masyarakat.
Selain itu pada sosialisasi ini ditujukan pula untuk menyamakan persepsi bagi Konsultan
Manajemen Kabupaten/Kota (KMK).
8. Sosialisasi Tingkat Kabupaten
Sosialisasi tingkat kabupaten dilaksanakan dan dipersiapkan oleh Konsultan Manajemen Regional
(KMR) dengan berkoordinasi dengan TKPr dan TKK dari masing-masing pemerintah daerah.
Dalam sosialisasi ini diharapkan dapat dihadiri oleh DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Universitas, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok/Organisasi Masyarakat. Pada sosialisasi tingkat
kabupaten/kota ini juga ditujukan untuk menyamakan persepsi bagi Fasilitator Kecamatan.
9. Sosialisasi Tingkat Kecamatan dan Desa
Sosialisasi tingkat kecamatan dan desa dilaksanakan di kota kecamatan. Tujuan dari sosialisasi ini
untuk menyebar luaskan informasi pada tataran kecamatan dan desa. Hasil dari sosialisasi ini
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan di tataran desa. Sosialisasi ini mengundang Muspida
Kecamatan, Staf Desa, Badan Permusyarahan Desa (BPD), Lembaga Swadaya Masyarakat,
kelompok masyarakat dan masyarakat umum. Sosialisasi ini dilaksanakan oleh Konsultan
Manajemen Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan dengan berkoordinasi dengan TKK (Tim
Koordinasi Kabupaten/Kota).
10. Musyawarah Desa I (Pembentukan OMS dan FD)
Pembentukan organisasi masyarakat dan penentuan fasilitator desa dilakukan melalui
musyawarah desa yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan. Dalam kegiatan ini, Fasilitator
Kecamatan (FK) bersama Pokja perlu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat
sekaligus melakukan identifikasi lembaga/organisasi masyarakat eksisting bersama-sama dengan
masyarakat.
Apabila memungkinkan dan dengan mempertimbangkan kondisi dari organisasi masyarakat
setempat, dimungkinkan tidak perlu membentuk organisasi baru. Namun apabila organisasi
masyarakat yang ada masuk dalam kategori belum mampu, atau tidak akuntabel dapat diputuskan
untuk membentuk organisasi baru.
Dalam penentuan ataupun pemilihan organisasi masyarakat diperluakan adanya dukungan dari
kepala desa, dengan demikian FK dapat menjembatani pembentukan atau pemilihan organisasi
masyarakat setempat (OMS) dengan efektif.
Dalam mendukung pencapaian sasaran, dalam pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur
perdesaan ditunjuk fasilitator desa (FD). Fasilitator desa diharapkan berasal dari masyarakat
setempat yang mampu menjadi kader pemberdayaan yang mampu mendorong masyarakat untuk
mampu melaksanakan kegiatan dengan benar. Tugas dan fungsi dari FD, yang perlu disampaikan
sebelumnya, terutama adalah mampu menjadi narasumber, mampu menjadi mediator, mampu
menjadi pengarah, dan mampu menjadi perangsang atau penantang bagi masyarakat untuk
melaksanakan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan dengan optimal.
Fasilitator Desa (FD) diharapkan dapat segera mempersiapkan diri secara matang dengan
mempelajari kondisi dan situasi sosial, ekonomi, budaya, sumberdata serta permasalahan
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
19
infrastruktur yang krusial. Dalam mempersiapkan diri tersebut, akan didukung oleh Fasilitator
Kecamatan (FD), dan apabila dibutuhkan dapat didukung pula oleh KMK (Konsultan Manajemen
Kabupaten/Kota). Diharapkan hasil dari persiapan tersebut, dapat dipergunakan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mengerti dan mengidentifikasi permasalahan di desanya pada
tahap Musyawarah Masyarakat II (Identifikasi Permasalahan).
11. Musyawarah Desa II (Identifikasi Permasalahan)
Musyawarah desa bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi terkait
dengan infrastruktur perdesaan. Pada musyawarah desa ini dipersiapkan oleh Fasilitator Desa
(FD) dengan bantuan Fasilitator Kecamatan (FK). Pada musyawarah desa diharapkan dapat
dibentuk dalam diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion). Melalui diskusi kelompok
terfokus diharapkan mampu diidentifikasi permasalah dari temuan-temuan di lapangan yang dapat
dituangkan dalam Rumusan Kondisi Saat Ini. Rumusan Kondisi Saat Ini berupa gambaran
hubungan sebab-akibat dan prioritas masalah pada tingkat kelurahan/desa. Dengan mencakup
pada gambaran hubungan sebab-akibat dan prioritas masalah ditindak lanjuti dengan prioritas
permasalahan yang kemudian ditindak lanjuti dengan penyusunan pemecahan permasalahan.
Hasil dari musyawarah desa ini menjadi bahan bagi penyusunan rencana kegiatan.
Mekanisme musyawarah desa untuk identifikasi dapat dijabarkan pada gambar berikut ini.
Paparan Kondisi dan
Permasalahan Awal
Kelompok
Diskusi
Kelompok
Diskusi
Kelompok
Diskusi
Pleno Pembahasan
Hasil Diskusi Kelompok
DAFTAR URUTAN
PRIORITAS USULAN
KEGIATAN DESA
Gambar 1.
Mekanisme Musyawarah Masyarakat II
12. Penyusunan Rencana Kegiatan (preliminary)
Penyusunan rencana kegiatan dilakukan oleh Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dibantu
dengan Fasilitator Desa (FD) dan didukung Fasilitator Kecamatan (FK). Hasil ini ditindak lanjuti
dengan penyusunan rencana kegiatan yang terdiri dari: (a)Latar belakang yang mendasari
kegiatan pembangunan infrastruktur yang didanai melalui PKPS-BBM bidang infrastruktur
perdesaan. (b) Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur perdesaan. Tujuan merupakan rumusan rencana yang ingin dicapai (apabila
memungkinkan dijabarkan dari visi dan misi pembangunan yang hendak dicapai) pada tingkat
desa, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan; (c)
Manfaat pekerjaan terhadap masyarakat dan lingkungan hidup kelurahan/desa; (d) Pelaksanaan
pekerjaan, baik yang berhubungan dana, waktu, pelaksana, dan pelaku-pelaku lain yang mungkin
20
terlibat; (e) Mekanisme pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan; (f) Lampiran gambar desain
awal.
13. Verifikasi Rencana Kegiatan Desa dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
Verifikasi rencana kegiatan desa dengan pemerintah Kabupaten/Kota, dalam hal ini TKK (Tim
Koordinasi Kabupaten/Kota) dilakukan bersama dengan Pokja Kecamatan, Fasilitator Desa, dan
Fasilitator Kecamatan. Verifikasi ini ditujukan untuk menyelaraskan rencana kegiatan desa yang
sudah diwujudkan pada rencana kegiatan. Dari rencana kegiatan yang diusulkan diselaraskan
dengan rencana pembangunan pemerintah daerah, kriteria teknis yang ada, dan prioritas
pembangunan daerah, dengan demikian dapat diminimalisasikan pendanaan pembangunan yang
saling tumpang-tindih. Pada verifikasi ini, dapat dilakukan kunjungan lapangan oleh TKK (Tim
Koordinasi Kabupaten/Kota) untuk mengetahui situasi dan kondisi lapangan.
14. Finalisasi Usulan Kegiatan
Hasil verifikasi kegiatan apabila dapat dilanjutkan, maka Fasilitator Desa bersama dengan
Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dan didukung oleh Fasilitator Kecamatan melakukan
finalisasi dari usulan kegiatan. Pada tahap ini, untuk kajian teknis dan bantuan teknis dapat
didukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK). Finalisasi ini dilengkapi dengan hasil
verifikasi dengan pihak TKK (Tim Koordinasi Kabupaten/Kota) dan Pokja (Kelompok Kerja)
Kecamatan.
15. Pembuatan DED dan RAB
Hasil verifikasi kegiatan apabila dapat dilanjutkan, maka Fasilitator Desa bersama dengan
Organisasi Masyarakat Sekitar (OMS) dan didukung oleh Fasilitator Kecamatan melakukan
finalisasi dari usulan kegiatan. Pada tahap finalisasi kegiatan dilakukan antara lain:
a.
Penyusunan desain dan analisis infrastruktur perdesaan;
b.
Pembuatan gambar desain infrastruktur perdesaan (DED);
c.
Perhitungan rencana anggaran dan biaya (RAB);
d.
Rencana pelaksanaan dan rencana pembiayaan.
Pada tahap ini, untuk kajian teknis dan bantuan teknis dapat didukung oleh Konsultan Manajemen
Kabupaten/Kota (KMK)
16. Musyawarah Desa III(Mekanisme Pelaksanaan)
Musyawarah desa tahap II mengagendakan mekanisme dan rencana pelaksanaan pembangunan
infrastruktur. Pada tahap ini diharapkan dapat dicapai kesepakatan masyarakat mengenai
pelaksanaan, apakah akan dilaksanakan secara swadaya atau dengan bantuan pihak ketiga.
Pada musyawarah ini juga disampaikan mengenai rencana detail pelaksanaan yang mencakup
jadual pelaksanaan, mekanisme, sumberdaya dan apabila ada pengadaan lahan. Khusus untuk
pengadaan lahan harus disiapkan secara mandiri oleh masyarakat.
Dalam musyawarah ini ditentukan pula penanggung jawab pelaksana kegiatan di tingkat desa.
Penanggung jawab tingkat desa akan mewakili dalam mencairkan dana apabila pelaksanaan
dilakukan dengan swakelola. Sedangkan apabila kegiatan dilakukan dengan dukungan pihak
ketiga (Kontraktor), maka pencairan dapat dilakukan langsung kepada pihak kontraktor.
17. Pembentukan Kelompok Pengguna Prasarana (KPP)
Pada musyawarah desa III ini dibentuk pula Kelompok Pengguna Prasarana (KPP). Kelompok
Pengguna Prasarana ditunjuk oleh masyarakat, terutama yang menjadi target pengguna
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
21
(beneficiary) dari adanya prasarana perdesaan yang dibangun. Kelompok ini nantinya
bertanggung jawab terhadap terhadap operasi dan pemeliharaan dalam upaya melestarikan
prasarana yang ada. KPP diharapkan juga mulai bekerja dalam tahap pelaksanaan pembangunan,
sehingga sejak awal dapat dicapai adanya rasa kepemilikan bersama. Selain itu dengan adanya
mekanisme pengawasan dari KPP akan mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dari
adanya PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.
18. Sinkronisasi dan Konsolidasi Rencana Kegiatan Tingkat Kecamatan
Sinkronisasi dan konsolidasi rencana kegiatan tingkat kecamatan dilaksanakan bersama antara
Pokja Kecamatan dengan Fasilitator Kecamatan (FK). Pada tahap ini dilakukan sinkronisasi dan
konsolidasi dari keseluruhan usulan yang masuk (yang sudah final/sudah dilakukan verifikasi
rencana dengan pemerintah Kabupaten/Kota). Melalui kegiatan ini dapat dipantau keseluruhan
kegiatan yang berada pada tataran kecamatan, dengan demikian akan mempermudah mekanisme
monitoring dan evaluasi kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. Laporan konsolidasi
dan verifikasi kecamatan kemudian dilaporkan/diteruskan oleh Pokja Kecamatan kepada Tim
Koordinasi Kabupaten/Kota.
19. Konsolidasi dan Validasi Rencana Kegiatan Tingkat Kabupaten
Konsolidasi dan validasi rencana kegiatan tingkat Kabupaten dilakukan oleh TKK (Tim Koordinasi
Kabupaten/Kota) bersama dengan KMK (Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota). Dalam kegiatan
ini dikonsolidasi seluruh usulan kegiatan yang telah tercakup dalam hasil konsolidasi pada tingkat
kecamatan.
Konsolidasi dan verifikasi ini dilakukan untuk mempersiapkan masukan bagi penyusunan
pelaksanaan. Dengan mendasarkan pada konsolidasi dan validasi rencana kegiatan ini dapat
dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan melalui kontrak kerja antara organisasi
masyarakat sekitar (OMS). Hasil konsolidasi dan validasi rencana kegiatan tingkat kabupaten
kemudian dilaporkan diteruskan kepada Tim Koordinasi Propinsi (TKPr).
20. Sinkronisasi dan Konsolidasi Program Tingkat Propinsi
Sinkronisasi dan konsolidasi program tingkat propinsi dilakukan oleh TKPr (Tim Koordinasi
Propinsi) dengan didukung oleh Konsultan Manajemen Regional (KMR). Dalam konsolidasi ini
dilakukan dari bahan dari konsolidasi kabupaten. Dari hasil ini dapat dirangkum rencana kegiatan
dan pendanaan dari masing-masing kabupaten. Hasil dari kegiatan ini dilaporkan kepada TKP
(Tim Koordinasi Pusat) oleh TKPr (Tim Koordinasi Propinsi). Sedangkan hasil konsolidasi tingkat
propinsi kemudian dikonsolidasikan oleh KMR (Konsultan Manajemen Regional) untuk menjadi
rencana kegiatan tingkat regional.
21. Konsolidasi Persiapan Pelaksanaan Program Nasional di Pusat
Hasil dari laporan TKPr (Tim Koordinasi Propinsi) di tingkat pusat dikonsolidasi untuk menjadi
rekapitulasi kegiatan untuk seluruh desa. Hasil konsolidasi kemudian perlu dilakukan cross-check
dengan hasil dari Konsultan Manajemen Pusat (KMP) yang mengkompilasi laporan dari Konsultan
Manajemen Regional (KMR).
22. Penandatanganan Kontrak Pelaksanaan
Hasil dari musyawarah masyarakat yang memutuskan mekanisme pelaksanaan, kemudian
ditindak lanjuti dengan penanda-tanganan kontrak kerja antara organisasi masyarakat sekitar
(OMS) atau pihak ketiga dengan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pembuatan kontrak
22
disarankan agar mekanisme pembayaran dilakukan dengan mekanisme progress lapangan dan
dilakukan dalam tiga tahapan.
Dengan demikian pembayaran dapat dijabarkan menjadi 40% dari total dana dibayarkan pada
awal pelaksaan kegiatan, 40% dibayarkan pada saat progress pelaksanaan kegiatan sudah
mencapai 40%, dan sisanya sebesarnya 20% dari total dana,dilaksanakan pada saat serah terima
operasional hasil kegiatan.
23. Pelaksanaan Fisik Infrastruktur Perdesaan
Pelaksanaan fisik infrastruktur perdesaan dilaksanakan segera setelah penandatangan kontrak
dilaksanakan. Pada tahap pelaksanaan ini diharapkan untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas, masyarakat diharapkan turut berperan aktif dalam pelaksanaannya, baik
pelaksanaan tersebut dilakukan secara swadaya maupun dengan bantuan pihak ketiga.
Pada tahap ini, fasilitator desa bertanggung jawab terhadap monitoring pelaksanaan kegiatan di
lapangan bersama-sama dengan Fasilitator Kecamatan, dan didukung oleh Konsultan Manajemen
Kabupaten/Kota.
24. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh semua pihak, baik dari masyarakat, KPP,
FD, PokJA Kecamatan, Kepala Desa, TKK. Dalam tahap ini merupakan tahapan yang krusial,
untuk itu diharapkan masyarakat secara luas mampu melaksanakan fungsi kontrol untuk
mengendalian: (a) Pengendalian Kualitas Bahan dan Material; (b) Pengendalian Dimensi; (c)
Pengendalian Keuangan; (d) Pengendalian Sumbangan Masyarakat.
Terkait dengan pengendalian sumbangan masyarakat, dimungkinkan apabila terdapat sumbangan
sukarela dari masyarakat yang mampu. Untuk mengoptimalkan sumbangan masyarakat
diperlukan sosialisasi kepada masyarakat awal serta metoda pengumpulannya dengan cara
mencatat sumbangan masyarakaat yang terealisasi pada setiap tahapan pencairan dana.
25. Serah Terima Hasil Pekerjaan
Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah fisik infrastruktur di lapangan selesai dilaksanakan,
dan operasionalisasi prasarana perdesaan yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan
bermanfaat. Pada serah terima kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota, sesuai dengan surat
perjanjian kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya.
Selanjutnya untuk pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dan untuk mengefektifkan prasarana,
TKK menyerahkan kepada KPP (Kelompok Pengguna Prasarana) yang telah dibentuk di
masyarakat.
Untuk detail urutan pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan di tingkat masyarakat
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
23
Gambar 3.1.
Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan
TINGKAT MASYARAKAT
TINGKAT KECAMATAN/KAB./KOTA
SOSIALISASI
Tingkat Kecamatan dan Desa
MUSYAWARAH I
Pembentukan OMS & FD
MUSYAWARAH II
Identifikasi Permasalahan
PENYUSUNAN RENCANA
KEGIATAN
FINALISASI USULAN
KONSOLIDASI DAN
SINKRONISASI KEGIATAN
MUSYAWARAH III
Persiapan Pelaksanaan
Pembentukan KPP
KONTRAK PELAKSANAAN
OMS Satker Kab./Kota
PELAKSANAAN KEGIATAN
FISIK
PENCAIRAN DANA
OPERASIONAL
24
Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan
sesuai dengan prinsip, pendekatan, dan mekanisme yang telah ditetapkan. Mekanisme
pengendalian dilakukan melalui forum-forum dalam masyarakat.
Pengendalian PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dilakukan melalui pemantauan, pelaporan,
pemeriksaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses dan kegiatan PKPS BBM Infrastruktur
Perdesaan bertujuan:
1. Menjaga setiap proses pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan selalu sesuai dengan
aturan, prinsip dan kebijakan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.
2. Menjaga bahwa hasil-hasil selama tahap perencanaan diperoleh melalui proses dan
mekanisme yang benar.
3. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
4. Mengendalikan pemanfaatan dana PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan agar sesuai dengan
yang direncanakan dan dikelola secara transparan.
5. Menjaga kualitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memuaskan dan memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.
6. Mengendalikan agar setiap pelaku PKPS BBM Infrastruktur dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Strategi dasar dalam pengendalian PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan adalah:
1. Pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di semua tingkatan menjalankan mekanisme
pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat dan efektif termasuk jika
ditemui kendala dan masalah,
2. Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu memberikan umpan
balik terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
3. Harus ada pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan
terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan,
4. Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap tahapan
yang dilaksanakan,
5. Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan aturan dengan
pemberian sanksi.
3.2.2.3. Pemantauan Kegiatan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan merupakan
kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan akuntabilitas dalam masyarakat sebagai salah satu
prinsip PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan. Masyarakat melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, melalui berbagai
forum musyawarah, yang dilakukan sejak proses sosialisasi dengan melibatkan berbagai pihak
dalam masyarakat.
Adanya berbagai forum masyarakat di tingkat desa dan antar desa, selain sebagai upaya
memfasilitasi pemantauan berbasis masyarakat juga dimaksudkan sebagai forum yang dapat
dimanfaatkan untuk media pemberdayaan masyarakat pada aspek-aspek yang lain, khususnya
pelembagaan pembangunan partisipatoris.
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
25
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk
memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Tujuan
pemantauan juga untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prinsip dan prosedur
PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Selain itu pemantauan juga ditujukan untuk melihat kinerja
semua pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.
Pemantauan adalah proses yang terus menerus dilakukan sepanjang tahapan PKPS BBM
Infrastruktur Perdesaan dimulai dari pelatihan dan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan. Hasil dari kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualiatas
pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan. Hasil pemantauan ini menjadi input untuk
evaluasi terhadap pelaksanaan program maupun dasar pembinaan atau dukungan teknis kepada
pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dan masyarakat.
Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku PKPS BBM
Infrastruktur Perdesaan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
26
Rahasia :
Indentitas yang melaporkan (pelapor) pengaduan harus dirahasiakan.
27
2. Berjenjang :
Semua pengaduan ditangani pertama kali oleh pelaku PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan
dijenjang keberadaan subyek yang diadukan. Jadi bila permasalahan muncul tingkat desa,
maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menangani masalah adalah masyarakat
desa tersebut difailitasi oleh PJOK, FK, Pokja Kecamatan. Pelaku di jenjang atasnya
memantau perkembangan penanganan. Bila pelaku dijenjang keberadaan subyek tidak
berhasil menangani pengaduan, maka pelaku di jenjang atasnya memberi rekomendasi
penyelesaian atau bahkan turut memfasiltasi proses penyelesaiannya.
3. Transparansi dan Partisipatif :
sejauh mungkin masyarakat harus diberitahu dan dilibatkan dalam proes penanganan
pengaduan terhadap masalah yang ada di wilayahnya dengan difalitasi oleh fasilitator atau
konsultan. Sebagai pelaku utama pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan,
masyarakat harus disadarkan untuk selalu mengontrol jalannya kegiatan secara bertanggung
jawab.
4.
Proporsional :
Penanganan sesuai dengan cakupan kasusnya. Jika kasusnya hanya berkaitan dengan
prosedur dan pengaduan dana, maka masalah atau kasus yang ditangani tidak hanya
masalah prosedur saja atau penyalahgunaan dana saja.
5.
Objektif :
Sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan, ditangani secara objektif yang artinya
pengaduan-pengaduan yang muncul harus selalu diuji kebenarannya melalui mekanisme uji
silang. Sehingga tindakan yang dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan
yang dilakukan bukan berdasarkan pemihakan salah satu pihak, melainkan pemihakan pada
prosedur yang seharusnya dan kekhasan wilayah masing-masing.
Segala macam jenis pengaduan harus dicatat dan segera mendapatkan penanganan. Untuk
memudahkan pencatatan dan penanganannya maka jenis-jenis pengaduan tersebut
dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang terjadi, yaitu :
1. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan prinsip dan prosedur,
2. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan, penyalahgunaan atau
penyelewengan dana,
3. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya tindakan intervensi yang mengarah negatif dan
merugikan masyarakat maupun kepentingan program,
4. Pengaduan yang berkaitan dengan adanya kejadian yang mengarah ke kondisi Force Majeur
(suatu keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia, seperti; akibat bencana alam,
kerusuhan masal)
5. Hal - hal yang diadukan seringkali tidak hanya terdiri dari satu kategori permasalahan saja,
tetapi juga mencakup beberapa kategori permasalahan lainnya. Untuk itu dalam
mengkategorikan suatu pengaduan perlu dilihat aspek apa yang paling menonjol menjadi inti
permasalahannnya.
Tahapan penanganan pengaduan adalah sebagai berikut :
1. Registrasi dan Dokumentasi
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
28
Registrasi atau pencatatan dan dokumentasi di dalam buku arsip (logbook) dimaksudkan
sebagai mekanisme kontrol.
2.
Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah ini mengedepankan prinsip transparansi, dan partisipasi. Artinya proses
penyelesaian harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat. Aparat dan
konsultan atau fasilitator pendamping hanya memfasilitasi proses penyelesaian masalah
tersebut.
7. Umpan Balik
Umpan balik (feed back) merupakan tanggapan balik masyarakat terhadap penyelesaian
kasus yang muncul. Hal ini dapat berupa :
Menerima dan menganggap kasus telah selesai.
Menerima dengan beberapa catatan persyaratan dan memberikan informasi tambahan.
Menolak tanpa alasan.
Menolak dengan alasan
Tidak ada tanggapan sama sekali.
Umpan balik tersebut juga merupakan masukan bagi kasus yang mungkin muncul sebagai
dampak dari tindakan (tindak turun tangan). Dengan demikian menjadi masukan bagi pelaku
PPK sebagai pengaduan lanjutan.
Dari hasil pengaduan dan permasalahan yang sudah ditindaklanjuti perlu adanya pelaporan yakni:
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
29
Kompilasi tentang pengaduan yang muncul dan tindak lanjut penanganan baik yang telah
ditangani maupun yang sedang dalam proses penanganan oleh masing-masing jenjang,
dilaporkan sebagai kelengkapan dari laporan bulanan yang dilaksanakan secara berjenjang.
Berdasarkan laporan ini, jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan atau proses
penyelesaiannya berlarut-larut, maka jenjang di atasnya atau pihak-pihak terkait lainnya dapat
membantu penyelesaiannya. Dalam menangani setiap pengaduan dan permasalahan dilakukan
berdasarkan
3.2.2.5. Evalausi Kegiatan
Evaluasi dalam dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh
desa-desa dan di tingkat antar desa, termasuk didalamnya adalah kinerja para pelaku PKPS BBM
Infrastruktur Perdesaan. Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan
dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Selain itu dapat juga
dilihat dari isi laporan dengan berpegang pada rencana kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil
evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi
hambatan yang terjadi.
Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari rencana, kriteria dan
standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan ke lapangan, melalui berbagai sumber yang
dapat dipercaya.
3.2.2.6. Pengelolaan Prasarana
Prasarana yang telah dibangun harus diserahkan pengelolaannya kepada kelompok pemanfaat
dan pemelihara prasarana sesuai dengan hasil musyawarah desa.
Pengelolaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan merupakan upaya untuk melestarikan
hasil-hasil pelaksanaan kegiatan dan pelembagaan. Aspek pelestarian dalam PKPS BBM Bidang
Infrastruktur Perdesaan meliputi kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan.
Pelestarian menjadi tanggung jawab bersama masyarakat, kelompok perempuan, dan pemerintah
daerah. Kegiatan pelestarian dapat diwujudkan melalui:
1. Pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan PKPS BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan secara berkelanjutan
2. Melembagakan proses dan mekanisme PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan agar
masyarakat terbiasa dengan kelembagaan pembangunan partisipatoris
3. Menyusun regulasi desa guna melindungi kepentingan masyarakat yang berupa aset
termasuk lembaga masyarakat.
3.2.3. Monitoring dan Evaluasi Program
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara silang
(crosschecking information) dari berbagai sumber untuk menjaga agar pelaksanaan PKPS BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan berjalan sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan.
30
Secara umum mekanisme monitoring dan evaluasi PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan
dapat dipilah menjadi dua, yakni mekanisme internal dan eksternal. Secara internal dilakukan
dengan menggunakan instrumen pelaporan yang berisikan data dan informasi mengenai
perkembangan pelaksanaan program. Laporan kegiatan dilaksanakan secara periodik dan
berjenjang, melalui jalur struktural (aparat pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan). Secara
eksternal, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat secara
independen dan media massa, serta lembaga perwakilan.
Hasil-hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut didokumentasikan
dan ditindaklanjuti oleh pelaku PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan sebagai bahan
perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Langkah-langkah penyelesaian masalah atas hasil monitoring
dan evaluasi pada dasarnya dilakukan secara berjenjang dan proporsional sesuai lingkup
masalahnya.
Untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, dilakukan
pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pemeriksa
independen dengan mengacu pada petunjuk pemeriksaan (audit manual program) yang
ditetapkan.
3.2.3.1. Monitoring
Konsultan Manajemen Pusat bertanggung jawab penuh terhadap desain dan pelaksanaan
monitoring PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan. Monitoring dilakukan untuk menganalisis dan
memperbaiki manajemen pelaksanaan. Hasil monitoring digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan manajemen.
Konsultan Manajemen Pusat juga bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola
Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai salah satu alat strategis untuk memonitor
perkembangan pelaksanaan kegiatan dari tingkat masyarakat sampai dengan jajaran manajemen
regional dan pusat. Hasil SIM ini setelah dilakukan penilaian dan verifikasi secara periodik bulanan
dilaporkan ke secretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan Pusat.
3.2.3.2. Evaluasi
Evaluasi dampak pelaksanaan kegiatan akan dilakukan oleh Tim Koordinasi Tingkat Pusat,
Propinsi, Kabupaten dan Konsultan Manajemen Pusat, Regional, Kabupaten dan Kecamatan.
Evaluasi dampak pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan secara menyuluruh
difokuskan pada pengukuran kinerja Program berdasarkan indikator kinerja pelaksanaan kegiatan.
Hasil evaluasi sesuai dengan penugasan akan dilaporkan ke Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur
Perdesaan.
3.2.4. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan dan sebagai
langkah antisipatif terhadap upaya penyimpangan atau penyelewengan. Hasil pemeriksaan
digunakan pula sebagai dasar untuk pembinaan dan pemberian dukungan teknis kepada pelaku
PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dan masyarakat. Pemeriksaan dapat dilakukan secara internal
31
oleh pelaku Infrastruktur Perdesaan sendiri maupun secara eksternal oleh lembaga auditor seperti
BPKP dan Inspektorat.
3.2.4.1. Pemeriksaan Internal, meliputi:
(a) Pemeriksaan rutin
Dilakukan oleh FK atau Pendamping Lokal pada setiap kunjungan ke desa untuk memeriksa
administrasi dan hasil pelaksanaan di desa-desa, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan kegiatan. Hal-hai yang diperiksa antara lain: proses pelaksanaan tiap jenis kegiatan,
ketersediaan dan kualitas bahan/material, jumlah angkatan kerja yang menunjang kelancaran
pekerjaan, administrasi dan rencana kerja TPK, tingkat partisipasi masyarakat, realisasi
sumbangan masyarakat, penggunaan Papan Informasi dan Papan Nama Proyek, dll.
Hasil pemeriksaan rutin oleh FK dan atau Pendamping Lokal dibahas bersama Tim Pengelola
Kegiatan, kemudian memberikan saran-saran perbaikan dan ditulis dalam buku bimbingan.
(b) Pemeriksaan Berkala
FK atau Pendamping Lokal melakukan pemeriksaan berkala dalam dua minggu sekali atau
sebulan sekali. Hal-hal yang harus diperiksa dapat dilihat pada formulir pemeriksaan administrasi,
teknis dan manajemen. Hasil pemeriksaan dibahas dengan Tim Pengelola Kegiatan dan ditempel
di Papan Informasi.
(c) Pemeriksaan Insidentil
Dilakukan oleh KMK, atau oleh aparat Tim Koordinasi pada setiap kunjungan ke desa.
Pemeriksaan oleh Konsultan Manajemen meliputi semua aspek pemberdayaan dan pengelolaan
kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan dan masyarakat. Juga mengenai peranan
dan kegiatan FK maupun Pendamping Lokal.
(d) Pra Audit (Peninjauan Sejawat)
Setiap FK akan memeriksa satu desa pada kecamatan lainnya. Tujuan Pra Audit ini adalah untuk
memberikan kesiapan TPK dalam menyelesaikan pekerjaan administrasi, keuangan dan seluruh
kegiatan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dengan baik dan benar sehingga siap diperiksa oleh
auditor dari Instansi Pemeriksa di daerah maupun BPKP.
3.2.4.2. Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan eksternal secara resmi akan dilaksanakan oleh BPKP selaku auditor. Untuk kegiatan
pemeriksaan ini BPKP akan mengeluarkan petunjuk pemeriksaan terhadap PKPS BBM
Infrastruktur Perdesaan sebagai acuan pemeriksaan.
Disamping itu dimungkinkan akan dilakukan pemeriksaan oleh instansi atau lembaga pemeriksa
resmi di daerah. Pemeriksaan ini diharapkan tetap dapat mengacu kepada petunjuk pemeriksaan
dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
32
33
Bab 4
PENDANAAN
4.1 Sumber Dana
Sumber pembiayaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan berasal dari APBN.
Pemerintah Daerah wajib menyediakan komponen dana pembinaan dan administrasi proyek
(PAP), yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
4.2 Alokasi Dana
Berdasarkan lokasi desa tertinggal yang telah ditetapkan oleh Tim Koordinasi Pusat, Departemen
Keuangan menerbitkan Dokumen Anggaran yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi.
4.3 Penyaluran dan Pencairan Dana
1. Dana bantuan Program untuk masing-masing Kabupaten disalurkan melalui dokumen
anggaran (Satker PKPS BBM di Kabupaten) dan dilampiri jumlah bantuan per kabupaten
beserta nama-nama Kecamatan penerima bantuan;
2. Dana bantuan Program dicatat dalam Daftar Pembukuan Administrasi APBD Kabupaten;
3. Penerima bantuan adalah masyarakat desa melalui Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)
dengan penanggung jawab Ketua OMS yang bersangkutan. Dana bantuan Program
disalurkan melalui rekening masing-masing OMS;
4. Penyaluran dana dilakukan melalui KPKN dengan cara transfer dari Rekening Kas Negara ke
rekening OMS pada Lembaga Keuangan setempat atau bank terdekat. Untuk itu, OMS
diwajibkan membuka rekening dengan nama Rekening Bantuan Program PKPS-BBM OMS
(Organisasi Masyarakat Setempat) pada Lembaga Keuangan setempat (kantor Pos Bayar)
dan memberitahukan nomor rekeningnya kepada Pejabat Pengeluaran Anggaran (PPA)
Satker PKPS BBM Kabupaten dan KPKN setempat;
5. PPA Satker PKPS BBM Kabupaten mengajukan permintaan penyediaan dana kepada KPKN
setelah ditanda tanganinya SP3 (Surat Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan) dengan OMS.
Pengajuan dana dilakukan dalam 3 (tiga) tahap masing-masing uang muka 40%, termin I 40%,
dan termin akhir 20%. Pencairan selanjutnya dilakukan apabila progress telah sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam termin atau lebih sebagaimana diuraikan dalam BAPP;
6. OMS mencairkan dana di Lembaga Keuangan setempat atau bank terdekat atas Rekening
Bantuan Program dengan menyerahkan Kuitansi. Selanjutnya OMS segera menyampaikan
dana yang telah dicairkan tersebut kepada masyarakat;
7. Pencairan dana bantuan Program dilakukan melalui KPKN dengan penerbitan SPM;
8. Tata cara penyaluran dan pencairan dana secara rinci akan diatur melalui Surat Edaran (SE)
Direktur Jenderal Anggaran
34
Usulan LK
( DED dan RAB)
Menyediakan Alokasi
Dana
Bank
Menyalurkan Dana
Pokja
Kecamatan
Usulan Program/
Kegiatan
KPKN
Mengajukan
Pencairan Dana
Sinkronisasi
Kegiatan
Persetujuan Pencairan
Usulan Program/
Kegiatan
Satker PKPS
BBM
(Diangkat
oleh Bupati/
Walikota
Verifikasi
Fasilitator
Teknik
Desa
KPKN
Usulan Pencairan
Kecamatan
Kabupaten
Propinsi
Satker
Kontrak OMS
Pusat
PENYUSUNAN PROGRAM
OMS
(Masyarakat)
Usulan Program/
Kegiatan
Evaluasi
Kinerja
35
PENGUJI TAGIHAN
BENDAHARA
PENGELUARAN
UNIT AKUNTASI
SATKER
PENERBIT SPM
Bayar
LAPORAN
KEUANGAN
KONTRAK
Draft
SPM - GU
SPM GU
BUKTI
Uraian Biaya
dan Progres
Pelaksanaan
Proses
Proses
SAI
SAI
SPM LS
Draft
SPM - LS
BUKTI
Transfer
Transfer
UP/GU
UP/GU
PEMBEBANAN
PEMBEBANAN
SP2D
SPM
Benar
BUKTI DAN
TAGIHAN
Permohonan Pembayaran
UJI DAN
PERIKSA
Salah
KPPN
36
Bab 5
ORGANISASI
Untuk mendorong keberhasilan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan dibuat struktur
organisasi proyek yang menggambarkan pola penanganan proyek secara menyeluruh dari pusat
sampai daerah dan dibentuk tim koordinasi, lembaga pengelola kegiatan dan bantuan teknis.
5.1. Tim Koordinasi
Dalam pelaksanaan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM ini dibentuk Tim Koordinasi
pada beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tim Koordinasi Pusat (TKP)
2. Tim Koordinasi Propinsi (TKPr)
3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK)
4. Kelompok Kerja Kecamatan (Pokja Kecamatan)
5. Tim Pelaksana Kegiatan
5.1.1. Tingkat Pusat
Dibentuk Tim Koordinasi Pusat (TKP) yang terdiri dari unsur Departemen Pekerjaan Umum,
Bappenas, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Negara Perecepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan instansi lain yang terkait;
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menetapkan Surat
Keputusan tentang Tim Koordinasi Pusat (TKP) yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana
inter Departemen PKPS-BBM.
Tim Pengarah diketuai oleh Deputi .......................... Bappenas serta wakilnya adalah Direktur
Jenderal Cipta Karya, Dep. PU. Tim Pengarah beranggotakan unsur-unsur dari Bappenas, Dep.
Pekerjaan Umum, Dep. Dalam Negri, Departemen Keuangan, Kementerian Negara Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal.
Tim Pengarah inter Departemen didukung oleh Tim Pelaksana inter Departemen yang diketuai
oleh Direktur ........................ Bappenas serta wakilnya adalah Direktur ................... Dep. PU. Tim
Pelaksana beranggotakan unsur-unsur dari Bappenas, Dep. Pekerjaan Umum, Dep. Dalam
Negeri, Departemen Keuangan, Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal.
Secara operasional Tim Pengarah dan Tim Pelaksana antar Departemen akan dibantu oleh
Sekretariat PKPS-BBM yang dikepalai oleh ......... dan beranggotakan eselon III dari departemen
dan instansi terkait.
Departemen Pekerjaan Umum adalah lembaga penyelenggara PKPS BBM yang bertanggung
jawab terhadap keseluruhan penyelenggaraan PKPS BBMdibawah arahan Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana inter departemen.
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
37
Pemerintah Propinsi berperan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan
PKPS BBM di wilayah kerjanya.
Penanggung jawab pelaksanaan PKPS BBM di tingkat propinsi adalah Pemerintah Propinsi, yang
untuk kelancaran tugasnya dibentuk Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) yang ditetapkan oleh
Gubernur yang terdiri dari Bappeda Propinsi sebagai ketua serta Dinas Teknis yang menangani
prasarana dan sarana sebagai wakil ketua beranggotakan Dinas-dinas terkait di propinsi.
Instansi/lembaga pemerintah yang memiliki fungsi dalam bidang perencanaan pembangunan
daerah, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana serta instansi terkait lainnya.
Secara operasional Tim Koordinasi Propinsi akan dibantu oleh Sekretariat PKPS-BBM Tingkat
Propinsi yang dikepalai oleh ......... dan beranggotakan eselon III dari dinas dan instansi terkait.
5.1.3. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat Kecamatan, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota atas usulan Camat yang terdiri dari unsur-unsur pemberdayaan masyarakat, tokoh
masyarakat, dan aparat kabupaten yang bertugas di kecamatan sebagai Penanggungjawab
Operasional Kegiatan (PjOK).
38
Pada tingkat desa dibentuk Tim Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh Camat berdasarkan
hasil musyawarah desa. Penanggung jawab Tim Pelaksana adalah Ketua Organisasi Masyarakat
Setempat (OMS)/Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang tidak dijabat oleh Kepala
Desa.
Jika di desa dan kecamatan telah terbentuk organisasi pengelola kegiatan pembangunan, maka
tidak perlu dibentuk organisasi yang baru.
Pada saat prasarana telah dibangun diserahkan pengelolaan kepada Kelompok Pengguna
Prasarana (KPP) demi lestarinya prasarana, terutama untuk prasana yang memerlukan
pemeliharaan yang intensif. KPP ini dibentuk sebelum pelaksanaan fisik dimulai agar anggota KPP
dapat mengetahui dan mengawasi jalannnya pelaksanaan fisik.
5.2. Bantuan Teknis
Untuk menjamin terlaksananya Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
(PKPS-BBM) akan didukung dengan bantuan teknis konsultan dan fasilitator yang ditempatkan di
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Tingkat Regional dan Tingkat Nasional.Selanjutnya
konsultan Pendamping untuk tingkat nasional akan disebut dengan Konsultan Manajemen Pusat
(KMP), konsultan pendamping tingkat regional akan disebut dengan Konsultan Manajemen
Regional (KMR), konsultan pendamping tingkat kabupaten/Kota akan disebut Konsultan
Manajemen Kota/Kabupaten (KMK), pendamping kecamatan akan disebut Fasilitator Kecamatan
(FK).
Penugasan bantuan teknis di semua tingkat mulai FK, KMK, KMR, dan KMP akan bertugas sesuai
dengan cakupan wilayahnya masing-masing.
5.2.1. Konsultan Manajemen Pusat (KMP)
Konsultan Manajemen Pusat akan membantu pemerintah dalam persiapan dan pelaksanaan
PKPS-BBM bidang infrastruktur yang disesuaikan dengan prinsip, pendekatan, kriteria dan
indikator keberhasian pelaksanaan, dan bertugas untuk melakukan koordinasi dan
mensinkronisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Untuk hal tersebut, KMP bertugas
dan bertanggung jawab penuh terhadap rekruitmen dan seleksi serta kinerja konsultan. KMP
bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pusat (TKP) dan
pemimpin kegiatan.
Pada tahap persiapan program, KMP menyiapkan materi sosialisasi dan diseminasi program serta
menyiapkan rancangan, bahan, materi dan pelaksanaan pelatihan kepada Konsultan Manajemen
Ragional (KMR), Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK), Fasilitator Kecamatan (FK), serta
materi sosialisasi tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.
Pada tahap pelaksanaan program, KMP bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan
monitoring terhadap pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan di lapangan dengan
memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan
39
daerah, dan evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan. Secara khusus,
KMP bertanggung jawab terhadap mutu pelaksanaan program.
5.2.2. Konsultan Manajemen Regional (KMR)
Konsultan Manajemen Regional (KMR) bertugas dan bertanggung jawab sebagai tenaga
manajerial yang profesional dan memberikan dukungan teknis dalam pelaksanaan PKPS-BBM
bidang infrastruktur perdesaan pada 2 (dua) propinsi. KMR akan berkedudukan pada salah satu
ibukota Propinsi yang dalam menjalankan tugasnya akan berkoordinasi dengan Tim Koordinasi
Propinsi (TKPr) dan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK), serta memberikan dukungan kepada
Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (TKK). KMP bertanggung jawab dan melaporkan seluruh
kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pusat (TKP) dan pemimpin kegiatan.
Pada tahap persiapan program, KMR menyiapkan sosialisasi dan diseminasi program serta
menyiapkan pelaksanaan dengan bahan, materi yang sudah dipersiapkan oleh KMP kepada
Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK), Fasilitator Kecamatan (FK), serta materi sosialisasi
tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.
Pada tahap pelaksanaan program, KMR bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan
monitoring terhadap pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan di lapangan dengan
memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan
daerah dan evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan pada daerah yang
menjadi wilayah kerjanya. Secara khusus, KMR bertanggung jawab terhadap mutu pelaksanaan
program.
5.2.3. Konsultan Manajemen Kota/Kabupaten (KMK)
40
Setiap lokasi kecamatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan akan disediakan 2 tenaga FK
yang secara umum mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam menjalankan mekanisme
dan menerapkan prinsip PKPS-BBM. Tenaga FK terdiri dari satu tenaga ahli prasarana dan satu
tenaga ahli pemberdayaan. FK dengan latar belakang ahli prasarana bertugas untuk memberikan
dukungan teknis berkaitan dengan desain teknis, perhitungan rencana anggaran dan pelaksanaan
fisik, sedangkan FK berlatar belakang non-tekik mempunyai tugas khusus untuk memfasilitasi
proses pemberdayaan dan memberikan dukungan terhadap rancangan dan pelaksaan kegiatan.
FK bekerja sama dengan OMS dan FD dan berkoordinasi dengan Pokja Kecamatan dalam
mendukung pelaksanaan PKPS-BBM. Dalam menjalankan tugasnya, FK bertanggung jawab
melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada KMK. Untuk melaksanakan dan menjalankan proses
pelaksanaan sesuai dengan sendi-sendi dan prinsip PKPS-BBM, FK akan didukung oleh FD, yang
setiap kelurahan/desa berjumlah 1 orang.
41
Struktur Organisasi
Penyelenggaraan Program PKPS BBM
Tim Koordinasi Pusat
Departemen
Keuangan
Departemen Pekerjaan
Umum
Bappenas
Departemen Dalam
Negeri
Kementrian PDT
Pusat
Ditjen Cipta Karya
Sekretariat
Satker Pusat
Konsultan Manajemen
Persiapan :
- Kriteria
- Pagu Kab/Kota
- Diseminasi
- Monev Program
Tim Koordinasi
Provinsi
Provinsi
Konsultan Regional
Sekretariat
- Monitoring Program
dan Kegiatan
- Sosialisasi Program
Tim Koordinasi
Kabupaten
Kabupaten
Sekretariat
Satker PKPS BBM
(Diangkat o/ Bupati/
Walikota
Kecamatan
Pokja
Kecamatan
- Verifikasi komponen
kegiatan
- Perencanaan
- Pengendalian
- Monev Program
Fasilitator Kecamatan
- Pemilihan Lokasi dan
Kegiatan
Swakelola
OMS
Desa
Perangkat
Desa
Pelaksana
Fasilitator Desa
- Perencanaan
- Pelaksanaan Kegiatan
- Pengelolaan
Masyarakat
Pengawasan
Pengelolaan
Penyaluran Dana
Garis Kontraktual/Instruksional
Garis Koordinasi
Pelaporan
42
Bab 6
PELAPORAN
Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan
atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala dan atau permasalahan yang
terjadi selama pelaksanaan program, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan atau
prinsip-prinsip PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan, termasuk rencana pemanfaatan dan atau
pengelolaan kegiatan dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan.
Mekanisme pelaporan dalam pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dilakukan melalui
jalur struktural dan jalur fungsional, sebagai upaya untuk mempercepat proses penyampaian data
dan atau informasi dari lapangan atau desa ke tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat.
Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan minimal
harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.
2. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan.
3. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan pada saat laporan dibuat.
4. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan.
5. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya.
6. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program.
Sistem laporan dari desa Tim Pelaksana Kegiatan dalam PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan agar
dibuat sesederhana mungkin, mengingat keterbatasan kemampuan administratif dari Tim
Pelakana Kegiatan (TPK) di desa. Materi laporan berupa data dan atau informasi yang benar dan
akurat jauh lebih diutamakan daripada sistem atau bentuk laporan.
6.1. Pelaporan Jalur Struktural
Pelaporan jalur struktural akan melibatkan beberapa pihak baik sebagai pembuat maupun
penerima laporan seperti: Ketua TPK, PjOK, Camat, Tim Koordinasi Kabuapten, Bupati, Tim
Koordinasi Propinsi dan Tim Koordinasi Pusat cq. Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan
Pusat.
Mekanisme untuk pelaporan jalur struktural dilakukan secara bertingkat sebagai berikut:
1. Ketua TPK dengan bimbingan dan bantuan dari fasilitator kecamatan membuat laporan
bulanan sebanyak 4 (empat) rangkap yang ditujukan kepada PJOK dengan tembusan untuk
camat, FK dan arsip TPK.
2. PjOK dengan bantuan FK menelaah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan setelah
menerima laporan dari ketua TPK. Selanjutnya PjOK menyusun dan membuat laporan
bulanan yang ditujukan kepada Bupati c.q Tim Koordinasi Kabupaten dengan tembusan
kepada Konsultan Manajemen Kabupaten, Camat, dan arsip. Pada akhir tahap pelaksanaan
43
PjOK harus membuat laporan akhir yang menggambarkan kondisi terakhir dari pelaksanaan
PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di wilayahnya.
3. Ketua Tim Koordinasi kabupaten berdasarkan laporan dari PjOK, hasil-hasil rapat evaluasi dan
kunjungan atau monitoring ke lapangan menyusun dan membuat laporan bulanan yang
disampaikan kepada Gubernur c.q. Tim Koordinasi Propinsi dengan tembusan kepada Bupati
dan arsip.
4. Ketua Tim Koordinasi Propinsi menyusun rekapitulasi laporan bulanan dari setiap kabupaten
di wilayahnya menjadi laporan Tim Koordinasi Propinsi yang disampaikan kepada Tim
Koordinasi Pusat c.q. Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan dengan tembusan
kepada Gubernur dan arsip.
5. Dalam hal yang dipandang perlu untuk melaporakan hal-hal mendesak atau bersifat khusus,
dapat dilakukan diluar mekanisme laporan berkala. Untuk laporan ini bentuk dan waktunya
bebas terutama hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dari pusat.
6.2. Pelaporan Jalur Fungsional
Pelaporan jalur fungsional akan melibatkan beberapa pihak baik sebagi pembuat maupun
penerima laporan seperti: FK di Kecamatan, KMK di Kabupaetn, KMR di wilayah dan KMP di
Pusat.
Mekanisme pelaporan jalur fungsional dilaksanakan secara berjenjang sebagai berikut:
1. FK secara bersama-sama membuat satu laporan bulanan tentang perkembangan
pelaksanaan PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan di wilayahnya yang dibuat dalam 3
(tiga)rangkap. Laporan ditujukan kepada KMK setiap bulan pada tanggal 1 dengan tembusan
kepada PjOK dan arsip FK.
2. Berdasarkan laporan dari FK dan hasil kunjungan atau monitoring ke lapangan serta
koordinasi dengan beberapa pihak terkait, KMK membuat laporan bulanan. Laporan dibuat
dalam 3 (tiga) rangkap dan ditujukan kepada KMP melalui KMR pada tanggal 5 dengan
tembusan disampaikan kepada Tim Koordinasi Kabupaten dan arsip KMK.
3. KMR akan mengelola seluruh data dan informasi baik dari laporan KMK, hasil koordinasi
dengan beberapa pihak dan hasil kunjungan ke lapangan. Selanjutnya harus diambil langkahlangkah yang dipandang perlu serta menuangkannya menjadi laporan bulanan yang
disampaikan kepada Team Leader KMP pada tanggal 10 dengan tembusan kepada Tim
Koordinasi Propinsi dan arsip.
4. Team Leader KMP melaporkan kepada Sekretariat PKPS BBM Infrastruktur Perdesaan Pusat
mengenai perkembangan pelaksanaan seluruh kegiatan
serta permasalahan yang
memerlukan tindak lanjut.
5. Dalam hal yang bersifat mendesak dan khusus, semua unsur pada tingkatan di atas dapat
membuat dan menyampaikan laporan secara insidentil atau di luar jadwal laporan berkala.
Pelaporan Konsultan Manajemen Pusat terdiri dari terdiri dari:
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
Bidang Infrastruktur Perdesaan
44
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh KMP dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari KMR
dan KMK. Dibuat berdasarkan formast baku data/informasi kemajuan di lapangan, KMP
melaporkan kepada Kepala Satker PKPS-BBM seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM,
laporan kegiatan beserta kendala dan rekomendasi dari setiap propinsi. Laporan bulan
mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian, masalah dan hambatan,
serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari KMR, KMK, dan FK,
observasi lapangan dan analisis KMP, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuantemuan dari hasil kunjungan KMP dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.
2. Laporan Triwulanan
Pada setiap triwulannya KMP menyampaikan laporan triwulan kepada Kepala Satker PKPSBBM bidang infrastruktur perdesaan yang memuat informasi pelaksanaan, status,
perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana, hambatan dan permasalahan,
serta rekomendasi.
3. Laporan PCR (Project Completion Report)
Laporan PCR dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan
selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan
bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari KMK, dan KMR.
Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMK, KMR dan KMP, keluhan
masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMP, status kegiatan
pelestarian di lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian
hasil kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.
Pelaporan Konsultan Manajemen Regional terdiri dari terdiri dari:
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh KMR dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari KMK.
Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan, KMR melaporkan
kepada KMP seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM pada tingkat regional, laporan kegiatan
beserta kendala dan rekomendasi dari setiap propinsi. Laporan bulanan mencakup persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, masalah dan hambatan, serta rekomendasi
dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.
Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari KMK dan FK, observasi lapangan dan analisis,
keluhan masyarakat yang menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan.
2.
Laporan Triwulanan
Pada setiap triwulannya KMR menyampaikan laporan triwulan kepada KMP yang memuat
informasi pelaksanaan, status, perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana,
hambatan dan permasalahan, serta rekomendasi.
3.
Laporan Akhir
Laporan Akhir dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan
selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan
bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari KMK.
45
Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMR, keluhan masyarakat yang
menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMR, status kegiatan pelestarian di
lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian hasil
kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.
Laporan ini juga memuat hasil evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang
Infrastruktur Perdesaan selanjutnya.
Pelaporan Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota terdiri dari terdiri dari:
1. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh KMK dengan mengkonsolidasikan semua informasi dari
Fasilitator Kecamatan. Dibuat berdasarkan format baku data/informasi kemajuan di lapangan,
KMK melaporkan kepada KMR seluruh kemajuan kegiatan PKPS-BBM, laporan kegiatan
beserta kendala dan rekomendasi dari kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerjanya.
Laporan bulanan mencakup persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian,
masalah dan hambatan, serta rekomendasi. Pelaporan ini didasarkan pada masukan dari FK,
observasi lapangan dan analisis KMK, keluhan masyarakat yang menonjol serta temuantemuan dari hasil kunjungan KMK dan dilengkapi dengan foto-foto pelaksanaan.
2.
Laporan Triwulanan
Pada setiap triwulannya KMK menyampaikan laporan triwulan kepada KMR yang memuat
informasi pelaksanaan, status, perkembangan dan kemajuan kegiatan, status pencairan dana,
hambatan dan permasalahan, serta rekomendasi.
3.
Laporan Akhir
Laporan Akhir dibuat setelah seluruh pekerjaan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan
selesai dilaksanakan. Laporan ini merupakan konsolidasi dari seluruh laporan, baik laporan
bulanan dan laporan triwulan, serta laporan dari FK.
Laporan ini merupakan hasil observasi lapangan dan analisis KMK, keluhan masyarakat yang
menonjol serta temuan-temuan dari hasil kunjungan KMK, status kegiatan pelestarian di
lapangan, kendala-kendala dan rekomendasi terutama terkait dengan pelestarian hasil
kegiatan PKPS-BBM bidang infrastruktur perdesaan.
Laporan ini juga memuat hasil evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan PKPS BBM Bidang
Infrastruktur Perdesaan selanjutnya.
46
47
Bab 7
PENUTUP
Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini akan ditentukan kemudian.
Penjabaran dari Pedoman Pelaksanaan ini akan dituangkan dalam Petunjuk Teknis yang akan
diterbitkan tersendiri.
48
Lampiran
1.
Jadwal Pelaksanaan