Anda di halaman 1dari 2

A.

Telinga
1. Anatomi
Untuk memudahkan mempelajari struktur dan fungsi telinga, telinga manusia
dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Telinga Luar
Terdiri atas aurikula/ Pinna dan saluran telinga. Aurikula/ Pinna
merupakan bagian pertama dan terluar dari telinga yang berfungsi untuk
mengumpulkan dan menyalurkan suara (dan air) ke dalam telinga
(Murray, 2003). Bangunan berikutnya adalah saluran telinga yang
merupakan suatu saluran berbentuk tabung yang berakhir pada membran
telinga (Campbell, 2004). Bagian paling luar dari saluran telinga terdapat
kelenjar

yang

memproduksi

wax

(serumen),

berfungsi

untuk

membersihkan saluran telinga dari mikroba atau benda asing yang masuk
ke dalam telinga. Sedangkan bagian dalam dari saluran telinga ditutupi
oleh kulit berambut tipis. Perubahan pada area ini dapat meniimbulkan
rasa nyeri (Delphia, 1999).
b. Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri atas membran timpani atau disebut juga gendang
telinga dan tulang-tulang pendengaran (malleus, inkus dan stapes) untuk
menghasilkan suara (Murray, 2003). Selain itu, terdapat tuba eustachii
sebagai penghubung tellinga tengah dengan bagian belakang dari
tenggorokan

(nasofaring).

Tuba

eustachii

berfungsi

untuk

mempertahankan tekanan udara telinga tengah dan telinga luar tetap sama
(Delphia, 1999). Proses ini disebut sebagai ekualisasi.
c. Telinga Dalam
Jendela oval, jendela bundar dan koklea merupakan bangunan yang
ditemukan di telinga dalam (Murray, 2003). Di dalam koklea terdapat
organon korti yang berperan dalam proses mendengar dengan mengubah
suara menjadi impuls untuk diterjemahkan di pusat pendengaran.
Disamping itu, telinga dalam juga berperan dalam fungsi keseimbangan
tubuh (Delphia, 1999).
2. Fisiologi
Untuk memudahkan mempelajari fungsi telinga, telinga manusia dibagi menjadi
dua fungsi yaitu :
a. Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energy getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggetarkan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik pada badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis
(Soepardi, 2007).
b. Keseimbangan
Keseimbangan tubuh terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada
input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Labirin terdiri dari labirin statis (utrikulus dan sakulus) dan
labirin kinetik (tiga kanalis semisirkularis) yang di dalamnya terdapat selsel reseptor keseimbangan (Soepardi, 2007).
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.
Tekukan

silia

menyebabkan

depolarisasi

dan

akan

merangsang

penglepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan


impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak.
Sewaktu berkas silia terdorong kearah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi (Soepardi, 2007).

Anda mungkin juga menyukai

  • 51 55
    51 55
    Dokumen6 halaman
    51 55
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi
    Epidemiologi
    Dokumen2 halaman
    Epidemiologi
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Syok Anafilaktik
    Syok Anafilaktik
    Dokumen2 halaman
    Syok Anafilaktik
    suryaariw
    Belum ada peringkat
  • Tamba Han
    Tamba Han
    Dokumen1 halaman
    Tamba Han
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Soal RM
    Soal RM
    Dokumen1 halaman
    Soal RM
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • CLP 1. Definisi Menurut Robert O. Pasnau (1982)
    CLP 1. Definisi Menurut Robert O. Pasnau (1982)
    Dokumen7 halaman
    CLP 1. Definisi Menurut Robert O. Pasnau (1982)
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • 37
    37
    Dokumen2 halaman
    37
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Torsio Testis
    Torsio Testis
    Dokumen4 halaman
    Torsio Testis
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Palp
    Palp
    Dokumen2 halaman
    Palp
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Palp
    Palp
    Dokumen2 halaman
    Palp
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Artritis Septik
    Artritis Septik
    Dokumen7 halaman
    Artritis Septik
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Definisi Palpitasi
    Definisi Palpitasi
    Dokumen2 halaman
    Definisi Palpitasi
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi
    Epidemiologi
    Dokumen2 halaman
    Epidemiologi
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • LO No.2
    LO No.2
    Dokumen1 halaman
    LO No.2
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Kartu Rencana Studi P Dokter
    Kartu Rencana Studi P Dokter
    Dokumen1 halaman
    Kartu Rencana Studi P Dokter
    Imam Mi'raj Suprayoga
    Belum ada peringkat
  • Lo 4
    Lo 4
    Dokumen5 halaman
    Lo 4
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat
  • Kartu Rencana Studi P Dokter
    Kartu Rencana Studi P Dokter
    Dokumen1 halaman
    Kartu Rencana Studi P Dokter
    Imam Mi'raj Suprayoga
    Belum ada peringkat
  • LO No.2
    LO No.2
    Dokumen1 halaman
    LO No.2
    anindadwianggra_8911
    Belum ada peringkat