LANDASAN TEORI
2.1
Kerangka Teori
2.2.1
Menurut Freeman (2003), anggaran itu sendiri adalah sebuah proses yang
dilakuakan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya kedalaman kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of
allocating resources to unlimited demands).
Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukurean
financial (Deddi Nordiawan,2006;48)
Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter yang berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Dalam pengertian lain, anggaran dapat dikatakan sebuah rencana financial
yang menyatakan :
1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas
lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi.
2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan
rencana tersebut.
3. Perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan menghasilkan
pemasukan serta seberapa besar pemasukannya.
2.1.2
Fungsi Anggaran
Beberapa fungsi anggaran dalam sektor publik :
2.1.3
Jenis-jenis Anggaran
Secaragaris besar anggaran dapat diklasifikasikan menjadi :
2.2
2.2.1
Pengertian APBD
3.
4.
5.
6.
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Kabupaten Kepada Provinsi/Kabupatan/Kota dan
Pemerintahan Desa
7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupatan/Kota dan
Pemerintahan Desa
8. Belanja Tidak Terduga
b. Belanja Langsung
1. Belanja Barang dan Jasa
2. Belanja Modal
Merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah.
Belanja modal dibagi menjadi :
- Belanja Pulik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati
secara langsung oleh masyarakat
- Belanja Aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara
langsung dinikmati oleh masyarakat
3. Belanja Pegawai
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran daerah
yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran atau sebagai alokasi
surplus anggaran. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD
makin inofatif yaitu dapat memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.
Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber sumber pembiayaan yaitu :
a. Penerimaan Pembiayaan yaitu sisa lebih anggaran tahun lalu yang berupa
penerimaan pinjaman obligasi, hasil penjualan asset daerah yang
dipisahkan dan transfer dari dana cadangan.Pada pembiayaan penerimaan
mempunyai bagian bagian yang termasuk dalam penerimaan daerah pada
APBD,diantaranya :
1. Sisa Lebih Lanjut Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
2. Pencarian Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah
untuk pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo,penyertaan
modal,transfer ke dana cadangan dan sisa lebih anggaran tahun sekarang.
Pembayaran pada pengeluaran terdiri atas pembayaran pokok yang telah
jatuh tempo sedangkan pengeluaran pada pembiayaan mempunyai bagianbagian yang termasuk dalam pengeluaran daerah pada APBD,
diantaranya :
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal(Investasi) Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
2.3
yang tidak tepat sasaran. Kinerja anggaran belanja daerah di nilai baik apabila
realisasi lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan,hal itu adanya efisiensi
anggaran. Dalam hal belanja daerah penting juga dianalisis keserasian belanja
karena hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi, dan
stabilisasi.
Berdasarkan informasi pada laporan realisasi anggarn kita dapat melakukan
analisis anggaran belanja dengan cara:
A. Analisis Varian Belanja
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi dengan anggaran. Berdasarkan laporan realisasi anggaran
yang disajikan, pembaca laporn dapat mengetahui secara langsung
besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang biasa
dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau persentasenya. Kinerja
pemerintah daerah dinilai baik apabila jika realisasi belanja lebih rendah
dari yang dianggarkan, jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang
dianggarkan maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang
kurang baik.
B. Analisis Keserasian Belanja
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal. Semakin
tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung
semakin kecil. Analisis keserasian belanja antara lain berupa:
1. Analisis Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan terhadap Total
Belanja
2. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
3. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
4. Analisis Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
C. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Angka yang
dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita
hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah lebih
efisien dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah daerah di nilai telah
melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.
Sebaiknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran.
3. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan dilakukan untuk pola anggaran pemerintah daerah.
Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintah
daerah. Salah satu pos yang paling urgent dalam pembiayaan ini adalah Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA). Makin besarnya SILPA yang diperoleh
dari suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya
penyajian suatu rencana anggaran.
Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja belanja dan kinerja pembiayaan
maka dapat dinilai kinerja (APBD) secara umum. Jika semua kinerja tersebut
menunjukan pencapaian angka yang sudah ditargetkan, maka dikatakan kinerja
anggaran (APBD) adalah baik.
2.4
Judul :
Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah Pemerintah Kota Depok.
Penelitian :
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), yang dijadikan sebagai dasar pengelolaan keuangan
daerah dalam masa satu tahun anggaran. Analisis rasio keuangan
terhadap APBD dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang
dicapai oleh suatu daerah dari satu periode terhadap periode-periode
sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang
terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
Pemerintah Kota Depok dalam mengelola keuangan daerahnya serta
untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah Kota Depok dalam
mendukung otonomi daerah, tahun anggaran 2008-2012, dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Rasio yang digunakan
sebagai alat analisis yaitu Rasio Kemandirian Daerah, Rasio
Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi PAD, Rasio Aktifitas/Keserasian dan
Rasio Pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui
bahwa kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Depok sudah sangat
efektif dan efisien dalam hal merealisasikan Pendapatan Asli
Daerahnya, tetapi Pemerintah Kota Depok lebih memprioritaskan
belanja rutin daripada belanja pembangunan dan juga belum mampu
melaksanakan otonomi daerahnya, ketergantungan pada pemerintah
pusat masih sangat dominan. Pertumbuhan PAD sudah sangat baik
karena selalu berada pada trend yang positif, sedangkan untuk belanja
daerah masih kurang baik, karena terdapat pertumbuhan dengan trend
yang negatif.