BLOK 15 -16
ICTERUS NEONATORUM
Riki Hanafiah
1010098
Metabolisme Bilirubin
Dapat dibagi menjadi 3 fase :
o Fase Pre-hepatik
o Fase Intra-hepatik
o Fase Post-hepatik
Fase Pre-hepatik , meliputi : Pembentukan bilirubin dan transport ke
hepar oleh albumin plasma.
Fase Intra-hepatik , meliputi :
o Pengambilan bilirubin unconjugated oleh sel parenkim hepar
(liver uptake)
Bilirubin dilepas dari albumin, masuk melalui permukaan
sinusoid hepatosit oleh carrier-mediated saturable system.
Setelah memasuki hepatosit, bilirubin akan terikat pada
protein sitosolik spesifik ( ligandin dan protein Y) , agar
tetap larut untuk proses konjugasi dan mencegah bilirubin
kembali ke aliran darah.\
o Konjugasi bilirubin dengan glukoronat dalam retikulum
endoplasma halus
Dua molekul asam glukoronat akan ditambahkan ke dalam
molekul bilirubin oleh enzim glukoronat transferase
(UDPG-T) membentuk bilirubin direk/conjugated yang
larut dalam air.
Fase post-hepatik, meliputi :
o Sekresi bilirubin direk ke empedu dan usus
Perinatologi
saat
Laju jantung
Tidak ada
< 100
> 100
Usaha
bernapas
Tidak ada
Lambat
Menangis
kuat
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas
fleksi sedikit
Gerakan
aktif
Refleks
Tidak
bereaksi
Gerakan
sedikit
Reaksi
melawan
Warna kulit
Seluruh
tubuh biru
/ pucat
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas
biru
Seluruh
tubuh
kemerahan
Icterus Neonatorum
Definisi
Icterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning akibat akumulasi / peningkatan
kadar bilirubin.
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl.
Epidemiologi dan Insidensi
Hiperbilirunemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Lebih dari 85% bayi cukup bulan kembali dirawat dalam minggu
pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Etiologi
Berdasarkan jenis bilirubin yang meningkat , dikenal 2 macam
hiperbilirubinemia :
o Unconjugated (indirect) hyperbilirubinemia
o Conjugated (direct) hyperbilirubinemia
Etiologi Unconjugated hyperbilirubinemia :
o Fisiologis
o Anemia hemolitik
o Polisitemia
o Adanya darah pada jaringan /ekstravaskuler
o Gangguan dari proses konjugasi ; kerusakan parenkim hepar
o Breast feeding dan breast milk jaundice
o Kelainan metabolik : hipotiroid, galaktosemia
o Peningkatan sirkulasi enterohepatik
o Kelainan dan obat obatan yang mengganggu ikatan bilirubin
terhadap albumin
Etiologi Conjugated hyperbilirubinemia :
o Penyakit bilier ekstra hepatik : obstruksi bilier bisa karena
adanya batu atau Ca Caput pankreas
o Penyakit intra hepatik / kerusakan parenkim hepar : infeksi virus,
obat obatan , sirosis hepatis
o Keadaan tertentu seperti syok hipovolemik
Icterus fisiologis (pada neonatus) dapat terjadi karena :
o Produksi bilirubin meningkat
o Defisiensi sementara enzim Glukoronil transferase
o Aktivitas enzim Glukoronil transferase belum sempurna
o Defisiensi relatif Y protein sehingga uptake terganggu
Faktor Resiko
Ikterus timbul < 24 jam pertama
o Pa d a
likuor
amnion
yang
normal
dapat
ditemukan
bilirubin
p a d a kehamilan 12 minggu,
kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu.
o Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin dalam cairan
amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis.
o Peningkatan bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi
usus fetus.
o Bagaimana bilirubin sampai ke likuor amnion belum
diketahui dengan jelas, tetapi kemungkinan besar melalui
mukosa saluran nafas da n sa lura n ce rna .
o Produk s i bili rubin pa da fe tus da n ne ona tus diduga
s ama bes a rnya te ta pi kes a nggupa n he pa r me nga m bil
bi liru bin da ri s irkulas i sa nga t terbatas.
o Demikian pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan
demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk
bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu
dan diekskresi oleh hepar ibunya.
o Dalam keadaan fi s iol ogis ta npa ge ja la pa da ha m pir
s e mua ne ona tus da pa t te rja di a kumulas i bilirubin
indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada
masa neonatus.
o Pada masa janin hal ini dis e le sa ika n ole h he pa r ibuny a ,
te ta pi
pa da
ma sa
ne ona tus
ha l
ini
be ra k iba t penumpukan
bilirubin
dan
disertai
gejala
ikterus.
o Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau
bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia,
asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil
transferase atau k e k u r a n g a n g l u k o s a , k a d a r b i l i r u b i n
indirek dalam darah dapat meninggi.
o Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung
pada kadar albumin dalam serum.
o Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah
sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indirek yang
bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena
bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melewati
BBB. Inila h ya ng me nja di da sa r pe nce ga ha n ke rn
icte rus de nga n pemberian albumin atau plasma.
Patogenesis Ikterus :
Mekanisme
Hepatobilier
Intrahepatic
Obstructive
jaundice
Kerusakan
Hepatoseluler
Obstruksi pada
canaliculi
biliaris
Ekskresi Bilirubin
Conjugated &
Unconjugated
Hyperbilirubinemia
Mekanisme
Hematologi
Extrahepatic
Obstructive
jaundice
Obstruksi
duct.biliaris
(cholestasis)
Akumulasi Bi
Conjugated, masuk
ke peredaran darah
Conjugated
Hyperbilirubinemia
Hemolytic
Jaundice
Lisis eritrosit
Konjugasi terganggu
karena kapasitas
pada hepatosit , Bi
masuk ke peredaran
darah
Unconjugated
Hyperbilirubinemia
Deposit bilirubin di
jaringan (ikterus)
Etiolog
i
Hemolisis
pada :
Inkompatibiltas
darah
Sepsis
Def.
Relatif
Protein Y
Gang.
Fungsi
Hepar /
fungsi hepar
yang belum
matang
Perdarahan
tertutup
usus masih
steril
Enzim Beta
glukoronidase belum
ada
Ekskresi
menurun
Bilirubin
Indirek
Gangguan
transportasi
Kadar > 20
mg/dL
Masuk ke
otak
Kadar albumin
rendah
Bayi
Prematur
Ikterus/jaundi
ce
Kuning pada sklera,
kulit, dan membran
mukosa lain
Komplikasi : kern
icterus (tuli ,kejang ,
kematian)
Gejala Klinik
Gejala utamanya adalah kuning pada sklera mata, kulit dan membran
mukosa lainnya
Dapat pula disertai gejala gejala :
o Dehidrasi
o Pucat : berkaitan dengan anemia hemolitik
o Trauma lahir : sefalhematom , perdarahan tertutup lainnya
o Pletorik (penumpukan darah ) : polisitemia yang disebabkan
karena keterlambatan memotong tali pusat , atau bati KMK
o Letargik dan gejala sepsis lainnya
o Petekiae : berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, dan
eritroblastosis
o Mikrosefali : sering berkaitan dengan infeksi kongenital, anemia
hemolitik, penyakit hati
o Hepatosplenomegali
Dasar Diagnosis
Seorang bayi laki laki, usia 9 hari
Keluhan Utama : kulit kuning
Pasien merupakan anak pertama, lahir spontan pada usia kehamilan
34 minggu, persalinan ditolong oleh bidan
3 hari setelah lahir sampai saat ini, tubuh terlihat kuning
Ibu pasien tidak tahu bagian mana yang terlebih dahulu kuning
Pasien terlihat lemas dan jarang menangis
Pasien masih mau menyusui dari ibunya
Ibu pasien menyangkal adanya demam, kejang, batuk,pilek, mual dan
muntah
Juga menyangkal adanya trauma kepala sebelumnya, maupun trauma
saat persalinan
BAB dan BAK : dalam batas normal
RPK : Ibu pasien sakit demam berdarah dan typhoid saat trimester III. Ibu
pasien tidak pernah melakukan transfusi darah
Tanda Vital :
Nadi
: 140x/menit, reguler, ekual, isi cukup
Respirasi : 44x/menit , abdominotorakal
Suhu
: 37,2 C
Pengukuran :
BB
: 2,3 kg
TB
: 45 cm
Lingkar
Lingkar
Lingkar
Lingkar
kepala : 33 cm
dada
: 35 cm
perut
: 34 cm
lengan atas : 7 cm
Pemeriksaan Fisik
Kulit : ikterik (+)
Kepala : Mata : Sklera ikterik +/+
Abdomen : palpasi : hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum, 1 cm bawah
proc. Xiphoideus
Pemeriksaan Laboratorium
18 April 2012
Hb
: 16,2 gr/dL
Ht
: 44 %
Leukosit
: 17.600
Trombosit : 250.000
Gol.darah : A+
Bi total : 26, 7 mg/dL
Bi Indirek : 25,9 mg/dL
Bi direk : 0,8 mg/dL
Pasien kemudian dirawat inap dan diterapi dengan transfusi tukar yang
dilanjutkan dengan fototerapi .
19 April 2012
Bi total : 16,4 mg/dL
Bi Indirek : 15,8 mg/dL
Bi Direk
: 0,6 mg/dL
20 April 2012
Bi total : 13, 6 mg/dl
Bi indirek : 13,1 mg/dl
Bi direk : 0,5 mg/dl
21 April 2012
Bi total : 11,1 mg/dl
Bi indirek : 10,5 mg/dl
Bi direk : 0,6 mg/dl
Diagnosis Banding
Ikterus Patologis
Ikterus Fisiologis
Diagnosis Kerja
Ikterus Patologis
Yang perlu ditanyakan saat anamnesis :
o Riwayat kehamilan dengan komplikasi
o Riwayat persalinan dengan komplikasi
o Riwayat ikterus/ transfusi tukar pada bayi sebelumnya
o Riwayat inkompatibilitas darah
o Riwayat keluarga yang menderita anemia , hepatosplenomegali
Klasifikasi Ikterus :
Tanya dan Lihat
Tanda / gejala
Klasifikasi
Mulai kapan ikterus ?
Ikterus segera setelah
lahir
Ikterus pada 2 hari
Daerah mana yg ikterus pertama
Ikterus patologis
?
Ikterus pada usia >= 14
Bayinya kurang bulan ?
hari
Warna tinja ?
Lutut/ siku/ lebih
Bayi kurang bulan
Tinja pucat
Ikterus usia 3 13 hari
Ikterus fisiologis
Tanda patologis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Penentuan kadar bilirubin secara :
o Visual
o Kramer
o Bilirubin serum
o Bilirubinometer transkutan
o Bilirubin bebas dan CO
Hematologi : SADT, hitung jenis (untuk anemia hemolitik)
Golongan darah Ibu dan rhesus ( untuk inkompatibilitas darah)
Coomb Test (direk)
Enzim G6PD
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Pertahankan suhu optimal 36 ,5 37,5 C
ASI diganti dengan PASI 4 x 10 dan DS 10% 4x 10 peroral, bila malas
pasang sonde (maks 2 x 24 jam kembali ke ASI)
Farmakologi
Luminal : 3x1 pulv. ( golongan fenobarbital, meningkatkan kadar
ligandin)
Questran 2x1 pulv (menurunkan kadar lemak , karena bi indirek larut
dalam lemak)
Fototerapi /terapi sinar :
Menyebabkan isomerasi bilirubin, sehingga lebih mudah diekskresikan
oleh hepar ke empedu kemudian ke usus halus .
Dapat dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar
Lampu diganti tiap 2000 jam atau tiap 3 bulan
Pada inkubator atau boks bayi , dipasang kain dan tirai agar dapat
memantulkan sinar sebanyak mungkin ke bayi
Pakaian bayi dibuka saat penyinaran , posisinya diubang tiap 6 8 jam
agar seluruh tubuh dapat disinari
Terapi dihentikan bila kadar Bi < 10 mg/dL, lama penyinaran tidak lebih
dari 100 jam
Efek samping (bersifat sementara) : dehidrasi, hipertermia, kelainan
kulit, enteritis, letargi, gangguan minum, dan iritabilitas
Transfusi tukar :
Bermanfaat mengganti eritrosit yang terhemolisis, dan membuang
antibodi yang menyebabkan hemolisis
Sangat bermanfaat, tapi efek samping dan komplikasinya harus
diperhatikan
Macam macam transfusi tukar :
o Double volume
o Iso volume
o Partial exchange
Komplikasi
Kern Ikterus
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam