Anda di halaman 1dari 3

Salah satu dosen kami (dosen di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia) pernah

bercerita tentang pengalamannya ketika sedang megikuti acara penataran bagi dosen-dosen seUI. Ada dosen dari fakultas lain yang bertanya, Pak, apa bedanya Fakutas Ilmu Keperawatan
(FIK) dan Fakultas Kedokteran (FK)?. Lalu dosen kami menjawab, Ya beda, kalau lulus dari
FIK jadi perawat, kalau lulus FK jadi dokter diikuti tawa dosen lainnya. Kalau FIK itu care
(merawat) pak, sedangkan FK itu cure (mengobati) lanjut dosen kami.
Pengalaman yang pernah kami alami yang hampir serupa dengan kejadian diatas adalah ditanya
Perawat itu kerjanya ngapain ya?. Teman saya juga pernah ditanya, Kuliah di keperawatan
kalau lulus jadi dokter atau bidan?. Ada juga yang berfikir, Setelah lulus dari keperawatan
nanti bisa nglanjutin di kedokteran (S2 maksudnya) dan jadi dokterkan?. Pertanyaan diatas
masih sering ditanyakan di masyarakat. Kami sebagai bagian dari profesi keperawatan (yang saat
ini posisi kami masih sebagai mahasiswa) merasa miris dengan kenyataan ini. Oleh karena itu
hal ini menjadi salah satu tanggung jawab kami sebagai mahasiswa keperawatan untuk
memberikan penjelasan atau gambaran tentang profesi perawat/nurse.
Perawat adalah sebuah profesi, dimana sebuah pekerjaan akan disebut profesi maka mempunyai
syarat, beberapa diantaranya: kode etik, mempunyai organisasi profesi, mempunyai body of
knowledge, diperoleh melalui pendidikan formal. Begitu juga perawat, mempunyai kode etik
keperawatan, mempunyai organisasi profesi (di Indonesia PPNI), diperoleh melalui pendidikan
formal, mempunyai body of knowledge, dan lain-lain. Jenjang pendidikannya mulai dari SPK
(sekarang sudah dihapus), D3, D4, S1 Keperawatan, S2 Keperawatan dan Spesialis
(Keperawatan Komunitas; Keperawatan Jiwa; Keperawatan Maternitas; Keperawatan Medikal
Bedah; Keperawatan Keluarga; Keperawatan Gerontik; Keperawatan Gawat Darurat;
Keperawatan Anak), dan S3. Untuk di Indonesia baru ada sampai jenjang S2 dan Spesialis
(Keperawatan Komunitas; Keperawatan Jiwa; Keperawatan Maternitas; Keperawatan Medikal
Bedah; Keperawatan Gawat Darurat; Keperawatan Anak).
Perawat dapat berperan sebagai pendidik, peneliti, advokat, pelaksana. Pendidik disini dapat
sebagai dosen maupun ketika perawat memberikan penddikan kesehatan kepada klien. Peneliti
yaitu mengadakan penelitian untuk mengembangkan ilmu dan praktik keperawatan. Advokat
yaitu ketika membantu klien untuk mendapatkan hak-hak klien (seperti mendapat info tentang
ASKESKIN; obat yang sesuai jangkauan ekonomi klien; pengobatan atau perawatan atau terapi
yang sesuai). Pelaksana yaitu perawat yang bekerja memberikan asuhan keperawatan misalnya di
tempat peayanan kesehatan seperti rumah sakit, dll.
Seorang perawat adalah profesi yang diharapkan selalu care (peduli) terhadap klien (pasien yang
tidak hanya sebagai objek, tapi juga subjek yang ikut menentukan keputusan akan
pengobatan/terapi/perawatan terhadap dirinya dan terlibat secara aktif). Seorang perawat
memandang seseorang klien secara holistik/menyeluruh. Perawat tidak memandang klien hanya
sebagai individu yang sedang sakit secara fisik/bio, tetapi juga memperhatikan kondisi

mental/psikis/kejiwaan, sosial, spiritual, dan cultural. Oleh karena itu, untuk memberikan asuhan
keperawatan, seorang perawat harus mengkaji aspek yang holistik tersebut (bio, psiko, sosio,
spiritual, dan cultural). Dan asuhan yang dilakukan perawat adalah memberikan perawatan,
sedangkan dokter adalah mengobati.
Salah satu contohnya adalah misalnya klien mengalami batuk. Maka sesuai profesinya, yang
dilakukan dokter ke klien ini adalah memberikan obat batuk (misalnya dextral). Sedangkan yang
dilakukan perawat atau asuhan keperawatannya adalah mengatasi masalah keperawatan apa yang
timbul akibat batuk yang dialami klien tersebut dengan cara melakukan pengkajian terlebih
dahulu, seperti: kapan mulai batuk, terus-menerus atau waktu-waktu tertentu, berdahak atau
tidak, jika berdahak perlu dikaji apakah klien bisa mengeluarkan dahaknya, seperti apa dahaknya
(jumlah, warna, konsistensi), apakah pernapasan klien terganggu, bagaimana pola napasnya,
apakah aktivitas klien terganggu, jika ya maka perlu dikaji aktivitas seperti apa yang terganggu.
Jika klien batuk dan dahaknya sulit keluar, maka perawat mengajarkan cara bagaimana batuk
yang efektif untuk mengeluarkan dahaknya atau dengan memberikan fisioterapi dada maupun
suction jika masih banyak dahak yang menumpuk di saluran pernapasan atau paru-paru. Jika
klien sulit bernapas, perawat menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi tubuh bagian kepaladada lebih tinggi daripada panggul-kaki (posisi semi fowler). Selain itu, perawat juga mengkaji
perasaan klien. Jika klien mengalami kecemasan/ansietas, maka hal ini juga perlu diatasi
perawat.
Contoh lainnya yaitu misalnya klien mengalami mual dan muntah. Dokter akan memberikan
obat anti emetik untuk mengatasi masalah ini. Sedangkan asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat adalah mengatasi akibat dari mual muntah ini, seperti: memenuhi kebutuhan nutrisi
untuk mengantikan nutrisi yang keluar saat muntah dan mencegah kurangnya nutrisi pada klien;
memehuhi kebutuhan cairan (air, elektrolit) untuk menggantikan cairan yang keluar tubuh dan
mencegah terjadinya dehidrasi. Perawat juga perlu mengkaji perasaan klien dan mengatasi jika
ada masalah dengan psikologisnnya.
Untuk kedepannya (yang akan dituju), keperawatan tidak hanya berfokus pada pelayanan
kesehatan (di rumah sakit, poliklinik, Puskesmas, dan penyedia pelayanan kesehatan lain) namun
keperawatan yang berbasis komunitas (baik komunitas secara keseluruhan di suatu wilayah
tertentu, agregat/kelompok usia tertentu, keluarga, maupun gerontik/lansia). Dengan sistem yang
seperti ini (berbasis komunitas), perawat tidak hanya duduk di tempat pelayanan kesehatan
menunggu datangnya klien atau merawat klien yang sudah ada di tempat pelayanan kesehatan,
tetapi juga melakukan pengkajian ke masyarakat/komunitas (ke komunitas itu sendiri, agregat,
keluarga, gerontik) untuk mengetahui masalah kesehatan yang sedang dialami, faktor risiko dan
penyakit yang akan muncul akibat risiko tersebut, serta pendidikan kesehatan (seperti
penyuluhan tentang DBD, Flu Burung, Hipertensi/darah tinggi, penyakit Gula/Diabetes Mellitus,
dan lain-lain).

Pada sistem perawatan berbasis komunitas, perawat bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti:
tim kesehatan lain, kader kesehatan wilayah setempat (wilayah yang dikaji), pemerintahan
setempat, SDM yang ada diwilayah setempat untuk diberdayakan kemampuannya
(empowerment), dinas Kesehatan setempat, dinas Kebersihan dan Tata kota, dan lain-lain. Hal
ini akan bermanfaat untuk pendeteksian jumlah penderita penyakit tertentu yang tidak
memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan, pendeteksian faktor risiko dan penyakit
yang akan ditimbulkan, serta yang paling penting adalah menjadi salah satu solusi untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di Indonesia karena disini upaya promotif maupun
preventif/pencegahan terhadap masalah kesehatan lebih optimal secara kuantitas dan waktu
(karena lebih awal) daripada di sektor lain (klinik/penyedia pelayanan kesehatan). Harapannya,
sistem berbasis komunitas ini mendapat persetujuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai
pihak dan dapat terlaksana di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Ayo wujudkan masyarakat Indonesia sehat bersama Perawat!

Anda mungkin juga menyukai