Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Kerangka Teori

2.2.1

Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut Freeman (2003), anggaran itu sendiri adalah sebuah proses yang
dilakuakan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya kedalaman kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of
allocating resources to unlimited demands).
Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukurean
financial (Deddi Nordiawan,2006;48)
Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter yang berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Dalam pengertian lain, anggaran dapat dikatakan sebuah rencana financial
yang menyatakan :
1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas
lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi.
2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan
rencana tersebut.
3. Perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan menghasilkan
pemasukan serta seberapa besar pemasukannya.

2.1.2

Fungsi Anggaran
Beberapa fungsi anggaran dalam sektor publik :

a. Anggaran sebagai Alat Perencana


Dengan adanya anggaran,organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan
kearah mana kebijakan yang akan dibuat.
b. Anggaran Ssebagai Alat Pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari
adanya pengeluaran yang terlalu besar )overspending) atau adanya
penggunaan dana yang tidak semestinya(misspending)
c. Anggaran sebagai Alat Politik
Dalam organisasi sektor publik ,melalui anggaran dapat dilihat melalui
komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah
dijanjikan.
d. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu
bagian atau unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya
aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
e. Anggara sebagai Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan
nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian.Dengan
catatan,anggaran dapat menjadi alat motivasi yang baik jika memenuhi
sifat menantang tetapi masih mungkin untuk dicxapai (challenging but
attainable atau demanding but achievable). Maksudnya adalah suatu
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehinggatidak dapat dipenuhi
juga tapi jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.
f. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit
kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui
apa yang harus dilakukan dan apa yang dilakukan oleh bagian atau unit
kerja lainnya.
g. Anggaran sebagai Alat Kebijakan
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas
kebijakan tertentu.Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah
dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau
longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.

2.1.3

Jenis-jenis Anggaran
Secaragaris besar anggaran dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Anggaran berdasarkan aktivanya dibagi menjadi :


a. Anggaran Operasional
Digunakan untuk merencanakan kebutuhan dalam menjalankan
operasi sehari-hari dalam kurun waktu satu tahun. Anggaran
operasional sering juga dikelompokkan sebagai pengeluaran yang
bersifat rutin dan jumlahnya kecil serta tidak menambah fungsi
suatu asset.
b. Anggaran Modal
Menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung,peralatan,kendaraan,perabotan dan
sebagainya. Belanja modalnya adalah pengeluaran yang
manfaatnya cenderung melebihi satu anggaran dan akan menambah
jumlah asset atau kekayaan organisasi sektor publik yang
selanjutnya akan menambah anggaran operasional untuk biaya
pemeliharaan.
2. Anggaran berdasarkan hukumnya,dibagi menjadi :
a. Anggaran Tentatif
Anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga
legislatif karena kemunculannya yang dipicu oleh hal-hal yang
tidak direncanakan sebelumnya.
b. Anggaran Enacted
Anggaran yang direncanakan kemudian dibahas dan disetujui oleh
lembaga legislatif.
3. Anggaran berdasarkan kekayaan negara (dana) ,dibagi menjadi :
a. Dana Umum
Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah yang
bersifat umum dan sehari-hari.
b. Dana Khusus
Dana yang digunakan untuk dicadangkan/dialokasikan khusus
untuk tujuan tertentu.
4. Anggaran berdasarkan penyusunannya, dibagi menjadi :
a. Anggaran Eksekutif
Anggaran yang disusun oleh lembaga eksekutif, dalam hal ini
adalah pemerintah.
b. Anggaran Legislatif

Anggaran yang disusun oleh lembaga legislatif tanpa melibatkan


pihak eksekutif.
5. Anggaran berdasarkan penentuannya , dibagi menjadi :
a. Anggaran Tetap
Apropriasi belanja sudah ditentukan jumlahnya di awal tahun
anggaran sehingga jumlah tersebut tidak boleh dilampaui meskipun
ada peningkatan jumlah kegiatan yang dilakukan.
b. Harga barang/jasa perunit telah ditetapkan namun jumlah anggaran
secara keseluruhan akan berfluktuasi bergantung pada banyaknya
kegiatan yang dilakukan.

2.2

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2.2.1

Pengertian APBD

Permendagri nomer 13 tahun 2006, APBD merupakan dasar pengelolaan


keuangan daerah dalam masa 1(satu) tahun anggaran terhitung tanggal 1 Januari
samapi 31 Dwseber. Sedangkan,menurut Bastian
(2006:189), APBD
merupakan pengejawatahan rencana kerja pemda dalam bentuk satuan uang untuk
kurun waktu satu tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.
Adapun struktur APBD berdasarkan Permensagri nomor 13 Tahun 2006
terdiri dari 3 bagian yaitu Pendapatan Daerah,Belanja Daerah dan embiayaan
Daerah.
1. Pendapatan Daerah
Penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang
dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Oleh karena itu, pendapatan dapat berupa arus kas aktiva masuk,
peningkatan aktiva atau pengurangan utang yang bukan berasal dari
konstribusi ekuitas Pemerintah Daerah. Secara umum pendapatan APBD
dibagi menjadi tiga kelompok :
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal
dari sumber ekonomi asli daerah. Dikelompokkan menjadi empat jenis
diantaranya yaitu :
1. Pendapatan Pajak Daerah
Perndapatan pajak daerah sadalah salah satu komponen Pendapatan
Asli Daerah,merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah
kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya,tanpa

langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah


daerah yang memungut pajak daerah yang dibanyarkannya.
2. Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan retribusi daerah adalah merupakan komponen lain yang
termasuk komponen Pendapatan Asli daerah yaitu penerimaan yang
diterima oleh pemerintah daerah setelah memberikan pelayanan
tertentu kepada menduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya.
Perbedaan yang tegas antara pajak daerah dan retribusi daerah terletak
pada kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah. Jika pada
pajak daerah kontraprestasi tidak diberikan secara langsung maka
retribusi daerah kontribusi diberikan secara langsung oleh pemerintah
daerah kepada penduduk yang membayar retribusi tersebut.
3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayan Daerah yang Dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang sah
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang sumber dari penerimaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan itu
dipisahkan menjadi lima jenis, yaitu :
1. Bagi Hasil Pajak,terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Bagi Hasil Bukan Pajak.
2. Dana Alokasi Umum.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
1. Pendapatan Hibah.
2. Dana Darurat.
3. Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Pemerintah Lainnya.
4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.
5. Bantuan Keuangan dan Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.
2. Belanja Daerah
Menurut IASC Framework, penurunan dalam manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau deplesi asset atau
terjadinya utang yang mengakibatkan berkurangnya akuitas dana. Menurut
Halim (2002 : 52) definisi atau pengertian Belanja daerah adalah semua
pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode Anggaran Belanja secara
garis besar dikelompokkan menurut klasifikasi jenis belanjaanya :
a. Belanja Tidak Langsung
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga

3.
4.
5.
6.

Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Kabupaten Kepada Provinsi/Kabupatan/Kota dan
Pemerintahan Desa
7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupatan/Kota dan
Pemerintahan Desa
8. Belanja Tidak Terduga
b. Belanja Langsung
1. Belanja Barang dan Jasa
2. Belanja Modal
Merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah.
Belanja modal dibagi menjadi :
- Belanja Pulik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati
secara langsung oleh masyarakat
- Belanja Aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara
langsung dinikmati oleh masyarakat
3. Belanja Pegawai
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran daerah
yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran atau sebagai alokasi
surplus anggaran. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD
makin inofatif yaitu dapat memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.
Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber sumber pembiayaan yaitu :
a. Penerimaan Pembiayaan yaitu sisa lebih anggaran tahun lalu yang berupa
penerimaan pinjaman obligasi, hasil penjualan asset daerah yang
dipisahkan dan transfer dari dana cadangan.Pada pembiayaan penerimaan
mempunyai bagian bagian yang termasuk dalam penerimaan daerah pada
APBD,diantaranya :
1. Sisa Lebih Lanjut Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
2. Pencarian Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah
untuk pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo,penyertaan
modal,transfer ke dana cadangan dan sisa lebih anggaran tahun sekarang.
Pembayaran pada pengeluaran terdiri atas pembayaran pokok yang telah

jatuh tempo sedangkan pengeluaran pada pembiayaan mempunyai bagianbagian yang termasuk dalam pengeluaran daerah pada APBD,
diantaranya :
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal(Investasi) Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang

2.3

Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Bastian (2006:273), Kinerja adalah gambaran pencapaian


pelaksanaan
suatu
kegiatan/program/kebijakan
dalam
mewujudkan
sasaran,tujuan,misi dan visi organisasi.Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang
telah
ditetapkan,dengan
memperhitungkan
indikator
masuk(input),keluaran(outout),hasil,manfaat,dampak. Analisis kinerja dapat
dilakukan dalm 3(tiga) bagian yaitu (Mahmudi,2007).
1. Analisis Kinerja Pendapatan
Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari
realisasi pendapatan dan anggarannya. Apabila realisasi melampaui
anggaran(target) maka kinerja dapat dinilai dengan baik. Penilaian kinerja
pendapatan pada dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah realisasi pendapatan
daerah telah melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut
komponen pendapatn apa yang paling berpengaruh. Berdasarkan laporan realisasi
anggaran, kita dapat melakukan analisis pendapatan daerah dengan cara:
A. Analisis Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan
Analisis Varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara
menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang di
anggarkan.Biasanya selisih anggaran sudah di informasikan dalam
laporan realisasi anggaran tersebut sangat membantu pengguna
laporan dalam memahami dan menganalisis kinerja pendapatan.
Pada Prinsipnya, anggaran pendapatan merupakan batas minimal
jumlah pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh pemerintah
daerah. Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan
yang baik apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi
jumlah yang dianggarkan (target anggaran). Sebaliknya apabila
realisasi pendapatan dibawah jumlah yang dianggarkan, maka hal itu
tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya demikian.

Selisih lebih realisasi pendapatan merupakan selisih yang diharapkan


(favourable variance),sedangkan selisih kurang merupakan selisih
yang tidak diharapkan (unfavourable variance).

B. Analisis Rasio Keuangan


Menurut Djarwanto (2001 : 123), Rasio adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam Laporan Keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan
atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lainnya, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan
dapat memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu koperasi (Munawir,2001:64)
1. Rasio Derajat Desentralisasi
Rasio ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang
diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
menggali dan mengelola pendapatan. Semakin tinggi kontribusi
PAD,maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam
penyelenggara desentralisasi.
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio ini menunjukkan kempuan pemerintah daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan
daerah.Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah
daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya.
3. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah
Rasio efektivitas daerah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah
penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Rasio
efektivitas
pajak daerah dianggap baik apabila rasio ini mencapai angka
minimal 1 atau 100%. Sama halnya dengan analisis efisiensi
PAD,untuk menghitung rasio efisiensi pajak daerah diperlukan data
tentang biaya pemungutan pajak.
2. Analisis Kinerja Belanja
Analisis belanja daerah sangat penting dilakukann untuk mengevaluasi
apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD secara ekonomis,efisien dan
efektif (value for money). Sejauh mana pemerintah daerah telah melakukan
efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran

yang tidak tepat sasaran. Kinerja anggaran belanja daerah di nilai baik apabila
realisasi lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan,hal itu adanya efisiensi
anggaran. Dalam hal belanja daerah penting juga dianalisis keserasian belanja
karena hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi, dan
stabilisasi.
Berdasarkan informasi pada laporan realisasi anggarn kita dapat melakukan
analisis anggaran belanja dengan cara:
A. Analisis Varian Belanja
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi dengan anggaran. Berdasarkan laporan realisasi anggaran
yang disajikan, pembaca laporn dapat mengetahui secara langsung
besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang biasa
dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau persentasenya. Kinerja
pemerintah daerah dinilai baik apabila jika realisasi belanja lebih rendah
dari yang dianggarkan, jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang
dianggarkan maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang
kurang baik.
B. Analisis Keserasian Belanja
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal. Semakin
tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung
semakin kecil. Analisis keserasian belanja antara lain berupa:
1. Analisis Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan terhadap Total
Belanja
2. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
3. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
4. Analisis Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
C. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Angka yang
dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita
hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah lebih
efisien dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah daerah di nilai telah
melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.
Sebaiknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran.
3. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan dilakukan untuk pola anggaran pemerintah daerah.
Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintah

daerah. Salah satu pos yang paling urgent dalam pembiayaan ini adalah Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA). Makin besarnya SILPA yang diperoleh
dari suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya
penyajian suatu rencana anggaran.
Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja belanja dan kinerja pembiayaan
maka dapat dinilai kinerja (APBD) secara umum. Jika semua kinerja tersebut
menunjukan pencapaian angka yang sudah ditargetkan, maka dikatakan kinerja
anggaran (APBD) adalah baik.
2.4

Kajian Penelitian Sejenis


1. Penelitian :
Eka Rosalina
Judul :
Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
Penelitian :
Peneliti ini menganalisis kinerja pengelolaan keuangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatra Barat yang
meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan. Penggunaan data dalam
menganalisis APBD Provinsi Sumatra Barat tahun 2003-2006. Teknik
analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi analisis varians
(selisih) anggaran pendapatan, belanja, derajat desentralisasi
ketergantungan daerah, efisiensi belanja, kontribusi BUMD,
perkembangan SILPA dan analisis investasi.
Hasil Penelitian :
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Provinsi Sumatra Barat
dalam merealisasikan pendapatan pada tahun 2003-2006 dapat
dikatakan efektif dan efisiensi, pertumbuhan pendapatan menunjukan
pertumbuhan positif. Pada tahun 2003-2006 provinsi Sumatra masih
tergantung pada pemerintah pusat sehingga penyelenggaraan
desentralisasi masih rendah. Dalam merealisasikan anggaran belanja
dikatakan cukup efisien dan pertumbuhan belanja menunjukan
pertumbuhan yang positif yang diimbangi dengan pertumbuhan
pendapatan. Pada pembiayaan adanya perkembangan SILPA yang
bersaldo positif menunjukan kesehatan fiskal. Kelebihan dana
dialokasikan dalam bentuk investasi berupa penyertaan modal pada
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sehingga dapat meningkatkan
pembangunan daerah Provinsi Sumatra Barat.
2. Peneliti :
Ratu Dwi Wulan Arian

Judul :
Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah Pemerintah Kota Depok.
Penelitian :
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), yang dijadikan sebagai dasar pengelolaan keuangan
daerah dalam masa satu tahun anggaran. Analisis rasio keuangan
terhadap APBD dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang
dicapai oleh suatu daerah dari satu periode terhadap periode-periode
sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang
terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
Pemerintah Kota Depok dalam mengelola keuangan daerahnya serta
untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah Kota Depok dalam
mendukung otonomi daerah, tahun anggaran 2008-2012, dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Rasio yang digunakan
sebagai alat analisis yaitu Rasio Kemandirian Daerah, Rasio
Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi PAD, Rasio Aktifitas/Keserasian dan
Rasio Pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui
bahwa kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Depok sudah sangat
efektif dan efisien dalam hal merealisasikan Pendapatan Asli
Daerahnya, tetapi Pemerintah Kota Depok lebih memprioritaskan
belanja rutin daripada belanja pembangunan dan juga belum mampu
melaksanakan otonomi daerahnya, ketergantungan pada pemerintah
pusat masih sangat dominan. Pertumbuhan PAD sudah sangat baik
karena selalu berada pada trend yang positif, sedangkan untuk belanja
daerah masih kurang baik, karena terdapat pertumbuhan dengan trend
yang negatif.

Anda mungkin juga menyukai