terjadinya
menyebabkan kematiaan.
penurunan
kesadaran
bahkan
dapat
Gambar 1.
B.Macam-macam Cidera Kepala
Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam
yaitu:
1. Cedera kepala terbuka
Luka kepala terbuka
akibat
cedera
kepala
dengan
pecahnya
tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini
ditentukan oleh massa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak
juga dapat terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam
jaringan otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak
akibat benda tajam/tembakan. Cedera kepala terbuka memungkinkan
kuman patogen memiliki abses langsung ke otak.
2. Cedera kepala tertutup
Benturan kranial pada jaringan otak di dalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan
tumpah. Cedera kepala tertutup meliputi: kombusio gagar otak,
kontusio memar, dan laserasi.
C. Klasifikasi Cidera Kepala
Rosjidi
(2007),
trauma
kepala
diklasifikasikan
menjadi
derajat
a. GCS = 13 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang
dari 30 menit
c. Ditandai dengan nyeri kepala, muntah, vertigo dan tidak ada
penyerta
seperti
pada
fraktur
tengkorak,
kontusio,
atau
hematoma.
2. Sedang
a. GCS = 9 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak dan disorientasi ringan
(bingung).
3. Berat
a. GCS = 3 8
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma
intrakranial
D.Etiologi Cidera Kepala
Rosjidi (2007), penyebab cedera kepala antara lain:
1. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya sebatas pada daerah dimana benda tajam
merobek otak, misalnya tertembak peluru/benda tajam.
2. Trauma tumpul
Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat
sifatnya.
3. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Gambar 2.
E. Patofisilogi Cidera Kepala
Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti
terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai
kepala dan otak sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada
fungsi otak dan seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai
ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit
kepala dan pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan. Apabila
perdarahan
yang
terjadi
terus-menerus
dapat
menyebabkan
tulang
kepala
akan
menyebabkan
fraktur
yang
dapat
menyebabkan desakan pada otak dan perdarahan pada otak, kondisi ini
dapat menyebabkan cidera intra kranial sehingga dapat meningkatkan
tekanan intra kranial, dampak peningkatan tekanan intra kranial antara
lain terjadi kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan
susunan saraf kranial terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya
gangguan dalam mobilitas (Borley & Grace, 2006)
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu kepala. Cedera
percepatan
aselerasi
terjadi
jika
benda
yang
sedang
bergerak
deselerasi adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak
bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara
kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alba dan batang otak.
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak,
yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer
adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma
dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi
permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi
stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses
penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang terjadi pada waktu
benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi
substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul,
kecelakaan, dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya
gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan cedera otak
sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau
berkaitan dengan cedera primer dan lebih merupakan
fenomena
isi
intrakranial,
dan
akhirnya
peningkatan
tekanan
Penurunan kesadaran
Keabnormalan pada sistem pernafasan
Penurunan reflek pupil, reflek kornea
Penurunan fungsi neurologis secara cepat
Perubahan TTV (peningkatan frekuensi nafas, peningkatan tekanan
6.
7.
8.
9.
Gambar 3.
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi
cedera otak.
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap
setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah
tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa
minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma
ringan.
2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
a. Kelemahan
pada
salah
satu
tubuh
yang
disertai
dengan
perubahan
TTV,
gangguan
penglihatan
dan