A. Definisi: Treatment), (7) Meningkatnya Kemiskinan, Dan (8) Pelayanan Kesehatan Yang
A. Definisi: Treatment), (7) Meningkatnya Kemiskinan, Dan (8) Pelayanan Kesehatan Yang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis ialah penyakit akibat infeksi mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya lokasi infeksi primer.5
B. Epidemologi
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di
negara berkembang maupun di negara maju. Ada 3 hal yang mempengaruhi
epidemiologi TB setelah tahun 1990, yaitu perubahan strategi pengendalian,
infeksi virus HIV, dan pertumbuhan populasi yang cepat.
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus
TB anak per tahun adalah 5-6% dari total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun
1985, dari 1261 kasus TB anak berusia < 15 tahun, 63% diantaranya berusia <5
tahun. Pada tahun 1989, WHO memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3
juta kasus baru TB anak, dan 450.000 anak usia <15 tahun meninggal karena TB.
Pada tahun 2000, terdapat 1,8 juta kematian akibat TB, 226.000 diantaranya
berhubungan dengan HIV.
Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat saat ini, diduga
disebabkan oleh berbagai hal, yaitu : (1) diagnosis tidak tepat, (2) pengobatan
tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak terlaksana dengan tepat, (4)
infeksi endemik HIV, (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self
treatment), (7) meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang
kurang memadai.1
C. Etiologi
0
Tidak jelas
1
-
2
Laporan
3
BTA (+)
keluarga
(BTA negatif
atau tidak
Negatif
jelas)
-
atau 5 mm pada
Uji Tuberkulin
keadaan
-
Berat badan/
keadaan gizi
Demam yang
Positif ( 10 mm,
BB/TB <
Klinis gizi
90% atau
buruk atau
BB/TB <
imunosupresi
-
70% atau
-
2 minggu
3 minggu
1 cm,
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
jumlah > 1,
kolli, aksila,
tidak nyeri
inguinal
Pembengkaka
Ada
n tulang/sendi
pembengkaka
panggul, lutut,
falang
Foto toraks
Normal/ke
Gambaran
lainan
sugestif TB
tidak jelas
Keterangan :
G. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Obat tuberculosis yang digunakan (first line) saat ini adalah Rifampizin
(R), Isoniasid (H), pirazinamid(Z), etambutol (E), dan streptomisin (S)
1. Isoniazid : diberikan secara Oral dengan dosis harian 5-15 mg/kgbb/hari,
maksimal 300 mg/hari dan diberikan dalam satu kali pemberian.
2. Rifampizin : sebaiknya di berikan 1 jam sebelum makan karna rifampizin
diabsorbsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut
kosong. Diberikan oral, dengan dosis 10-20 mg/kgbb/hari, dosis maksimal
600 mg/hari, dengan dosis satu kali pemberian.
3. Pirazinamid : diberikan oral dengan dosis 15-30 mg/kgbb/hari dengan
dosis maksimal 2 gram/hari.
4. Etambutol : obat ini jarang diberikan pada anak karna memiliki efek
neuritis optik. Dosis etambutol adalah 15-20 mg/kgbb/hari, maksimal 1,25
gram/hari dengan dosis tunggal.
5. Streptomisin : obat ini jarang digunakan dalam pengobatan TB, ettapi
penggunaanya penting pada pengobatan fase intensif meningitis TB dan
MDR-TB.
Diberikan
secara
intramuscular
dengan
dosis
15-40
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain TB milier, meningitis TB, Efusi
Pleura, Pneumothorax, bronkiektasis dan atelektasis.
I. Pencegahan
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan, dosis untuk bayi sebesar
0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah
insersio otot deltoid kanan. Bila BCG diberikan pada usia > 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Imunisasi BCG efektif
terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB, dan spondilitis TB pada
anak.
2. Kemoprofilaksis
Terdiri dari :
a. Kemoprofilaksis primer untuk mencegah terjadinya infeksi TB. Diberikan
isoniazid dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 6 bulan.
3 bulan pemberian profilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika tetap
negatif, profilaksis dilanjutkan hingga 6 bulan. Jika tuberkulin positif,
evaluasi status TB pasien, pada akhir bulan keenam dilakukan uji
tuberkulin ulang.
b. Kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah berkembangnya infeksi
menjadi sakit TB.
J. Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, lamanya mendapat
infeksi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini,
pengobatan adekuat, dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare
yang berulang dan lain-lain.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartasasmitha, C.B., Darfioes, B. Epidemiologi Tuberkulosis. Buku Ajar
Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2008. h162166.
2. Latief A, dkk, Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta : bagian ilmu kesehatan anak
FKUI, 1985.
3. Rahajoe, N.N., Setyanto, D.B. Patogenesis dan Perjalanan Alamiah
Tuberkulosis. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Badan
Penerbit IDAI. 2008. h169-176.
4. Setiawati, L., Nastiti, N.R. Tatalaksana Tuberkulosis. Buku Ajar Respirologi
Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. 2008. h214-226.
5. Standar Pelayanan Medik. 2009. Tuberculosis. Makassar : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit
DR. Wahidin Sudirohusodo
6. Wiza, Choirul. Tuberculosis paru. Diakses tanggal 1 Agustus 2014
http://id.scribd.com/doc/122954207/tuberculosis-paru
10