DISUSUN OLEH :
Beatrice Marietta
406138061
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. S
Umur
: 57 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Mijen Rt 06/04
Pekerjaan
: Pekerja buruh
No. RM
: 678.413
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2015 jam 10.00 di Poli Mata.
A. Keluhan Utama
:
Pandangan berkabut pada mata kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada mata kiri. Pandangan kabur
yang dirasakan pasien sejak + 2 bulan yang lalu seperti berkabut, perlahan-lahan
hingga saat ini pasien hanya dapat melihat sebatas ada cahaya atau tidak.
Penglihatan seperti ini dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat
maupun jauh. Keluhan mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-),
gatal (-), melihat ganda (-), melihat pelangi di sekitar sumber cahaya (-). Kurang
lebih 2 minggu terakhir keluhan dirasakan memberat hingga aktivitas pasien
terganggu. Oleh karena itu pasien berobat ke RSUD Kudus.
Riwayat Diabetes Mellitus (+) sejak 5 tahun, pasien minum obat teratur
Keadaan Umum
:
Kesadaran
:
Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respiration Rate (RR)
Status Gizi
Baik
Compos mentis
:
:
:
:
:
140/80 mmHg
86 kali/ menit
36,5 0C
20 x / menit
Cukup
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar :
OD
OS
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Bulbus okuli
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), lagoftalmus (-)
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
Palpebra
Konjungtiva
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih,
infiltrat (-),
Sklera
edema (-),
arkus senilis (-)
Kornea
sikatriks (-)
Jernih, dalam, arkus senilis (-),
Camera Oculi
sikatriks (-)
Jernih, dalam, arkus senilis (-),
Anterior
(COA)
Kripta(+), atrofi (-) coklat,
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
Retina
Fundus Refleks
T(digital) normal
Normal
TIO
Sistem Lakrimasi
T(digital) normal
Normal
IV. RESUME
A. Subjektif :
Pandangan kabur pada mata kiri dirasakan pasien sejak + 2 bulan yang lalu
seperti berkabut, perlahan-lahan hingga saat ini pasien hanya dapat melihat
sebatas ada cahaya atau tidak. Penglihatan seperti ini dirasakan terus
B. Objektif :
PEMERIKSAAN
Visus
Lensa
V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
OS
Mata tenang visus turun perlahan
Kudus.
Riwayat penyakit dahulu :
o HT (+)
o DM (+) sejak 5 tahun, pasien minum obat teratur
D. Objektif :
PEMERIKSAAN
Visus
Lensa
VIII. TERAPI
Katarak OS
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Visam
Quo Ad Vitam
Quo Ad Kosmetikam
Quo Ad Sanam
Persiapan operasi :
o Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax,
penyakit penyerta seperti infeksi/gigi berlubang dan penyakit saluran napas
seperti batuk)
o Persiapan lokal (pemberian antibiotik profilaksis, irigasi mata)
Saran :
KATARAK
DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun.katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual
dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.
GEJALA
Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul secara
mendadak. Katarak terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium awal (insipien), stadium imatur,
stadium matur, dan stadium hipermatur . Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan
lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya,
sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan
kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang
dialami oleh penderita katarak, seperti :
- Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
- Warna terlihat pudar.
- Sulit melihat saat malam hari.
- Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak
bertambah luas.
STADIUM
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipient.
Katarak intumesen.Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa.Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan,
maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi
kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering.Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa.Kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai
dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak
morgagni.
DIAGNOSIS
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan
murah .
PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, H.S., 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Vaughan, D.G., 2007, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta