BAB II Fix
BAB II Fix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Leukimia
A. Definisi
Leukimia adalah suatu keganasan yang berasal dari
perubahan genetik pada satu atau banyak sel di sumsum
tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukimia bertambah banyak sehingga
menimbulkan gejala klinik. Keganasan hematologik ini
adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai ganggguan
B. Epidemologi
Leukimia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai
lebih kurang 33% dari keganasan pediatrik. Leukimia
limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua
kasus, dengan inisidensi tertinggi pada umur 4 tahun.
Leukimia myeloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari
leukimia, dengan inisidensi yang tetap dari lahir sampai
umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja.
Leukimia sisanya adalah bentuk kronis; leukimia limfositik
kronis (LLK) jarang ditemukan pada anak. Insidensi tahunan
keseluruhan dari leukimia adalah 42,1 tiap juta anak kulit
putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu
terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada kulit
hitam. ( Nelson ilmu kesehatan anak vol.1)
Di Amerika Serikat, insiden tahunan penyakit leukemia
pada anak yang berumur dibawah 15 tahun adalah sekitar 4 per
100.000. Anak-anak dari semua golongan umur terkena. ALL,
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis marasmus-kwashiorkor yaitu :
- Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua (old man face)
- Cengeng, rewel
- Degenerasi hebat jaringan lemak subkutan dan atrofi otot
(Wasting)
- Tulang rusuk tampak terlihat jelas
- Kelainan kulit / rambut ringan dan jarang
- Diare berulang tetapi lebih ringan
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara
bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak
dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah
laktosa, porsi kecil, rendah serat dan sering. Setiap 100 ml
mengandung 75 kal dan protein 0,9 gr. Diberikan makanan
formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak diare/
muntah/ dehidrasi, 2 jam pertama setiap jam selanjutnya 10
jam berikutnya diselang seling dengan F75. Pada fase ini
diberikan TKTP (80% kebutuhan normal). (5,6)
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi fase stabilisasi.(7)
Zat Gizi
Energi
Protein
Cairan
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan
- Bayi 6-11 bulan
- Balita 12-60 bulan
Vitamin lain
Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
Mineral lain
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks
- Asam folat
cairan 130ml/kgBB/hari
Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg
asam folat, sirup besi 150 ml.
kapsul vitamin A dosis
100.000 SI (warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000
SI (warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000
SI (warna merah)
Pemberiannya dicampur dengan
F75, F100 dan F135
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100
mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram. Pada masa transisi
diberi makanan TKTP (150% kebutuhan normal).
Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase transisi.(7)
Zat Gizi
Transisi (hari ke 8-14)
Energi
100-150 kkal/kgBB/hari
Protein
2-3 gram/kgBB/hari
Cairan
150ml/kgBB/hari
Fe
Sulfas ferosus 200mg + 0,25 mg
Vitamin A
asam folat, sirup besi 150 ml.
- Bayi < 6 bulan
- Bayi 6-11 bulan
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
(warna merah)
Diberikan sebagai multivitamin
Diawali 5 mg, selanjutnya 1mg/hari.
Pemberiannya dicampur dengan
F75, F100 dan F135
c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan
anak. Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat
diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP
ASI dan BB 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan
formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135
mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram. Pada tahap ini
diberi makanan TKTP penuh (150-200% kebutuhan normal) . (6,7)
Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase rehabilitasi.(5)
Zat Gizi
Energi
Protein
Cairan
Fe
Vitamin A
- Bayi < 6 bulan
- Bayi 6-11 bulan
- Balita 12-60 bulan
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks
- Asam folat
Mineral lain
- Zinc
- Kalium
- Natrium
- Magnesium
150-200 kkal/kgBB/hari
3-4 gram/kgBB/hari
150 200 ml/kgBB/hari
Berikan awal selama 4 minggu.
kapsul vitamin A dosis
100.000 SI (warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000
SI (warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000
SI (warna merah)
Diberikan sebagai multivitamin
Pemberiannya dicampur dengan
F75, F100 dan F135
Kadar
Satuan
1,792
0,648
0,608
0,0656
0,0112
Gram
Gram
Gram
Gram
Gram
Bahan Makanan
Formula WHO
Susu skim bubuk
Gula pasir
Minyak sayur
Larutan elektrolit
Tambahkan air
s/d
Nilai Gizi
Energi
Protien
Laktosa
Kalium
Natrium
Magnesium
Seng
Per 1000
ml
F75
F100
F135
Mg
Mg
Mg
Ml
Ml
25
100
30
20
1000
85
50
60
20
1000
90
65
75
27
1000
Kkal
G
G
Mmol
Mmol
Mmol
Mg
750
9
13
36
6
4,3
20
1000
29
42
59
19
7,3
23
1350
33
48
63
22
8
30
Tembaga
% Energi Protein
% Energi Lemak Osmolaritas
Mg
Mosml
2,5
5
36
413
2,5
12
63
419
3,4
10
67
508
(4)
(5)
(6)
(7)
2.
DAFTAR PUSTAKA
Gangguan Nutrisi. In:E Richard, K Robert, M Ann, editors.
Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Texbook of Pediatrics). Edisi 15.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. Hal. 211-214
A Evawany. Kurang Energi Protein (Protein Energy
Malnutrition).
[online].
2004.
Available
from:
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi
-evawany.pdf
U Dyah. Kurang Energi protein. [online].Available
from:URL:www.kurang-energi-protein-pdf.pdf
H Boerhan, I Roedi, N Siti. Kurang Energi protein. [online].
Available from: URL:www.pediatric.com
Tershakovec, AM dan Stallings VA. 2010. Nutrisi Pediatri dan
Gangguan Nutrisi. Dalam Nelson Esensi Pediatri Ed. 4. EGC.
Jakarta.
Almatsier sunita . 2005 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi. GM . jakarta
indonesia
Dr. arisman, MB. 2010. Buku ajar ilmu gizi gizi dalam daur
kehidupan. EGC. Jakarta : Indonesia
Razak Adni A, Made I A, G, Budiningsar Dwi.2009. Pola asuh
ibu sebagai faktor risiko kejadian kurang energi protein (KEP)
pada anak balita.UGM;Yogyakarta.[Cited:22mei 2013].
(http://www.ijcn.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=52&Itemid=55).
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Standar pelayanan medik.
Makassar :FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin
sudirohusodo. 2009.
Tuberkulosis
A. Definisi
Tuberkulosis ialah penyakit akibat infeksi mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya lokasi infeksi primer.5
B. Epidemologi
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang
timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Ada 3 hal yang
mempengaruhi epidemiologi TB setelah tahun 1990, yaitu
perubahan strategi pengendalian, infeksi virus HIV, dan
pertumbuhan populasi yang cepat.
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan.
Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun adalah 5-6% dari
total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun 1985, dari 1261 kasus
TB anak berusia < 15 tahun, 63% diantaranya berusia <5 tahun.
Pada tahun 1989, WHO memperkirakan bahwa setiap tahun
terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak, dan 450.000 anak usia <15
tahun meninggal karena TB. Pada tahun 2000, terdapat 1,8 juta
kematian akibat TB, 226.000 diantaranya berhubungan dengan
HIV.
Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat saat ini,
diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu : (1) diagnosis tidak
tepat, (2) pengobatan tidak adekuat, (3) program penanggulangan
tidak terlaksana dengan tepat, (4) infeksi endemik HIV, (5)
migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment), (7)
meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang
kurang memadai.1
C. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis.
Ada 2 macam mycobacteria yang menyebabkan penyakit
10
11
4. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan : lama batuk, lama
demam, apakah ada kontak dengan penderita batuk lama
atau orang berobat 6 bulan, apakah ada masalah pada
nafsu makan yang menurun dan berat badan yang
menurun. Apakah ada diare yang lama dan apakah ada
nyeri dada.
5. Pemeriksaan fisik
Perlu diperiksa berat badan untuk menilai status
gizi pasien. Selain itu periksa Apakah ada pembesaran
limfe (kolli, aksila, dan inguinal), pembengkakan
tulang/sendi panggul/lutut atau falang. Jika terjadi
meningitis TB bisa ditemukan kaku kuduk. Pada mata
dapat dijumpai konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik
putih di limbus kornes yang sangat nyeri.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Uji tuberculin
b. Foto rontgen thoraks
c. Pemeriksaan mikrobiologik dai bahan bilasan
lambung atau sputum.
d. Pemeriksaan patologi di lakukan dengan biopsi
kelenjar, kulit, atau jaringan lain yang dicurigai
terkena infeksi TB.
Kesulitan menegakkan diagnosis TB pada anak
menyebabkan banyak usaha membuat pedoman diagnosis
dengan sistem skoring dan alur diagnostik,
misalnyapetunjuk yang dibuat oleh WHO dan Skoring TB
oleh UKK Respirologi PP IDAI.
Dicurigai tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan:
Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan.
Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan antibi
untuk penyakit pernapasan.
Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
b. Mungkin Tuberkulosis
Anak yang dicurigai tuberkulosis ditambah:
Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
Foto rontgen paru sugestif TB
Pemeriksaan histologis biopsi sugestif TB
Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
c. Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan
Identifikasi M.tuberculosis pada karakteristik biakan.
12
Parameter
Kontak TB
0
Tidak
jelas
1
-
Negatif
BB/TB <
90% atau
BB/U <
80%
2
Laporan
keluarga (BTA
negatif atau
tidak jelas)
-
Uji Tuberkulin
Berat badan/
keadaan gizi
Demam yang
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto toraks
2
minggu
3
minggu
1 cm,
jumlah >
1, tidak
nyeri
Ada
pembengk
akan
Normal/k
elainan
tidak jelas
Klinis gizi
buruk atau
BB/TB < 70%
atau BB/U <
60%
-
3
BTA (+)
Positif
( 10
mm, atau 5 mm
pada keadaan
imunosupresi
-
Gambaran
sugestif
TB
Keterangan :
G. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Obat tuberculosis yang digunakan (first line) saat ini
adalah Rifampizin (R), Isoniasid (H), pirazinamid(Z),
etambutol (E), dan streptomisin (S)
1. Isoniazid : diberikan secara Oral dengan dosis harian 5-15
mg/kgbb/hari, maksimal 300 mg/hari dan diberikan dalam
satu kali pemberian.
2. Rifampizin : sebaiknya di berikan 1 jam sebelum makan
karna rifampizin diabsorbsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong. Diberikan oral,
dengan dosis 10-20 mg/kgbb/hari, dosis maksimal 600
mg/hari, dengan dosis satu kali pemberian.
3. Pirazinamid : diberikan oral dengan dosis 15-30
mg/kgbb/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari.
4. Etambutol : obat ini jarang diberikan pada anak karna
memiliki efek neuritis optik. Dosis etambutol adalah 1520 mg/kgbb/hari, maksimal 1,25 gram/hari dengan dosis
tunggal.
13
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasasmitha, C.B., Darfioes, B. Epidemiologi Tuberkulosis. Buku Ajar
Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2008. h162-166.
Latief A, dkk, Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta : bagian ilmu kesehatan anak FKUI,
1985.
Rahajoe, N.N., Setyanto, D.B. Patogenesis dan Perjalanan Alamiah Tuberkulosis.
Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2008.
h169-176.
Setiawati, L., Nastiti, N.R. Tatalaksana Tuberkulosis. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi Pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2008. h214-226.
Standar Pelayanan Medik. 2009. Tuberculosis. Makassar : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit DR. Wahidin
Sudirohusodo
Wiza, Choirul. Tuberculosis paru. Diakses tanggal 31 Agustus 2014
http://id.scribd.com/doc/122954207/tuberculosis-paru