Anda di halaman 1dari 62

Radikulopati Lumbaris

Nico Saputra 0815216


Owymardyan y manafe 1015018
Juni royntan tampubolon 1015070
Dandi ali akbar 1015169
Daniel wirawan 0915042
Pembimbing : dr. DEDEH Sp.S

Status Ilmu Penyakit Saraf


Keterangan Umum
Nama
: Ny. R M
Usia
: 71 tahun
Alamat
: TKI, Margahayu
Pekerjaan
: IRT
Kawin
: Kawin
Agama
: Kristen
Bangsa
: Indonesia
Ruangan
: E 5.2
Tgl. Rawat
: 24 November 2014
Tgl. Periksa
: 25 November 2014

Anamnesa
Autoanamnesa
Keluhan Utama : Nyeri tungkai kiri
Anamnesa Khusus :

Pasien datang dengan keluhan nyeri tungkai kiri sejak


2 minggu yang lalu. Nyeri menjalar dari pangkal
paha hingga ujung jari kaki, terasa seperti ditusuk
jarum. Nyeri terus menerus, tidak berkurang setelah
istirahat, semakin hari semakin berat, terutama bila
melakukan aktivitas, sehingga pasien sulit berjalan.
Nyeri disertai kesemutan dan baal. nyeri pinggang dan
bokong tidak jelas. Pasien mengatakan lupa kapan
keluhan timbul. Tidak dirasakan ada kelemahan tubuh
pada satu sisi tertentu. Pasien menyangkal demam,
dan trauma sebelum timbul keluhan. Nyeri bertambah
berat bila bersin/batuk/mengedan.

anamnesa
RPD

: Tidak pernah mengalami keluhan serupa.


Pernah batuk lama 10 tahun yag lalu,
Tekanan darah tinggi (+),
RPK : Tekanan darah tinggi (-), Jantung (-), Stroke
(-), diabetes/tumor (-)
UB
: (-)
R.Kebiasaan : jarang olah raga, masih melakukan
pekerjaan rumah (mencuci baju, menyapu)
Status Ginekologis : menopause umur 52 tahun.

KEADAAN UMUM
Kesadaran : compos mentis
BB/TB : 68 kg/155 cm.
Status gizi : 28,07 overweight
Pernafasan : reguler, 20x / menit
Tensi
: 160/100 mmHg Hipertensi stage 2
Nadi
: 84x / menit, reguler, equal, isi cukup
Suhu
: 36,00C
Kepala
: t.a.k
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Leher
: KGB tdk membesar
Thorax
: B/U dbn
Jantung
: BJ 1 & 2, murmur (-)
Paru-paru
: VBS +/+, Rh -/-, Wh -/ Abdomen : datar, BU (+), soepel, nyeri tekan (-)
Pembuluh darah : bruit (-)

STATUS NEUROLOGIS (1)


1. Penampilan:

Kepala
Columna vertebralis

: B/U normal
: sulit dinilai

2. Rangsang meningen / iritasi radiks:

Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Brudzinski III
Kernig
Lasegue

:
:
:
:
:
:

-/+
-/+

STATUS NEUROLOGIS (2)


3.

Saraf otak:

N. I :

Penciuman
: baik

N. II:

ketajaman penglihatan : baik

Kampus
: baik

fundus okuli
: tidak dilakukan pemeriksaan

N. III, IV, VI :

Ptosis
:
Pupil
: bulat, isokor, 3mm

Refleks cahaya : D: +/+, I: +/+

Posisi mata
: central, sejajar

Gerakan bola mata : Normal, nystagmus (-)

STATUS NEUROLOGIS (3)


N. V :

Sensorik :
Oftalmikus
: +/+
Maksilaris
: +/+
Mandibularis
: +/+

Motorik
: baik

N. VII :

Angkat alis mata


: simetris

Memejamkan mata
: baik

Plika naso-labialis
: simetris

Gerakan wajah
: baik

Rasa kecap 2/3 bag.muka lidah : tidak dilakukan

N. VIII :

Pendengaran
: baik

Keseimbangan : tidak dilakukan pemeriksaan

STATUS NEUROLOGIS (4)


N. IX/X :

Suara
: baik

Menelan
: baik

Arkus faring
: simetris

Uvula
: sentral

Refleks faring
: tidak diperiksa

Rasa kecap 1/3 belakang : tidak diperiksa

N. XI :

Angkat bahu
: baik, simetris

Menengok ke kanan/kiri
: baik simetris

N. XII :

Gerakan lidah : Normal, deviasi (-)

Atrofi
:
Fasikulasi
:

STATUS NEUROLOGIS (5)


Motorik

Kekuatan
: atas 5/5, bawah 5/5

Tonus
: normotoni

Atrofi
:
Fasikulasi
:
Gerakan involunter : 5. Sensorik
Lengan kiri
: baik
Lengan kanan
: baik
Batang tubuh
: baik, simetris
Tungkai kiri
: baik
Tungkai kanan
: baik
6. Koordinasi

Cara bicara
: Normal

Tremor
:
Tes telunjuk hidung : Normal
4.

STATUS NEUROLOGIS (6)


7. Refleks

Fisiologis

Biceps
Triceps
Radius
KPR
APR
Kremaster

Patologis

:
:
:
:
:
:

+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
tidak diperiksa

Hofman Tromner
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer

:
:
:
:
:
:

-/-/-/-/-/-/-

STATUS NEUROLOGIS (7)


Patrick test
: -/+
9. Valsalva (+)
10. Pemeriksaan Fungsi Luhur
Hubungan psikis
: baik
Ingatan :
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Kemampuan berhitung : baik
8.

Pemeriksaan Penunjang
24/11/2014
Urin Rutin
BJ
1,010
pH
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Nitrit

:
: 5,0

:::: <2
::-

Sedimen
Sel epitel
Eritrosit
Leukosit
LPB
Bakteri
Kristal
Lain-lain
25/11/2014
Asam urat

: 4-6 / LPB
: 0-1 / LPB
: 10-15 /

:+
::-

: 6,3 mg/dL

Pemeriksaan Penunjang
Foto Vertebra LS AP/Lat
Kesan : spondilosis Vertebra L 2-4, kompresi
vertebra T 12, listesis L 4-5

RESUME
ANAMNESA

Seorang perempuan, 71 tahun, datang dengan keluhan utama


nyeri tungkai kiri, nyeri dirasakan 2 minggu yang lalu dan
dirasakan menjalar dari pangkal paha hingga ujung jari kaki.
Seperti ditusuk jarum, terus menerus, tidak berkurang setelah
istirahat, semakin hari semakin berat, terutama bila melakukan
aktivitas, sehingga pasien sulit berjalan. Nyeri pinggang dan
bokong tidak jelas. Kesemutan (+), baal (+). kelumpuhan (-),
demam (-), trauma (-). nyeri bertambah berat bila
bersin/batuk/mengedan.
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran
: CM
Rangsang meningen : Kernig
: -/+
Laseque
: -/+
Nervi craniales
: dbn
Motorik : atas 5/5 bawah 5/5
Sensorik
: baik

Refleks fisiologis
Refleks patologis
Fungsi luhur
Patrick test
Valsalva

:
:
:
:
:

+/+
-/baik
-/+
+

Pemeriksaan Penunjang
24/11/2014
Sedimen
Urin Rutin
Sel epitel
: 4-6 / LPB
BJ
:
Eritrosit
: 0-1 / LPB
1,010
Leukosit
: 10-15 /
pH
: 5,0
LPB
Protein
:Bakteri
:+
Glukosa
:Kristal
:Keton
:Lain-lain
:Urobilinogen : <2
Bilirubin
:25/11/2014
Nitrit
:Foto Vertebra LS AP/Lat Asam urat : 6,3 mg/dL
Kesan : spondilosis Vertebra L 2-4, kompresi
vertebra T 12, listesis L 4-5

Kesadaran
: CM
Rangsang meningen : Kernig
: -/+
Laseque
: -/+
Nervi craniales
: dbn
Motorik : atas 5/5 bawah 5/5
Sensorik
: baik

Refleks fisiologis
Refleks patologis
Fungsi luhur
Patrick test
Valsalva

:
:
:
:
:

+/+
-/baik
-/+
+

DIAGNOSA
Diagnosis banding : Radikulopati Lumbaris kiri
Diagnosis tambahan : Hipertensi Stage 2, ISK
Diagnosis Kerja
: Radikulopati Lumbaris kiri +
Hipertensi Stage 2 + ISK

Usulan Pemeriksaan
Foto LS AP/Lat

CT Scan
EMG
Foto Thorax AP

EKG
Hematologi Rutin
Fungsi ginjal

Faktor reumatoid
Alkali fosfatase, Ca

Penatalakasanaan
Non medikamentosa :

Bed Rest
Fisioterapi
Medikamentosa:

Ibuprofen 3x400mg
Chlorzoxazone 2x200mg
Amlodipin 1x5mg

Radikulopati

Defenisi
Radikulopati adalah suatu keadaan yang
berhubungan dengan gangguan fungsi dan
struktur radiks akibat proses patologik yang
dapat mengenai satu atau lebih radikssaraf
dengan pola gangguan bersifat dermatomal

Etiologi :
1. Proses Kompresif
2. Proses Inflamasi
3. Proses Degenerasi

1. Proses kompresif
hernia nucleus pulposus (HNP), tumor medulla
spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan
spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic
dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan
spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis
2. Proses inflammatori
Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
3. Proses degeneratif
Diabetes Mellitus

Tipe Radikulopati
1. Radikulopati lumbar
Radikulopati lumbar disebabkan oleh iritasi atau
kompresi radiks saraf daerah lumbar, sering disebut
sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh
beberapa sebab seperti bulging, spinal stenosis,
deformitas vertebra atau herniasi nukleus pulposus.
Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah
sering didapatkan (low back pain)
2. Radikulopati cervical
Radikulopati cervical umunya dikenal dengan
pinched nerve atau saraf terjepit merupakan
kompresi pada satu atau lebih radix saraf pada leher.
Gejala pada radikulopati cervical seringnya
disebabkan oleh spondilosis cervical.

3. Radikulopati torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk relative
jarang dari kompresi saraf pada punggung tengah.
Daerah ini tidak didesain untuk membengkok
sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan
area thoraks lebih jarang menyebabkan sakit pada
spinal. Kasus yang sering yang ditemukan pada
bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes zoster.

Gambar 1. Kolumna Vertebra

Gambar 2. Radiks Saraf

manifestasi klinis radikulopati secara umum :


Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari
daerah parasentral dekat vertebra hingga ke arah
ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat
oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di
permukaan kulit sepanjang distribusi dermatom
radiks yang bersangkutan.
Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang
bersangkutan.
Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks
yang bersangkutan menurun atau bahkan
menghilang.

Spondilosis Lumbalis

Definisi
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang

berarti tulang belakang. Spondilosis


lumbalis dapat diartikan perubahan pada
sendi tulang belakang dengan ciri khas
bertambahnya degenerasi discus
intervertebralis yang diikuti perubahan
pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat
berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang
(osteofit).

Epidemiologi
Spondylosis lumbal muncul karena proses
penuaan atau perubahan
degeneratif. Spondylosis lumbal banyak pada
usia 30 45 tahun dan paling banyak pada usia
45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang
pada wanita dari pada laki-laki.
Etiologi
Penonjolan tulang atau osteofit yang tumbuh
keluar melalui jalur saraf.
Penonjolan bagian dari diskus yang terletak di
depan saraf.
Herniasi nukleus pulposus melalui bagian luar

Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan


spondylosis lumbal adalah :
a. Kebiasaan postur yang jelek
b. Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti
aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan
mengangkat, twisting dan
membawa/memindahkan barang.
Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya
progresi degenerasi pada vertebra lumbal yaitu:
a.
Faktor usia , beberapa penelitian pada
osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses
penuaan merupakan faktor resiko yang sangat
kuat untuk degenerasi tulang khususnya pada

b.
Stress akibat aktivitas dan pekerjaan,
degenerasi diskus juga berkaitan dengan
aktivitas-aktivitas tertentu. (twisting, mengangkat,
membungkuk, postur jelek yang terus menerus),
dan vibrasi seluruh tubuh (seperti
berkendaraan).
c.
Peran herediter, Faktor genetik mungkin
mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi
diskus. Penelitian Spector and MacGregor
menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang
ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan
faktor herediter.
d.
Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and
Soames menjelaskan bahwa perubahan

Patofisiologi
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus
intervertebralis antara lain:
a. Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber
cenderung melonggar dan muncul retak pada
berbagai sisi.
b. Nucleus pulposus kehilangan cairan
c. Tinggi diskus berkurang

Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses

degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa


menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi
perubahan patologis berupa adanya lipping yang
disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme
diskus yang menghasilkan penarikan dari
periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi
dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi
factor predisposisi terjadinya crush fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi

memendek dan menebal terutama pada daerah


yang sangat mengalami perubahan. Pada
selaput meningeal, durameter dari spinal cord
membentuk suatu selongsong mengelilingi akar
saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak
diskus membatasi canalis intervertebralis.
Terjadi perubahan patologis pada sendi
apophysial yang terkait dengan perubahan pada
osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin
permukaan articular dan bersama-sama dengan
penebalan kapsular, dapat menyebabkan
penekanan pada akar saraf dan mengurangi
lumen pada foramen intervertebralis.

Gejala klinis
Gambaran klinis yang terjadi tergantung pada
lokasi yang terjadi baik itu cervical, lumbal dan
thoracal. Untuk spondylosis daerah lumbal
memberikan gambaran klinis sebagai berikut:
a. Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada
apa-apa dan tidak menjadi suatu masalah
sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya
ditimbulkan dari aktivitas tidak sesuai.
b. Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang
sacrum dan sacroiliac joint. Dan mungkin
menjalar ke bawah (gluteus) dan aspek lateral
dari satu atau kedua hip. Pusat nyeri berasal dari
tingkat L4, L5, S1.

c. Referred pain:
1) Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai
karena adanya iritasi pada akar persarafan. Ini
cenderung pada area dermatomnya
2) Paha (L1)
3) Sisi anterior tungkai (L2)
4) Sisi anterior dari tungkai knee (L3)
5) Sisi medial kaki dan big toe (L4)
6) Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial
(L5)
7) Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral
bagian posterior kaki (S1)
8) Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)

d. Parasthesia, biasanya mengikuti daerah


dermatom dan terasa terjepit dan tertusuk, suatu
sensasi kesemutan atau rasa kebas (mati
rasa).
e. Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus
erector spinae dan m. quadratus lumborum.
Seringkali terdapat tonus yang berbeda antara
abduktor hip dan juga adductor hip. Kadangkadang salah satu otot hamstring lebih ketat
dibanding yang lainnya.

f. Keterbatasan gerakan, semua gerakan lumbar


spine cenderung terbatas. Gerakan hip biasanya
terbatas secara asimetrical. Factor limitasi pada
umumnya disebabkan oleh ketetatan jaringan
lunak lebih dari spasm atau nyeri.
g. Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot
abdominal dan otot gluteal. Kelemahan mungkin
terjadi karena adanya penekanan pada akar
saraf myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang
mengalami nyeri menjalar biasanya lebih lemah
dibandingkan dengan tungkai satunya.
h. Gambaran radiografi, terdapat penyempitan
pada jarak discus dan beberapa lipping pada
corpus vertebra.

Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada penderita nyeri punggung
bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah
yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap
tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan
otot pada sisi vertebra yang sakit

Penatalaksanaan
Terdiri dari pengobatan konservatif dan
pembedahan.
Pada pengobatan konservatif, terdiri dari
analgesik dan memakai korset lumbal yang
mana dengan mengurangi lordosis lumbalis
dapat memperbaiki gejala dan meningkatkan
jarak saat berjalan

Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi

konservatif gagal dan adanya gejala-gejala


permanen khususnya defisit
motorik. Pembedahan tidak dianjurkan pada
keadaan tanpa komplikasi. Terapi pembedahan
tergantung pada tanda dan gejala klinis, dan
sebagian karena pendekatan yang berbeda
terhadap stenosis spinalis lumbalis, tiga
kelompok prosedur operasi yang dapat dilakukan
anatara lain:
Operasi dekompresi
Kombinasi dekompresi dan stabilisasi dari
segmen gerak yang tidak stabil
Operasi stabilisasi segmen gerak yang tidak

Fisioterapi
Tujuan tindakan fisioterapi pada kondisi ini yaitu
untuk meredakan nyeri, mengembalikan
gerakan, penguatan otot, dan edukasi postur.
Pada pemeriksaan (assessment) yang perlu
diidentifikasi adalah:
1) gambaran nyeri
2) factor pemicu pada saat bekerja dan saat
luang
3) ketidaknormalan postur
4) keterbatasan gerak dan faktor
pembatasannya.
5) Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas

Program intervensi fisioterapi hanya dapat


direncanakan setelah melakukan assessment
tersebut. Adapun treatment yang bisa digunakan
dalam kondisi ini, adalah sebagai berikut:
1)
Heat , heat pad dapat menolong untuk
meredakan nyeri yang terjadi pada saat
penguluran otot yang spasme.
2)
Ultrasound, sangat berguna untuk mengobati
thickening yang terjadi pada otot erector spinae
dan quadratus lumborum dan pada ligamen
(sacrotuberus dan saroiliac)
3) Corsets, bisa digunakan pada nyeri akut

4) Relaxation, dalam bermacam-macam posisi dan


juga pada saat istirahat, maupun bekerja.
Dengan memperhatikan posisi yang nyaman dan
support.
5) Posture education, deformitas pada postur
membutuhkan latihan pada keseluruhan
alignment tubuh.
6) Mobilizations, digunakan untuk stiffness pada
segment lumbar spine, sacroiliac joint dan hip
joint.
7) Soft tissue technique, pasif stretching pada
struktur yang ketat sangat diperlukan, friction
dan kneading penting untuk mengembalikan
mobilitas supraspinous ligament, quadratus

8) Traction, traksi osilasi untuk mengurangi tekanan


pada akar saraf tetapi harus dipastikan bahwa otot
paravertebral telah rileks dan telah terulur.
9) Hydrotherapy, untuk relaksasi total dan mengurangi
spasme otot. Biasanya berguna bagi pasien yang
takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang
hebat.
10) Movement, hold relax bisa diterapkan untuk
memperoleh gerakan fleksi. Bersamaan dengan
mobilitas, pasien melakukan latihan penguatan
untuk otot lumbar dan otot hip.
11) Advice , Tidur diatas kasur yang keras dapat
menolong pasien yang memiliki masalah sakit
punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien
yang nyeri nya bertambah parah pada gerakan

Pencegahan
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita
tidak pernah tahu seberapa cepat proses
degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka
ada beberapa hal yang dapat dilakukan dari
sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya
spondylosis. Antara lain :
Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high
impact), misalnya berlari. Pilih jenis olah raga
yang lebih lembut dan mengandalkan
peregangan dan kelenturan.
Lakukan exercise leher dan punggung yang
dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan,
dan jangkauan gerak.

Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang

sama dalam jangka waktu lama. Beristirahatlah


sering-sering. Misalnya waktu menonton TV,
bekerja di depan komputer, ataupun mengemudi.
Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang
tegak. Jangan bertumpu pada satu kaki bila
berdiri. Jangan membungkuk bila hendak
mengangkat barang berat lebih baik tekuk
tungkai dan tetap tegak.
Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat
berkendara. Hal ini membantu mencegah
terjadinya cedera bila ada trauma.

OSTEOPOROSIS

Osteoporosis
Osteo = tulang

porosis = lubang
Osteoporosis penyakit tulang
sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi mudah rapuh.

Patogenesis
Primer, dibagi 2:

1. Osteoporosis postmenopause
2. Osteoporosis senilis (faktor usia)
Sekunder

Faktor yang mempengaruhi kehilangan bone


mass.
Defisiensi seks hormon steroid.
Disuse.
Defisiensi calsium.
Defisiensi vitamin D.
Usia.
Kebiasaan : alkohol,merokok,nutrisi,aktifitas.

Insidensi
Berdasar data penelitian, wanita berusia 65

tahun ke atas yang menderita penyakit itu 1520% dan 80 tahun ke atas lebih banyak lagi,
25-40%.
Wanita lebih beresiko menderita osteoporosis
daripada pria
Kaukasia dan oriental lebih berisiko daripada
kulit hitam
Immobilisasi lama
Asupan Kalsium yang rendah

Gejala Klinik

Osteoporosis Silent killer


disease
Penurunan tinggi badan

Kompresi fraktur pada vertebra


Rasa sakit biasanya dirasakan apabila

beraktivitas
Rasa sakit berkurang bila beristirahat
Timbul tiba-tiba atau akut

Diagnosis Pasti
Mengukur densitas masa tulang dengan DEXA

(Dual Energy X-ray absorbtiometri)

Penatalaksanaan
Kalsitonin untuk meningkatkan massa tulang

Dosis: 100 IU/hari atau 50 IU selang sehari


(lebih efektif)
Memiliki efek analgesik

Pencegahan
Terapi sulih hormon ( Hormon Replacement

Therapy )
Kombinasi estrogen dan progesteron untuk
mencegah kanker endometrium dan tidak
dianjurkan bila dalam keluarga terdapat faktor
genetik kanker payudara
Kalsium
- Premenopause: 1000 1200 mg/hari
- Postmenopause: 1200 1500 mg/hari

Pencegahan
Diet tinggi kalsium

Menghindari diet tinggi protein


Hindari alkohol dan rokok
Olahraga

Berjemur
Gaya hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai