Anda di halaman 1dari 5

Insiden Penembakan terhadap Aksi Buruh PT.

Freeport Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi lanjutan ribuan buruh PT.


Freeport Indonesia dalam menuntut kenaikan kesetaraan upah, PKB serta
perbaikan kondisi kerja dan syarat-syarat kerja di perusahaan dilakukan
kembali pada hari ini (Senin, 10 Oktober 2011). Aksi lanjutan ini sebagai
respon atas sikap dan kebijakan manajemen PT. Freeport Indonesia yang
mendatangkan buruh-buruh baru dari luar Papua untuk menggantikan
buruh yang sedang melakukan mogok kerja sejak 15 September 2011
lalu.

Aksi

ini

juga

di

tujukan

untuk

meminta

pihak

manajemen

menghentikan operasional perusahaan untuk sementara waktu sampai


adanya penyelesaian kasus mogok kerja dan tuntutan kenaikan gaji
buruh. Permintaan untuk penghentian sementara operasional PT Freeport
tersebut merupakan salah satu rekomendasi surat Dewan Perwakilan
Rakyat Papua (DPRP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP) dalam pertemuan di
Jayapura pada Kamis 6 Oktober 2011. Selain itu, pihak manajemen PTFI
juga tidak memberikan gaji terhadap 8000 buruh yang melakukan mogok
kerja sejak sebulan lalu.
Sebagaimana sudah banyak di beritakan oleh media dan informasi
langsung yang GSBI terima dari Papua; aksi ribuan buruh PT. Freeport
Indonesia

ini

justru

dijawab

oleh

arogansi

perusahaan

dengan

mengerahkan ribuan aparat kepolisian yang terus menghalang-halangi

dan berusaha membubarkan aksi ribuan buruh ini sehingga terjadi


bentrokan

tindak

kekerasan

dan

juga

penembakan

buruh

yang

mengakibatkan meninggalnya Petrus Ayami Seba (36thn).


Sehingga insiden bentrok dan kekerasanpun tidak dapat dihindari
ketika ribuan buruh tiba di pintu masuk Terminal Gorong-gorong, ribuan
buruh dihadang aparat kepolisian dengan tameng membendung massa
untuk masuk ke lokasi terminal. Tepat pukul 09.20 WIT, pada saat seorang
buruh

yang

merupakan

pemilik

hak

ulayat

PT.Freeport

Indonesia

melakukan orasi, aparat kepolisian mulai melakukan aksi propokasi dan


penembakan kepada para buruh dari jarak 15 meter, selama 5-20 menit.
Akibat dari insiden penembakan brutal ini, seorang buruh bernama
Petrus Ayami Seba (36 tahun), meninggal dunia dengan mengalami luka
robek pada ketiak sebelah kiri setelah terkena peluru tajam yang
dilepaskan oleh aparat kepolisian dan puluhan lainnya mengalami lukaluka.
Petrus Ajam Seba adalah buruh PT. Freeport Indonesia yang bekerja
dibagian Katering. Selain Petrus, enam orang buruh lainnya juga
mengalami luka-luka serius, ada yang tertembak dibagian punggung, kaki
dan dada. Berikut adalah nama-nama buruh yang mengalami luka-luka,
Leo Wandagau, Alius Komba, Melkias Rumbiak, Yunus Nguluduan, Philliton
Kogoya, dan Ahamad Mustofa. Saat ini para korban masih dirawat di RS
Timika yang jaraknya sekitar 6 km dari tempat unjuk rasa dilakukan.
Aparat keamanan masih tidak mengijinkan para buruh untuk menjenguk
para korban yang luka-luka.
Komentar :
Menurut saya pelanggaran hak asasi yang tejadi yaitu para aparat
keamanan

merebut

hak

mereka

untuk

beraspirasi,

menyuarakan

pendapat mereka. Para buruh menuntut kenaikan kesetaraan upah, PKB


serta perbaikan kondisi kerja dan syarat-syarat kerja di PT. Freeport
Indonesia. Aksi ini juga ditujukan untuk meminta pihak manajemen

menghentikan operasional perusahaan untuk sementara waktu sampai


adanya penyelesaian kasus mogok kerja dan tuntutan kenaikan gaji
buruh.
Dalam penertiban aksi unjuk rasa ini ternyata para aparat keamanan
tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Aksi ribuan buruh
PT. Freeport Indonesia ini justru dijawab oleh arogansi perusahaan dengan
mengerahkan ribuan aparat kepolisian yang terus menghalang-halangi
dan berusaha membubarkan aksi ribuan buruh ini sehingga terjadi
bentrokan tindak kekerasan dan juga penembakan buruh.
Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh para aparat ini mengakibatkan
meninggalnya Petrus Ayami Seba dan puluhan buruh lainnya mengalami
luka-luka, hal ini membuktikan bahwa terdapat sebuah pelanggaran HAM
yang dapat dikategorikan ke dalam pelanggaran HAM berat yang telah
dilakukan oleh aparat kepolisian yang sepatutnya permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah ( antara buruh dengan pengelolah
PT. Freeport Indonesia) atau aparat kepolisian dapat mengamankan aksi
unjuk rasa tersebut tanpa adanya kekerasan, sehingga tidak akan
memunculkan aksi bentrok para buruh terhadap para aparat, para aparat
juga tidak perlu mengambil jalan dengan melakukan aksi propokasi dan
penembakan kepada para buruh terhadap para buruh.
Tanggapan:
1 Dalam pasal 1 angka 2 ditentukan bahwa yang dimaksud dengan
pelanggaran berat adalah pelanggaran HAM sebagaimana dimaksud
dalam UU. No 26 th 2000, seperti yang ditentukan pasal 7 yang
meliputi pelanggaran HAM terhadap :
Kejahatan genosida
Kejahatan terhadap kemanusiaan
Dalam kasus di atas terdapat indikasi terjadinya perbuatan HAM
berat, seperti operasi militer AD yang digencar-gencarkan terhadap
masyarakat Papua karena dianggap melakukan pemberontakan
sehingga menewaskan warga sipil Papua. Penembakan terhadap
karyawan Freeport merupakan suatu bentuk penolakan masyarakat
asli Papua karena ketidakadilan Freeport yang merampas hak-hak
merek untuk mengambil hasil bumi di sekitar gunung Ertsberg yang

merupakan penopang hidup mereka dari alam. Bentuk ketidakadilan


dan perampasan hak masyarakat terlihat dari sikap Freeport yang
mencaplok tanah-tanah adat dan tanah keramat tanpa ganti rugi
dan

mengusir

warga

yang

mendulang

emas

di

sekitar

pertambangan, sehingga mengakibatkan konflik berkepanjangan.


2 Sebenarnya permasalahan di sini adalah masyarakat Papua yang
percaya Freeport yang menyebabkan permasalahan lingkungan di
tengah konflik yang sering timbul di masyarakat Papua yang
pluralisme.

Dalam

desentralisasi

kebijakan

terhadang

ekonomi

oleh

nasional,

pelaksanaan

peraturan-peraturan

yang

membingungkan, alokasi dana yang tidak transparan dan dalam


bidang keamanan pemerintah telah menempatkan TNI, POLRI, dan
bahkan KOPASSUS yang malah terlibat dalam kasus pembunuhan.
Dan kurangnya sumber daya, pelatihan, rawan terhadap korupsi dan
tindakan kejam guna mempertahankan kesatuan nasional telah
menghasilkan pola tindakan TNI seperti merusak gedung, bersikap
brutal terhadap warga sipil dan menyebabkan pembunuhan yang
tidak jelas pertanggungjawabannya sehingga bukan keamanan yang
terwujud tapi konflik berkepanjangan.
3 Peran KOMNAS HAM adalah memantau dan melakukan penyelidikan
( lingkup proyustisia ) lalu hasil penyelidikan yang telah diperoleh
diserahkan kepada penyidik untuk proses penyidikan, kemudian
penuntutan serta pemeriksaan sidang dan pelaksanaan putusan.
Hemat saya, KOMNAS HAM merupakan badan independen yang
berwewenang dalam kasus tersebut menyelidiki apakah ada indikasi
pelanggaran HAM berat yang terjadi di Papua serta menuntut pihakpihak terkait pelanggaran HAM

berat yang telah terjadi ke

Pengadilan HAM nasional dan apabila proses peradilan yang efektif


tidak dapat dilaksanakan, maka dapat diajukan ke Mahkamah
Pidana Internasional. Dalam kasus tersebut contoh pelanggaran
HAM berat adalah pembunuhan warga Papua dalam operasi militer
TNI AD maka komandan yang memimpin operasi militer itulah yang
dapat dituntut dan diadili.

Solusi

Menyikapi tragedi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia


(HAM) yang terus berlangsung di tanah Papua, khususnya pada peristiwa
penembakan terhadap peserta aksi mogok kerja serikat pekerja PT.
Freeport yaitu :
PT.

Freeport

harus

bertanggung

jawab

terhadap

korban

tragedi

pelanggaran hak asasi manusia baik terhadap buruh-buruhya.


Mendesak Negara segera menghentikan tindakan kekerasan dalam
penyelesaian

konflik

dengan

rakyatnya,

dan

bertanggung

jawab

terhadap berbagai tragedi kekerasan dan pelanggaran hak asasi


manusia yang dilakukan oleh para aparatusnya.
Mendesak Presiden RI bertanggung jawab terhadap tragedi penembakan
yang terjadi terhadap serikat pekerja PT. Freeport Indonesia. Mencopot
Kapolri dan Kapolda Papua atas tragedi ini dan tindakan repressif lainnya
yang dilakukan terhadap rakyat di berbagai daerah.
Mendukung sepenuhnya perjuangan yang dilakukan oleh Serikat Pekerja
PT. Freeport Indonesia atas hak-haknya.
Jika di rinci, secara garis besar, Insiden Penembakan terhadap Aksi Buruh
PT. Freeport Indonesia ini sudah melanggar hampir semua undang-undang
di Indonesia mengenai HAM, yaitu:

UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 34


yang terdiri dari 4 ayat

UUD 1945 pasal 28D ayat 2 yang berbunyi : Setiap orang berhak
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak

dalam

hubungan

kerja.

Cara penyelesaian :
-Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak
diberikan keputusan yang mengikat. Mediasi dalam kasus ini yaitu Panitia
Penyelesaian

Perselisihan

Perburuhan

Daerah

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P).

(P4D)

atau

Panitia

Anda mungkin juga menyukai