Anda di halaman 1dari 15

A.

JUDUL
Judul Proposal kerja praktik ini adalah PENENTUAN KUANTITAS
PEMESANAN OPTIMUM DENGAN MODEL ECONOMIC ORDER
QUANTITY (EOQ) DALAM MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA
PERSEDIAAN (STUDI KASUS Perum BULOG Sub Divre IV
Banyumas).
B. PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pangan sangat menunjang untuk
keberlangsungan hidup manusia. Salah satu perusahaan yang menyediakan
pangan adalah Badan Urusan Logistik (BULOG).
Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas merupakan salah satu bagian dari
unit kerja BULOG. Seperti halnya perusahaan lainnya, Perum BULOG Sub Divre
IV Banyumas memerlukan biaya persediaan yang ditimbulkan karena adanya
persediaan. Persediaan menjadi sangat penting karena membentuk hubungan
antara produksi dan penjualan produk. Jika perusahaan memiliki tingkat
persediaan terlalu besar, maka akan menimbulkan tingginya biaya penyimpanan,
biaya pemindahan, dan biaya pengembalian modal yang tertanam dalam bentuk
persediaan. Hal ini akan berpengaruh pada laba yang akan diperoleh perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan memiliki tingkat persediaan terlalu kecil, maka
perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk menjual dan memperoleh laba. Hal
ini akan menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan yaitu harus menanggung
biaya maupun resiko yang berkaitan dengan keputusan persediaan. Oleh karena
itu,

pihak

perusahaan

harus

melakukan

manajemen

persediaan

untuk

meminimumkan biaya dalam menyediakan persediaan yang dibutuhkan.


Kuantitas pemesanan yang optimum sangat diperlukan

untuk

meminimumkan biaya persediaan. Kuantitas pemesanan yang optimum dapat


ditentukan dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ).
Kondisi-kondisi yang dihadapi dalam menghitung jumlah pemesanan yang
optimal antara lain adanya kebutuhan tetap, stock out, kapasitas lebih, masa
tenggang, kebutuhan tidak tetap, aliran produk kontinu.
1

Biaya yang relevan untuk dipertimbangkan dalam model EOQ adalah biaya
pesan dan biaya simpan (Yamit, 1999). Total biaya persediaan yang minimum
dapat dihitung dengan menjumlahkan total biaya pemesanan tahunan dan total
biaya simpan tahunan. Model EOQ dipilih dalam meminimumkan biaya
persediaan karena cukup mudah untuk diterapkan.
BULOG dapat menentukan total biaya persediaan yang minimum dengan
mengetahui kuantitas pemesanan yang optimum. Oleh karena itu, Perum BULOG
Sub Divre IV Banyumas dapat menghemat biaya yang ditujukan untuk persediaan
per tahunnya. Hal ini tentu saja akan membawa dampak positif pada peningkatan
laba yang diperoleh Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas. Oleh karena itu,
pada kerja praktik ini penulis tertarik untuk menentukan kuantitas pemesanan
optimum di Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas dengan menggunakan model
EOQ dalam kaitannya meminimumkan total biaya persediaan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan menentukan
kuantitas pemesanan optimum berkaitan dengan meminimumkan total biaya
persediaan di Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas :
1. Bagaimana menentukan kuantitas pemesanan yang optimum dengan
model Economic Order Quantity (EOQ) di Perum BULOG Sub Divre
IV Banyumas?
2. Bagaimana meminimumkan total biaya persediaan berdasarkan
kuantitas pemesanan yang optimum?
D. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kerja praktik ini adalah :


1.
Menjelaskan penggunaan manajemen sumber daya
khususnya masalah persediaan dalam menentukan kuantitas
pemesanan yang optimum dengan model Economic Order
Quantity (EOQ) di Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas.

2.

Meminimumkan total biaya persediaan berdasarkan


kuantitas pemesanan yang optimum di Perum BULOG Sub Divre
IV Banyumas.

Tujuan kerja praktik ini adalah:


1. Menggunakan manajemen sumber daya khususnya masalah
persediaan dalam menentukan kuantitas pemesanan yang optimum
dengan model Economic Order Quantity (EOQ) di Perum BULOG
Sub Divre IV Banyumas.
2. Mengetahui total minimum biaya persediaan berdasarkan kuantitas
pemesanan yang optimum di Perum BULOG Sub Divre IV
Banyumas.

E. KEGUNAAN

Bagi Mahasiswa
a) Menambah referensi mengenai pengkajian matematika pada bidang
terapan khususnya masalah manajemen sumber daya.
b) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman bekerja di Perum
BULOG Sub Divre IV Banyumas.

Bagi Perum BULOG Sub Divre IV Banyumas Sebagai bahan


pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan yang tepat
dan dapat mengetahui total biaya persediaan minimum untuk
menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Perum BULOG
Sub Divre IV Banyumas.

F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Persediaan
1.1 Definisi Persediaan

Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan


dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen

atau

pelanggan

setiap

waktu.

Pada

prinsipnya

persediaan

mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus


dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta
menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen (Rangkuti, 2004).
1.2 Tujuan Persediaan
Menurut (Rangkuti, 2004) tujuan diadakannya persediaan antara lain :
a) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan.
b) Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
c) Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.
d) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
e) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
f) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya di
mana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
g) Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
1.3 Jenis-jenis Persediaan
Menurut Rangkuti, jenis-jenis persediaan dapat dibagi berdasarkan
fungsinya, jenis dan posisi barang.
1. Persediaan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu Batch
Stock/Lot Size Inventory, Fluktuation Stock, dan Anticipation Stock.
1) Batch Stock/Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena membeli, membuat bahan-bahan
atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungannya adalah :

potongan harga pada harga pembelian,


efisiensi produksi,
penghematan biaya angkutan.

2) Fluktuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3) Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan,
penjualan, atau permintaan yang meningkat.
2. Persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang (Rangkuti, 2004)
Persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)

persediaan bahan baku,


persediaan bagian produk/komponen yang dibeli,
persediaan bahan-bahan pembantu/penolong,
persediaan barang-barang setengah jadi,
persediaan barang jadi.

1.4 Biaya-biaya yang Timbul dari Persediaan


Terdapat lima kategori biaya yang dikaitkan dengan keputusan persediaan
yaitu:
1. Biaya Pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan (ordering costs) adalah biaya yang dikaitkan dengan
usaha untuk mendapatkan bahan atau barang dari luar (Yamit, 1999). Biayabiaya ini meliputi:
a. pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi,
b. upah,
c. biaya telepon,
d. pengeluaran surat-menyurat,
e. biaya pengepakan dan penimbangan,
f. biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan,
g. biaya pengiriman ke gudang,
h. biaya hutang lancar dan sebagainya.
Sifat biaya pemesanan ini adalah semakin besar frekuensi pembelian maka
semakin besar biaya pemesanan (Yamit, 1999).

2. Biaya Penyimpanan (carrying cost)


Biaya penyimpanan adalah biaya yang terdiri atas biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan (Rangkuti, 2004).
Komponen utama dari biaya penyimpanan (carring costs) adalah :
a. Biaya modal
Biaya modal ini meliputi opportunity costs atau biaya modal yang
diinvestasikan dalam persediaan, gedung, dan peralatan yang diperlukan
untuk mengadakan dan memelihara persediaan.
b. Biaya simpan
Biaya simpan ini meliputi :
1) biaya sewa gudang,
2) biaya perawatan dan perbaikan bangunan,
3) biaya listrik,
4) gaji personel keamanan,
5) pajak dan asuransi,
6) biaya penyusutan dan perbaikan peralatan.
c. Biaya resiko
Biaya resiko persediaan meliputi biaya keusangan, asuransi
persediaan, biaya susut secara fisik dan resiko kehilangan. Sifat biaya
penyimpanan adalah semakin besar frekuensi pembelian bahan maka
semakin kecil biaya penyimpanan.
Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai
40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan-perusahaan
manufactur biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten
sekitar 25 persen (Rangkuti, 2004).
d. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up costs
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi
sendiri dalam perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduk si komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri
dari :
1) biaya mesin-mesin menganggur,
2) biaya persiapan tenaga kerja langsung,
3) biaya penjadwalan (Rangkuti, 2004).
e. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stockout costs)
Menurut (Rangkuti, 2004) biaya kehabisan atau kekurangan bahan
adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan


adalah sebagai berikut :
1) kehilangan penjualan,
2) kehilangan pelanggan,
3) biaya pemesanan khusus,
4) biaya ekspedisi,
5) selisih harga,
6) terganggunya operasi,
7) tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena
kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit
dikeluarkan secara objektif (Rangkuti, 2004).
f. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas
Biaya ini terjadi karena perubahan

dalam

kapasitas

produksi.Perubahan kapasitas produksi diperlukan karena perusahaan


berusaha untuk memenuhi fluktuasi dalam permintaan.Perubahan
kapasitas produksi menghendaki adanya perubahan dalam persediaan.
Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas dapat berupa biaya kerja lembur
untuk meningkatkan kapasitas, latihan tenaga kerja baru, dan biaya
labor turn over.
1.5 Pengawasan Persediaan
Suatu perusahaan harus menjaga persediaan yang cukup agar kegiatan
operasi produksinya dapat lancar dan efisien. Akan tetapi, jumlah persediaan itu
hendaknya jangan terlalu besar sehingga modal yang tertanam dan biaya-biaya
yang ditimbulkan juga tidak besar. Oleh karena itu, penting bagi semua jenis
perusahaan untuk mengadakan pengawasan atas persediaan (Rangkuti, 2004).
Tujuan diadakannya pengawasan persediaan yaitu :

menjaga jangan sampai kehabisan persediaan,


supaya pembentukan persediaan stabil,
menghindari pembelian kecil-kecilan,
pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity).

Kuantitas pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity) adalah


kuantitas persediaan yang optimal atau yang menyebabkan biaya persediaan
mencapai titik terendah. Untuk itu dilakukan usaha-usaha untuk memperkecil
7

biaya-biaya pemesanan (ordering costs), dan biaya-biaya penyimpanan (carrying


costs). Dalam menentukan kuantitas pemesanan yang optimal dapat digunakan
model kuantitas pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity).
2.1

Model Economic Order Quantity


Model Economic Order Quantity adalah suatu rumusan untuk menentukan

kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan biaya persediaan. Dalam model


EOQ, biaya yang relevan untuk dipertimbangkan hanya dua dari lima kategori
biaya yang dikaitkan dengan keputusan persediaan yaitu biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Kategori biaya lain tidak relevan untuk dipertimbangkan
karena stock out costs dan biaya perubahan kapasitas tidak akan terjadi apabila
permintaan konstan dan harga item diasumsikan tidak mengalami perubahan.
Oleh karena itu, ketiga kategori biaya tersebut tidak akan mempengaruhi
keputusan berapa jumlah yang harus dipesan.
2.2 Asumsi dalam model EOQ
Terdapat 5 asumsi dalam model EOQ, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan,


item yang dipesan independen dengan item yang lain,
pesanan diterima dengan segera dan pasti,
tidak terjadi stock out,
harga item konstan (Yamit, 1999).

2.3 Kelebihan EOQ


Kelebihan dari model EOQ antara lain :

Menyeimbangkan

memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya.


Pada saat biaya pemesanan tinggi lebih baik membuat produk dengan

jumlah bebas.
Model EOQ sangat baik pada saat mengatasi masalah yang berkaitan

biaya

pemesanan

dengan ketidakpastian permintaan.


2.4 Metode Pengawasan Persediaan

dan

penyimpanan

yang

Menurut Rangkuti, dalam menghitung jumlah pemesanan yang optimal


terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya stock out
Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar daripada tingkat
persediaan yang ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau biasa
disebut dengan Stock out. Pada situasi terjadinya kekurangan persediaan,
seorang pengusaha akan menghadapi dua kemungkinan, yaitu:
1) Permintaan akan dibatalkan sama sekali
2) Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian
Kemungkinan pertama jelas tidak akan dilakukan oleh seorang
pengusaha yang ingin maju. Apabila hal ini dilakukan, citra pengusaha
tersebut akan hancur dan akan kehilangan pelanggan untuk selamalamanya.Satu-satunya jalan adalah dengan cara mengadakan perjanjian
bahwa barang yang tidak dapat dipenuhi saat ini akan dikirim kemudian.
Dengan demikian, barang yang masih kurang akan dipenuhi pada putaran
produksi berikutnya. Akan tetapi, perusahaan tersebut akan menderita
kehilangan biaya (Stock out cost).
b. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya kapasitas lebih
Kapasitas lebih dalam persediaan merupakan stok atau persediaan yang
disimpan akibat tidak seluruhnya dapat terserap oleh pasar. Misalnya,
dalam suatu perusahaan, produksi berjalan terus secara kontinu dengan laju
P satuan setiap hari, sedangkan jumlah permintaan sebesar

satuan

setiap hari, maka stok dalam gudang akan sama dengan (P- R ) satuan
setiap hari. Selanjutnya jika tiba-tiba produksi berhenti pada suatu saat,
persediaan akan berkurang dengan kecepatan sebesar

R setiap hari.

c. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya masa tenggang


Masa tenggang diartikan sebagai waktu penundaan antara saat
pemesanan dengan saat penerimaan. Dengan demikian, ada dua
kemungkinan masa tenggang yaitu:

Tt

1)

< t, atau

di mana:
Tt adalah masa tenggang
t adalah masa putaran produksi atau waktu pemesanan
Kebutuhan selama masa tenggang
= R x Tt
Jumlah pemesanan optimum
= R xt
Karena Tt < t, maka R x Tt > R x t
Hal ini berarti, perusahaan harus segera melakukan pemesanan
kembali setelah tingkat persediaan mencapai Ro =

Tt , untuk

menjamin tibanya pengganti pada awal putaran berikutnya.


Tt

2)

>t

Kebutuhan selama masa tenggang

Jumlah pemesanan optimum

R x Tt
R xt

>

R xt

Karena

Tt

> t, maka

R x Tt

= Q

Dengan demikian, tidak mungkin mengajukan pemesanan pada


suatu tingkat persediaan yang prosesnya masih dalam keadaan
menghabiskan stok dari masa tenggang sebelumnya. Masalahnya adalah
bagaimana memenuhi kebutuhan selama masa tenggang. Ini dapat
dipenuhi dari persediaan sebelumnya dalam stok pada saat permintaan
baru diajukan (Ro) dan penggantian dari pemesanan sebelumnya yang
diperkirakan tiba selama masa tenggang. Jadi: Ro =
Tt

Tt

/t) Q

d. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya kebutuhan tidak


tetap
Model ini memperkenalkan model probabilistic di mana persediaan
dipantau secara terus-menerus dan jumlah pemesanan ( Q ) dilaksanakan
pada saat tingkat persediaan mencapai titik tertentu (reorder point

10

R *).

Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai optimum dari

dan

R *

sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan per unit pada satu periode
(dalam model ini biasanya dipakai periode satu tahun sebagai ukuran satu
periode waktu). Asumsi yang dipakai dalam model ini adalah sebagai
berikut:
1) Masa tenggang antara waktu pemesanan adalah bersifat Stochastic.
2) Permintaan yang tidak dapat dipenuhi selama masa tenggang akan
dilakukan pengiriman kemudian (backlog).
3) Pola distribusi permintaan selama masa

tenggang

adalah

independen waktunya.
4) Pada saat yang bersamaan tidak ada pemesanan lagi.
e. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya potongan harga
Potongan harga merupakan suatu kebijakan di mana harga beli per
unitnya akan lebih murah dibandingkan dengan harga beli per unit rata-rata.
Hal ini sangat dimungkinkan karena jumlah produk yang dibeli telah
mencapai batasan pembelian minimum tertentu.
Pada umumnya harga beli per unit menurun sebesar kenaikan jumlah
pembelian disebabkan adanya prinsip skala ekonomis dalam bidang
produksi maupun distribusi.
Apabila permintaan telah diketahui jumlahnya, dengan sendirinya
dalam persediaan tidak terjadi kehabisan stok (pengiriman dilaksanakan
secara teratur). Maka, harga beli per unitnya menjadi bervariasi tergantung
pada jumlah barang yang dibeli. Kondisi seperti ini disebut dengan Model
EOQ dengan potongan harga.
f. Model EOQ pengawasan persediaan dengan asumsi aliran produk
kontinu
Selain menerima order pada saat yang bersamaan, perusahaan juga
dapat menghasilkan produk secara kontinu. Dengan demikian produk yang
dihasilkan dapat dikirim ke persediaan dalam sebesar
jumlah unit yang digunakan sebesar
produksi sebesar p.
11

Q . Asumsinya,

R , yang dihasilkan dengan tingkat

g. Model EOQ pengawasan persediaan dengan adanya kebutuhan tetap


Persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat
dipecahkan dengan menerapkan metode kuantitatif. Konsep ini dapat
diterapkan baik untuk industri skala kecil maupun industri skala besar.
Proses pengambilan keputusan dapat dipilih secara tepat sekalipun di dalam
perubahan yang telah dikelola dengan baik dengan menganalisis secara
kuantitatif.
Model yang diterapkan ini dapat dilaksanakan apabila kebutuhankebutuhan permintaan pada masa yang akan datang memiliki jumlah yang
konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila
jumlah permintaan telah diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa jumlah
permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan
diketahui.
Kuantitas pemesanan yang optimum (optimum order size) dapat
dihitung dengan menganalisis total biaya persediaan tahunan (Total Annual
Cost-TAC) pada suatu periode yang merupakan jumlah dari biaya
pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu, sehingga:
s

= biaya pemesanan (ordering cost),

= biaya penyimpanan (carrying cost) per unit per tahun,

= jumlah permintaan per tahun,

= kuantitas pemesanan optimum (optimum order size),

= kuantitas pemesanan,

R
Q

= jumlah pemesanan selama setahun,

Q
2

= rata-rata persediaan.

Total biaya pesan tahunan (Total Order Cost- TOC ) dapat ditulis
dalam persamaan berikut ini:

12

( QR ) S

TOC=

(2.1)

dan total biaya penyimpanan tahunan ( TCC ) dapat ditulis dalam


persamaan sebagai berikut :
TCC=

( Q2 )C

(2.2)

sehingga, total biaya persediaan per tahun ( TAC ) yaitu:


TAC=

( Q2 )C

EOQ atau

( QR )
Q

(2.3)

akan tercapai pada saat

TOC

TCC , sehingga

model matematika dari EOQ dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
TCC=TOC (2.4)

( Q2 )C=( QR ) S

(2.5)
QC RS
=
2
Q (2.6)

Q2 C=2 RS (2.7)
Q 2=

2 RS
C

(2.8)

Akibatnya,
EOQ = Q =

2 RS
C (2.9)

Persamaan (2.9) tersebut disebut Economic Order Quantity (EOQ). Dari


persamaan (2.9), dapat dengan mudah menghitung karakteristik lain dari
kebijakan persediaan optimum sebagai berikut :
1. Total biaya persediaan tahunan minimum ( TC )

13

R
S +
Q

Q
C (2.10)
2

( )

TC=

( )

2. Total biaya pemesanan tahunan ( TOC )

( QR ) S

TOC=

(2.11)

3. Total biaya simpan tahunan ( TCC )


TCC=

Q
C
2

( )

(2.12)

G. TEMPAT KERJA PRAKTIK


Kerja Praktik dilaksanakan di Perum BULOG Sub Divre IV
Banyumas.
H. RENCANA KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Tahapan-tahapan kegiatan dalam rangka kerja praktik dan waktu
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
Minggu keKegiatan

1
0

11 12

1. Pembuatan Proposal
2. Pelaksanaan KP
3. Pembuatan Laporan KP
4. Seminar dan Ujian KP

I. DAFTAR PUSTAKA
Nursyamsi, J. Manajemen Persediaan. http://jnursyamsi. Staff. Gunadarma. ac.
/Downloads/file/11397/MANAJEMEN+PERSEDIAAN. Ppt. Diakses
tanggal 23 Desember 2011.

14

Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Wibisono,
A.
Manajemen,
Entrepreneurship
dan
Engineering.
http://aguswibisono.com/2011/apa-itu-manajemen-persediaan-atauinventory-management/. Diakses tanggal 14 Desember 2011.
Yamit, Z. 1999. Manajemen Kuantitatif untuk Bisnis (Operations Research).
Yogyakarta: IKAPI.

15

Anda mungkin juga menyukai