Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Kecepatan Udara dan Waktu Proses Pirolisis Cangkang

Kelapa Sawit dengan Prinsip Oksidasi Parsial


Terhadap Komposisi Produk Cair
Handayani Mulia Sari (12614016)
Sitti Sahraeni, S.T., M.Eng dan Drs. Wahyudi, MP
Program Studi Diploma III Petro dan Oleo Kimia
Jurusan Teknik Kimia
ABSTRAK
Produksi tandan buah segar kelapa sawit di Kalimantan Timur dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan
yaitu 4.471.546 ton (2011), 5.734.464 ton (2012) dan 7.600.298 ton (2013). Kondisi ini memacu peningkatan
industri pengolahan kelapa sawit sehingga berdampak pada banyaknya limbah kelapa sawit. Salah satu contoh
limbah padat kelapa sawit adalah cangkang kelapa sawit dan proses pengolahan limbahnya adalah dengan proses
pirolisis. Produk pirolisis terdistribusi sebagai produk padat, cair dan gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kecepatan udara dan waktu proses pirolisis cangkang kelapa sawit dengan prinsip oksidasi parsial terhadap
komposisi produk cair. Analisa dilakukan untuk mengetahui jumlah dan komposisi komponen produk cairnya
menggunakan GC-MS. Cangkang kelapa sawit dipirolisis dengan variasi waktu proses 30, 60, 90, 120 dan 150
menit, sedangkan kecepatan udara divariasikan dengan kecepatan 4,71; 9,42 dan 14,13 L/menit. Variasi waktu
proses pirolisis tidak banyak berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi komponen produk cair. Sedangkan pada
variasi kecepatan udara semakin besar kecepatan udara, semakin banyak komposisi komponen di cairan. Komposisi
tertinggi untuk masing-masing kecepatan udara adalah asam asetat dengan jumlah 57,22% (4,71 L/menit), 41,96%
(9,42 L/menit) dan 44,40% (14,13 L/menit) dengan rendemen asam asetat 8,66% (4,71 L/menit), 11,86% (9,42
L/menit) dan 13,97% (14,13 L/menit).
Kata kunci : cangkang kelapa sawit, oksidasi parsial, pirolisis, produk cair
ABSTRACT
Fresh fruit bunches oil palm production in East Kalimantan in the last three years has increased up to 4.471.546 tons
(2011), 5.734.464 tons (2012) and 7.600.298 tons (2013). This condition stimulates an increase in the development
of the palm processing industry that gives an impact on the amount of palm waste. One example of the solid waste
of palm oil is palm kernel shell in which its waste treatment process is using the processes of pyrolysis. The
pyrolysis product is distributed as a product of solid, liquid and gas. This research aims to determine the effect of air
velocity and time of pyrolysis on palm kernel shells with the principle of partial oxidation against the liquid product
composition. The analysis is performed to determine the amount and composition of its liquid product component
using GC-MS. Palm kernel shells are pyrolyzed with process time variation of 30, 60, 90, 120 and 150 minutes,
while the air velocity varied at a speed of 4,71; 9,42 and 14,13 L/min. The result of the analysis shows that the
variation of the pyrolysis process time does not affect the amount and composition of the liquid product
components. On the contrary, the variation of air velocity shows that the greater the air velocity, the more
components are in the liquid composition. The highest composition for each air velocity is acetic acid with the
amount of 57,22% (4,71 L/min), 41,96% (9.42 L/min) and 44.40% (14,13 L/min) with a yield of acetic acid are
8.66%, 11.86% and 13.97% respectively.
Keywords: liquid product, oil palm shells, partial oxidation, pyrolysis
I.

Pendahuluan
Kelapa sawit merupakan komoditi andalan hasil
perkebunan Indonesia yang saat ini telah berkembang
pesat. Produksi tandan buah segar kelapa sawit di
Kalimantan Timur dalam tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan yaitu 4.471.546 ton (2011),

5.734.464 ton (2012) dan 7.600.298 ton (2013)


(Disbun, 2014). Sejalan dengan terus berkembangnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia berdampak
pada banyaknya limbah yang dihasilkan. Limbah
padat kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan
cangkang sawit. Cangkang dihasilkan sebanyak 7%

dari tandan buah segar (TBS) (Purwaningsih dkk,


2000 dalam Mulia 2007).
Pemanfaatan limbah padat berupa cangkang sawit
saat ini belum digunakan secara maksimal dan baru
sebagian saja yang dimanfaatkan untuk menimbun
jalan yang becek, sedangkan sisanya hanya ditumpuk
dan dibakar. Penumpukan dan pembakaran tersebut
akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,
sehingga diperlukan pengolahan menjadi produk
yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Cangkang kelapa sawit terdiri atas selulosa
(32,52%), lignin (20,09%) dan hemiselulosa
(31,70%) (Irawadi, 1991 dalam Habibiati, 2010).
Salah satu pengolahan cangkang sawit adalah
pirolisis berprinsip oksidasi parsial untuk menjadi
produk cair. Produk cair teridentifikasi mengadung
senyawa organik seperti air, metanol, asam
karboksilat, fenol dan asam asetat (Sahraeni, 2010).
Produk cairan merupakan produk gas yang mudah
dikondensasikan yang berpotensi sebagai bio-oil.
Produk cairan mengandung komponen-komponen
kimia sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bahan kimia, bahan perekat dan pupuk
(Sahraeni, 2010). Nilai bakar produk cairan
sebanding dengan bahan bakar seperti metanol dan
etanol (Yaman, 2004).
Sulityaningati (1985) dalam penelitiannya
mengkaji pirolisis tempurung kelapa dengan prinsip
oksidasi parsial secara batch dengan variasi waktu
dan suhu pirolisis. Hasilnya diperoleh kondisi terbaik
pada waktu 75 menit dan suhu 623 K adalah arang
(16,65%), tir (13,10%), asam asetat (2,84%) dan
metanol (2,47%). Penelitian serupa ditunjukkan oleh
Sahraeni (2010) yaitu gasifikasi tempurung kelapa
dengan variasi laju alir udara, waktu proses dan
ukuran partikel. Dari penelitian tersebut diperoleh
produk cairan, optimum pada laju alir udara 43
L/menit, waktu proses 90 menit dan ukuran partikel 4
cm dengan komposisi produk cairan yaitu metanol
(6,39%), asam asetat (65,59%), hidroksi aseton
(9,45%) dan asam propanoat (5,33%).
Cangkang kelapa sawit memiliki komponenkompenen yang hampir sama dengan tempurung
kelapa. Perbedaan terdapat dalam hal presentasi
kadar komponen yang dikandung, terutama selulosa
sebesar 32,52% pada cagkang sawit dan 26,60% pada
tempurung kelapa. Produk cairan dalam biomassa
dengan kandungan selulosa tinggi mengandung asam,
alkohol, aldehid, keton, ester dan turunan fenol
(Yaman, 2004).
Kecepatan udara dan waktu proses merupakan
faktor yang mempengaruhi terhadap produk pirolisis
dengan prinsip oksidasi parsial. Pengaruh kecepatan
udara terhadap produk adalah semakin besar
kecepatan udara semakin rendah perolehan jumlah
padatan atau arang yang dihasilkan. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi kecepatan udara, maka jumlah
oksigen yang masuk semakin besar sehingga jumlah

karbon yang teroksidasi juga semakin banyak


(Sahraeni, 2010).
Penelitian ini mengkaji pengaruh kecepatan udara
dan waktu proses pirolisis cangkang kelapa sawit
dengan prinsip oksidasi parsial terhadap komposisi
produk cair. Diharapkan dari penelitian ini dapat
menjadi alternatife pengolahan dan pemanfaatan
limbah padat perkebunan kelapa sawit menjadi
sumber energi baru dan terbarukan.
Pirolisis merupakan teknologi alternatif untuk
menghasilkan
sumber
energi
hidrokarbon.
Pengembangan berbagai teknik pirolisis tidak hanya
untuk konversi bahan-bahan polimer menjadi
hidrokarbon bermanfaat tetapi juga digunakan untuk
sintesis hidrokarbon berbahan biomassa/tumbuhan.
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik
melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
atau reagen lainnya, dimana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase
gas. Pirolisis juga sering disebut dengan devolatisasi.
Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu
gas, minyak dan arang (Santoso, 2010). Gas yang
terbentuk dapat dikumpulkan dan digunakan sebagai
tambahan bahan bakar untuk pemanasan reaktor
pirolisis (Oladeji et al, 2015). Produk cair
mempunyai potensi sebagai bahan bakar alternatif
pengganti diesel/solar atau sebagai bahan baku
pertokimia (Ningrum, 2011). Sedangkan arang dapat
digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan
sebagai karbon aktif.
Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu
di atas 300 oC dalam waktu 4 - 7 jam. Namun
keadaan ini sangat bergantung pada jenis bahan baku
dan kondisi prosesnya (Haji dkk., 2013). Menurut
Fatimah (2004) pirolisis kayu akan mengalami
penguraian, untuk hemiselulosa terdegradasi pada
200 260 oC, selulosa pada 240 350 oC, lignin pada
280 500 oC. Suhu di atas 500oC terjadi reaksi
secondary seperti reaksi oksidasi, polimerisasi serta
kondensasi (Widiya dkk., 2013).
Pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial atau
pirolisis terbuka merupakan suatu proses pemanasan
pada suhu tertentu dari bahan-bahan organik dalam
jumlah oksigen sangat terbatas, biasanya dalam
furnace. Proses ini menyebabkan terjadinya proses
penguraian senyawa organik yang menyusun struktur
bahan membentuk uap-uap metanol, asam asetat, tartar dan hidrokarbon. Oksigen, udara, kukus atau
kombinasi dari senyawa-senyawa tersebut dalam
jumlah terbatas dapat berperan sebagai agen oksidasi.
Jika oksigen yang tersedia cukup, maka pembakaran
menjadi lebih sempurna deengan menghasilkan gas
CO2, uap air dan abu, sedangkan asap tidak terbentuk
(Haji dkk, 2007). Salah satu reaksi yang terjadi di
dalam reaktor pirolisis oksidasi parsial adalah reaksi
oksidasi komponen C dan H dalam biomassa menjadi
CO2 dan H2O.
Produk cairan dari pirolisis tempurung kelapa
secara oksidasi parsial mengandung asam aseat dan

metanol (Sulisyaningati, 1985). Asam piroligneous


dapat berupa metanol, aseton, fenol dan air, metanol
dapat dihasilkan dari pirolisis biomassa (Yaman,
2004). Kandungan yang mendominasi dalam sampel
produk cair pirolisis lambat serbuk gergaji kayu
sengon adalah asam asetat, fenol dan furfural
(Wibowo, 2013). Berbagai komponen yang
dikandung asap cair berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan
dan kondisi proses.
II.

Pengaruh Kecepatan Udara Terhadap Distribusi


Suhu
Kecepatan udara yang masuk ke dalam reaktor
adalah 4,71 L/menit, 9,42 L/menit dan 14,13 L/menit.
Distribusi terhadap suhu dapat dilihat pada Gambar
1.

Metode Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
berupa cangkang kelapa sawit dan udara.
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Waktu
Proses 150 menit dan Suhu Terhadap Kecepatan
Udara

Alat
Alat yang digunakan daalam penelitian ini adalah
satu set alat pirolisis, kompresor, neraca digital,
anemometer, kompor gas, bahan bakar gas,
termokopel.

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa suhu pada


kecepatan udara 4,71 L/menit dan 9,42 L/menit
mengalami kenaikan suhu yang lambat dikarenakan
pada laju alir yang kecil, oksigen yang digunakan
untuk pembakaran cenderung sedikit sehingga panas
dihasilkan secara perlahan. Pada laju alir udara ini
suhu hanya mencapai 662 oC dan 572 oC, hal ini
disebabkan proses pirolisis dihentikan karena sudah
mencapai waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk
laju alir 14,13 L/menit, kenaikan suhunya cepat
sehingga ketika mencapai waktu yang telah
ditentukan suhunya menurun. Hal itu disebabkan
karena pada laju alir ini proses oksidasi terjadi pada
kondisi maksimal di awal pirolisis, sehingga pada
setelah kondisi oksidasi maksimum terjadi penurunan
suhu.

Cara Penelitian
Pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial dilakukan
terhadap 1500 gram cangkang sawit pada 3 variasi
kecepatan udara 4,71 L/menit; 9,42 L/menit dan
14,13 L/menit dan 5 variasi waktu proses yaitu 30
menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit.
Asap yang dihasilkan dikondensasikan melalui
pendingin sehingga dihasilkan distilat (biofuel) yang
kemudian dianalisis jumlah dan komposisinya
menggunakan GC-MS.
III. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kecepatan udara dan waktu proses pirolisis
cangkang kelapa sawit dengan prinsip oksidasi
parsial terhadap komposisi produk cair. Selama
proses pirolisis berlangsung, terjadi dua tahap
pirolisis yaitu tahap pertama dimana terjadi pelepasan
gas-gas ringan seperti CO, CH4 dan CO2 yang tidak
dapat terkondensasi oleh air pendingin. Tahap kedua
adalah dekomposisi komponen-komponen yang
dikandung
cangkang
kelapa
sawit
seperti
hemiselulosa, selusosa dan lignin.
Produk dari pirolisis cangkang kelapa sawit
dengan prinsip oksidasi parsial menghasilkan destilat
yang berupa asap dan residu arang. Selain itu juga
dihasilkan gas-gas yang tidak dapat terkondensasi
oleh pendingin, sehingga tidak bisa ditampung pada
tempat penampung produk cair. Sebagian gas-gas
tersebut terjebak ke dalam penampung produk cair
dan sisanya terlepas dari penampung produk cair
keluar melaui pipa penyalur asap dan lepas ke
atmosfer.

Pengaruh Waktu Proses Pirolisis Terhadap Persen


Produk
Waktu proses pirolisis berpengaruh terhadap
perolehan produk, dimana semakin lama waktu
proses, perolehan gas semakin banyak akan tetapi
perolehan padatan semakin kecil. Hal ini terjadi
karena pada pirolisis yang dilakukan menggunakan
prinsip oksidasi parsial atau udara terbatas, sehingga
kandungan karbon yang terdapat dalam bahan baku
ikut bereaksi dengan oksigen yang masuk dan
terbakar menjadi CO2. Cairan terbentuk dari produk
gas yang mudah terkondensasi yang umumnya
berasal dari komponen-komponen cangkang kelapa
sawit seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin.
Pengaruh waktu proses pirolisis terhadap persen
produk dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Persen Produk Cair Pirolisis


Oksidasi Parsial Cangkang Kelapa Sawit Variasi
Kecepatan Udara dan Waktu Proses
Kecepat
an
udara
(m/s)
4,71
L/menit

9,42
L/menit

14,13
L/menit

Waktu
(min)

30
60
90
120
150
30
60
90
120
150
30
60
90
120
150

Massa
awal
(g)

1500

1500

1500

Massa
produk
cair (g)

Volu
me
(ml)

%
Produ
k

89
158
181
206
227
269
361
414
375
424
381
449
459
457
472

100
158
180
206
226
262
354
408
370
420
374
438
452
446
456

5,93
10,53
12,06
13,73
15,13
17,93
24,07
27,60
25
28,27
25,4
29,93
30,6
30,47
31,47

Pengaruh Kecepatan Udara Terhadap Persen


Produk
Kecepatan udara berpengaruh terhadap perolehan
produk, dimana semakin besar kecepatan udara akan
mempercepat proses pembakaran dan dapat
menurunkan arang yang dihasilkan. Pada Gambar 3
terlihat produk cair maksimal terjadi pada kecepatan
udara 14,13 L/menit. Produk cairan cangkang kelapa
sawit semakin besar dengan meningkatnya kecepatan
udara yang masuk dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
besar kecepatan udara maka jumlah oksigen yang
masuk juga semakin besar sehingga oksigen bereaksi
dengan karbon menjadi CO2 yang menyebabkan
jumlah padatan berkurang sedangkan perolehan gas
semakin banyak sehingga unsur-unsur cangkang
kelapa sawit akan semakin banyak yang terurai dan
terkondensasi menjadi asap cair.

Produk cairan terus meningkat bersamaan dengan


meningkatnya waktu proses pirolisis. Namun pada
waktu 120 menit dengan kecepatan udara 9,42
L/menit mengalami penurunan, terlihat pada Gambar
2. Hal ini terjadi karena gas yang tidak dapat
terkondesasi dan langsung menguap setelah melewati
kondensor.
Berdasarkan variasi variabel waktu yang
dilakukan terlihat pada Tabel 1 produk cair pada
kecepatan udara 4,71 L/menit maksimum pada waktu
150 menit sebesar 15,13% dan jumlah minimum pada
waktu 30 menit sebesar 5,93%. Selain itu terlihat
pada Gambar 2 bahwa grafik menunjukkan
kecenderungan yang sama antara kecepatan udara
4,71 L/menit, 9,42 L/menit dan 14,13 L/menit
terhadap lamanya waktu proses pirolisis yaitu produk
cair maksimal dihasilkan pada waktu 150 menit. Hal
ini karena cangkang kelapa sawit mendapatkan
jumlah panas terbanyak dengan waktu yang paling
lama sehingga unsur-unsur dalam cangkang sawit
banyak yang terurai dan terkondensasi menjadi asap
cair.

Gambar 3. Grafik hubungan antara kecepatan


udara dengan persen produk yang dihasilkan dari
pirolisis dengan prinsip oksidasi parsial cangkang
kelapa sawit pada variasi kecepatan udara
Komposisi Komponen Penyusun Produk Cair
Pirolisis Cangkang Kelapa Sawit dengan Prinsip
Oksidasi Parsial
Komposisi komponen penyususn produk cairan
hasil pirolisis cangkang kelapa sawit dengan prinsip
oksidasi parsial dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel
3.
Tabel 2. Hasil Analisa Produk Cair Pirolisis
Cangkang Kelapa Sawit dengan Prinsip Oksidasi
Parsial Berdasarkan Variasi Waktu Pada
Kecepatan Udara 14,13 L/menit
N
o

Gambar 2 Grafik hubungan antara waktu proses


pirolisis dengan persen produk yang dihasilkan
dari pirolisis cangkang kelapa sawit dengan
prinsip oksidasi parsial

Komponen

1
2
3
4
5
6

n-Heksilmetilamin
1,2-Etanediol
Aseton
Asam format
1-Pentanol
Asam asetat

1-hidroksi-2Propanon
2,3-Pentanedione
2-Furaldehid

8
9

Lanjutan Tabel 2

Area (%)
90
120
men men
it
it

30
men
it

60
men
it

150
men
it

0,89
3,23
1,94
3,37
7,18
46,4
9
6,12

0,58
3,89
0,66
3,81
43,8
2
6,05

0,45
4,58
0,61
2,92
47,4
0
5,80

0,52
3,69
1,83
3,94
42,9
5
5,76

0,71
4,69
0,90
4,01
44,4
0
5,46

2,16
2,72

2,71

3,99

2,18
2,95

3,50

No

Komponen

10

Fenol

11
12
13
14
15

1,2-Siklopentadione
2-metoksifenol
n-Pentanal
2,6-dimetoksifenol
1,2,4Trimetoksibenzen
Metil asetat
n-Propil format
Asam propanoat
1-Propoksibutana
2-Butanon
Vinil asetat
1,4-dimetoksibenzen
1-asetoksi-2Butanon
1-(asetiloksi)-2Propanon
Asam etilik
3-metil-1,2Siklopentadione
Asam asetat etinil
ester

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Area (%)
90
120
men men
it
it

30
men
it

60
men
it

17,8
5
0,85
1,46
2,15
2,48
0,77

17,2
3
0,85
1,68
1,33
1,77
0,61

16,3
5
1,86
1,07
-

17,8
1
1,63
1,61
1,90
0,76

17,0
1
1,84
1,12
1,39
0,42

1,71
8,55
0,58
2,14
0,51
0,62
0,89
-

1,45
9,86
0,40
0,77
1,98

1,72
0,42
0,84
-

2,37
4,94
0,39
1,83
2,69
1,00
0,77
-

0,51

0,60

8,25
0,65

0,57

ditunjukkan pada waktu 30 menit jumlah komponen


yang dihasilkan sebanyak 15 komponen sedangkan
pada waktu 60 menit sampai dengan waktu 150 menit
komponen yang dihasilkan berkisar 20 komponen.
Sehingga dapat diketahui bahwa pada waktu 60 menit
sudah mencapai titik maksimal perolehan komponen
pada komposisi produk cair yang dihasilkan adalah
20 komponen. Sedangkan pada Tabel 3 menunjukkan
komposisi komponen produk cair bahwa semakin
besar kecepatan udara maka komposisi komponen
dicairan juga semakin besar. Komposisi tertinggi
diperoleh asam asetat untuk masing-masing
kecepatan udara, yaitu 57,22% (4,71 L/menit);
41,96% (9,42 L/menit dan 44,40% (14,13 L/menit)
dan diperoleh rendemen asam asetat 8,66% (4,71
L/menit); 11,86% (9,42 L/menit) dan 13,97% (14,13
L/menit).

150
men
it

IV. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada variasi
laju udara 4,71 L/menit, 9,42 L/menit dan 14,13
L/menit serta waktu proses yaitu 30, 60, 90, 120 dan
150 menit dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perolehan produk cair hasil pirolisis oksidasi
parsial dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan
udara proses. Semakin lama waktu proses dan
semakin besar kecepatan udara masuk maka
perolehan produk cair semakin besar, tetapi
Pada waktu 90, 150 dan 180 menit dengan laju
udara 2m/s dan 14,13 L/menit perubahan
jumlah produk cair tidak terlalu besar hanya
berkisar 0,5 1%.
2. Kecepatan
udara
berpengaruh
terhadap
komposisi komponen produk cair hasil pirolisis
cangkang kelapa sawit dengan prinsip oksidasi
parsial. Semakin besar kecepatan udara semakin
banyak komposisi komponen dicairan., dengan
Komposisi tertinggi untuk masing-masing
kecepatan udara adalah asam asetat dengan
jumlah 57,22% (4,71 L/menit), 41,96% (9,42
L/menit) dan 44,40% (14,13 L/menit) dan
diperoleh rendemen asam asetat 8,66% (4,71
L/menit); 11,86% (9,42 L/menit) dan 13,97%
(14,13 L/menit).

Table 3. Hasil Analisa Produk Cair Pirolisis


Cangkang Kelapa Sawit dengan Prinsip Oksidasi
Parsial Berdasarkan Variasi Kecepatan Udara
pada Waktu Proases 150 menit
N
o

Komponen

1-1bibisiklo(2.2.2)oktil-4asam karboksilat
1,2-Etanediol
Aseton
Metil asetat
Asam format
Asam etilik
Asam asetat
1-hidroksi-2-Propanon
2-Furaldehid
Fenol
2-metoksifenol
1,4-dimetoksibenzen
2,6-dimetoksifenol
2-Butanon
1-(asetiloksi)-2-Butanon
n-Heksilmetilamin
Vinil asetat
n-Propil format
Asam propanoat
Asam asetat etinil ester
2-metoksifenol
Pentanal
1,2,4-Trimetoksibenzen

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

4,71
L/meni
t

Area (%)
9,42
14,13
L/meni L/meni
t
t

0,64

0,65

7,58
1,61
1,81
1,67
3,98
57,22
2,56
2,05
15,87
1,69
0,76
1,66
-

5,74
2,25
1,93
2,16
11,04
41,96
4,66
2,61
16,73
1,56
1,95
5,24
1,52
-

4,69
0,90
2,37
4,01
44,40
5,46
3,50
17,01
0,77
1,39
1,83
2,69
0,71
1,00
4,94
0,39
0,57
1,84
1,12
0,42

VII.Daftar Pustaka
Disbun. (2014). Komoditi kelapa sawit. Januari 11,
2014. http://disbun.kaltimprov.go.id
Fatimah, I., Nugraha, J. (2005). Identifikasi hasil
pirolisis serbuk kayu jati menggunakan
principal component analysis. Jurnal Ilmu
Dasar, 6(1), 41-47.
Habibiati. (2010). Kajian potensi produk pirolisis
limbah padat kelapa sawit. Jurnal Biologi
Edukasi, 2(1).

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa lama waktu


proses pirolisis tidak banyak berpengaruh terhadap
komposisi komponen produk cair. Hal itu

Haji, A. G. (2013). Komponen kimia asap cair hasil


pirolisis limbah padat kelapa sawit. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 9(3),
109-116, ISSN: 1412-5064.

sekam padi) (Tesis). Yogyakarta: Program


Studi Teknik Kimia, Universitas Gadjah
Mada.
Santoso, J. (2010). Uji sifat minyak pirolisis dan uji
performasi kompor berbahan bakar
minyak pirolisis dari sampah plastik
(Skripsi). Surakarta: Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret.

Haji, A. G., Masud, Z. A., Lay, B. W., Sutjahjo, S.


H., dan Pari, G. (2007). Karakterisasi asap
cair hasil pirolisis sampah organik padat
(characterization
of
liquid
smoke
pyrolyzed from solid organic waste).
Jurnal Teknologi Industri Pertanian,
16(3), 111-118.

Sulistyaningati, L. (1985). Pirolisis tempurung


kelapa secara batch dengan prinsip
oksidasi parsial. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Mulia, A. (2007). Pemanfaatan tandan kosong dan


cangkang kelapa sawit sebagai briket
arang (Tesis). Sumatera Utara: Sekolah
Pasca Sarjana, Universitas Medan.

Wibowo, S. (2013). Karakteristik bio-oil serbuk


gergaji sengon (Paraserianthes Falcataria
L. Nielsen) menggunakan proses pirolisis
lambat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
31(4), 258-270, ISSN: 0216-4329.

Ningrum, A.O. (2011). Proses pembuatan biooil dari


limbah kelapa sawit (tandan, cangkang
dan serat) (Skripsi). Depok: Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

Widiya., Idral., Zultiniar. (2013). Pengaruh suhu dan


waktu distilasi terhadap kompisisi kimia
asap cair dari kulit durian. Pekanbaru:
Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau.

Oladeji, J.T., Itabiyi, E.A., Okekunle, P.O. (2015). A


comprehenshive review of biomass
pyrolysis as a process of renewable energy
generation. Journal of Natural Sainces
Research, 5(5).

Yaman, S. (2004). Pyrolysis of biomass to produce


fuels and chemical feed stocks. Energy
Conversion and Management, 45, 651671.

Sahraeni, S. (2010). Study distribusi hasil gas, cair


dan padat pada gasifikasi biomassa
(tongkol jagung, tempurung kelapa dan

Anda mungkin juga menyukai