PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau
C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh (
Doenges, 1999).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang
terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya
meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo
Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal
seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk
lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan.
Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan
mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter.
Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa nyeri yang bertambah
saat batuk, bersin dan mengejan.
Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada
anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan
sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga
dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke
dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi
terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan
dipihak lain volume rongga antar vertebrae bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan
intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini ditujukan untuk
mengetahui perjalanan dan proses penyakitnya serta asuhan keperawatan HNP.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi dari HNP?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.3 Tujuan
Agar kita mampu mengetahui Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,
Pathway, Manifestasi klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan, Pemeriksaan penunjang, Legal Etik,
Dan menegakkan Asuhan Keperawatan pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi Vertebrae
Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak
dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah
punggung dan ke seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi
bahan yang lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang.
Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau
tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang belakang
(leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang belakang (punggung
bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak
bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu
kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.
2.2 Pengertian HNP
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau
C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh (
Doenges, 1999).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus
(cincin
fibrosa
sekitar
diskus)
dengan
akibat
kompresi
saraf
Smeltzer,
2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus
yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan
akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago
yang
membentuk
sebuah
bantalan
diantara
tubuh
vertebra).
(Smeltzer,
2001).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara
tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan
seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya
nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung
ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau
trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang
menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang (kambuh).
2.3
1.
2.
3.
4.
5.
Etiologi HNP
Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
Spinal stenosis
Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll
Pembentukan osteophyte
Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
stress okupasi
HNP
Nukleus pulposus terdorong
nyeri
2.6
1.
2.
3.
4.
Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis,
memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan
mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
c.
7. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the
activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).
2.9
1.
2.
3.
4.
5.
pembedahan.
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal
2.10 klasifikasi HNP
HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat
terjadinya, HNP dibagi atas:
1. hernia lumbosakralis,
2. hernia servikalis, dan
3. hernia thorakalis.
Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
1. Protrusi Diskus Intervertebralis.
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
2. Prolaps Diskus Intervertebralis.
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
3. Ekstrusi Diskus Intervertebralis.
Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis
posterior.
4. Sequestrasi Diskus Intervertebralis.
Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. P
No. Reg : 159000
Umur
: 53 th
Tgl. MRS : 05-12-2013
Jenis Kelamin
: L
Diagnosis medis : HNP
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Tgl Pengkajian: 05-12-2013, (09.00)
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pekerja bangunan
Pendidikan
: SD
Alamat
: Kesamben, Jombang
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
: Nyeri punggung bawah
1.1 Riwayat penyakit sekarang
Pasien kemarin datang ke RSUD dengan keluhan nyeri pada daerah punggung bagian bawah
sampai menjalar ke paha.
P
: Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat)
Q
: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap
R
: Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha
S
:6
T
: nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat
Upaya yang telah dilakukan
: beli obat penghilang nyeri
Terapi atau operasi yang pernah dilakukan : 1.2 Riwayat penyakit dahulu
Pasien dulu pernah jatuh dengan posisi duduk
Kebiasaan berobat
: beli obat diwarung
Alergi
:1.3 Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien belum tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
1.4 Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup terjaga kebersihannya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital :
S
: 36C
: 80 x/mnt
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 20 x/mnt
BB
: 65 Kg
D. PEMERIKSAAN PER-SISTEM
1. Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi
: sembab(-), pucat(-), oedem periorbital(-), sianosis(-), pembuluh darah
mata pecah(-), konjungtiva tidak pucat.
Leher
Inspeksi
: bendungan vena jugularis (-)
Palpasi
: arteri carotis komunis (frekuensi : normal, kekuatan: normal, irama : normal).
Dada
Inspeksi
: kesimetrisan dada (+)
Palpasi
: letak ictus cordis (normal)
Perkusi
: batas jantung (normal)
Auskultasi
: BJ 1 dan 2 normal, tidak ada kelainan pada bunyi jantung.
2.
Sistem Pernafasan
Hidung
Inspeksi
: Nafas cuping hidung(-), Secret / ingus(-), epistaksis(-), polip(-), warna
mukosa(-), oedem pada mukosa(-), kebersihan bersih, intak septumnasi(-), deformitas(-), naso
faringeal tube(-), pemberian O2: nasal, masker(-).
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi
: mukosa bibir (sianosis (-)), Alat bantu nafas ETT(-), oro faringeal tube(-).
Dada
Inspeksi
: penggunaan otot bantu pernapasan (-)
Perkusi
: normal
Palpasi : nyeri tekan (-), odema (-)
Auskultasi
: normal
3.
Sistem Pencernaan
Anamnesa : Gangguan defekasi (konstipasi)
Mulut
Inspeksi
Sistem Perkemihan
Anamnesa : inkontinensia urin (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar
dari buli-buli baik disadari maupun tidak disadari).
Laki-Laki :
Penis
Inspeksi
: Mikropenis(-), makropenis(-), hipospadia(-), epispedia(-), stenosis meatus uretra
eksterna(-), fistel uretrocutan(-), ulkus(-), tumor penis(-), warna kemerahan(-), kebersihan(+),
adanya luka atau trauma(-).
Palpasi
: nyeri tekan(-)
Scrotum
Inspeksi
: pembesaran(-), transiluminasi/ penerawangan(-), luka /trauma(-), tanda
infeksi(-), kebersihan(+).
Palpasi
: nyeri tekan(-), penurunan testis(-)
Kandung kemih
Inspeksi
: tidak adanya massa/ benjolan, pembesaran kandung kemih dan keteganganya(-)
Palpasi : adanya nyeri tekan(-), teraba massa(-)
Ginjal
Inspeksi
retroperitoneum)(-).
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus, suhu kulit normal,
massa(-).
Perkusi
5.
: nyeri ketok(-)
5
3
Fraktur: (-)
6.
Luka
: (-)
Lesi
: (-)
7.
1.
2.
Sistem Neurologi
Pemeriksaan Nervus 1-12 :
Nervus 1 Olfaktorius :
Normal
: klien mampu membedakan aroma( normosmi).
Nervus 2 Optikus :
Tajam Penglihatan
: normal
Lapang penglihatan : normal
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nervus 3 Oculomotorius
: Normal
Nervus 4 Toklearis : Normal
Nervus 5 Trigeminus : Normal
Nervus 6 Abdusen : Normal
Nervus 7 Facialis
: Normal
Nervus 8 Auditorius/ Akustikus :
Pendengaran : Normal
Keseimbangan: Normal
9. Nervus 9 Glosoparingeal
: Normal
10. Nervus 10 Vagus
: Normal
11. Nervus 11 Aksesorius : Normal
12. Nervus 12 Hipoglosal/ Hipoglosum : Normal
Reflek Patela
: kanan (+), kiri (+)
Reflek Archiles
: kanan (+), kiri (+)
Tingkat kesadaran (kualitas)
: Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Tingkat kesadaran (kuantitas)
: E (4), V (5), M (6)
8.
Sistem Reproduksi
Laki-laki :
Genetalia
Inspeksi
: bentuk normal, rambut pubis normal, kebersihan bersih, odema (-), varices(-),
benjolan(-), luka(-)
Palpasi : benjolan(-)
9.
DEFINITION:
DEFINING
CHARACTERISTIC
S
DIAGNOSIS
ASSESSMENT
RELATED
FACTORS:
Nyeri Akut
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jarigan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba tiba
atau lambat dari intensias ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Laporan isyarat, perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, indikasi
nyeri yang bisa diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus
pada diri sendiri, melaporkan nyeri secara verbal.
Agens cedera (mis, : biologis, zat kimia, fisik dan psikologis).
: 36C
: 80 x/mnt
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 20 x/mnt
BB
: 65 Kg
Skala Nyeri
:6
Grimace : (+)
Nyeri
Related to:
AKTIVITAS
NOC
OUTCOME
INDICATOR
Pengkajian :
Control Nyeri (1605)
Definisi
:
lakukan pengkajian nyeri
Aksi individu untuk
secara komprehensif
Definisi :
mengontrol nyeri
termasuk lokasi,
Mengurangi nyeri
karakteristik, durasi,
atau menurunkan
frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri ke level
presipitasi
kenyamanan yang
diterima oleh pasien. observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
Health Education :
ajarkan tentang teknik non
farmakologi
bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kolaborasi :
evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
kolaborasikan dengan dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Aktifitas Lain :
kontrol lingkungan yang
dapat mempe ngaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
tingkatkan istirahat
berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Management
nyeri (1400)
Melaporkan
pengontrolan nyeri (3)
Mendeskripsikan faktor
penyebab (2)
Mengakui hubungan
gejala dengan nyeri (5)
Mengakui serangan
nyeri (5)
Menasehati pemakaian
analgesik (4)
Melaporkan gejala pada
tenaga kesehatan (5)
Tindakan
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
mengobservasi reaksi non verbal dari
Paraf
Ttd
ketidaknyamanan
menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat
analgesik jika keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
memberikan analgesik morphine untuk menurunkan
nyeri
2.5 Evaluasi Keperawatan
No. Dx. Kep.
1.
Tanggal, Jam
5 Desember
2013,
09.00
Evaluasi
Paraf
S : Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada
Ttd
daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari
terasa berat. P : Trauma (Mengangkat dan mendorong
benda berat), Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya
menetap, R : Nyeri pada bagian punggung bawah
sampai menjalar ke paha, T : nyeri hebat ketika
melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat
istirahat.
O : Suhu : 36C, Nadi : 80 x/mnt, TD: 120/80
mmHg, RR : 20 x/mnt, BB : 65 Kg, , Skala nyeri : 6
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I : melakukan pengkajian yang komprehensif tentang
nyeri, termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan
factor presipitasi
E : Keluarga pasien mengatakan sudah tidak nyeri
R : sudah tercapai
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung
ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia
thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar,
bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung
dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.
4.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila
mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Heather Herdman.T, 2010, Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2009-2011.
Ester Monica, 2010, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, EGC,
Jakarta.
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8
Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
Price, Sylvia Anderson . 2003 . PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit . Jakarta : EGC
Anonim.
2010.
Herniated
Nucleus
Pulposus.
[Internet].
Bersumber
dari
http://medicastore.com/penyakit/3226/Herniated_nucleus_pulposus_slipped_disk.html.
Inkandar, Ridho. 2012. Hernia Nukleus Pulposus. [Internet]. Bersumber dari :
http://ridho-iskandar.blogspot.com/2012/03/hernia-nukleus-pulposus.html.