191
JURDING: ORIGINAL RESEARCH
Otomycosis: Clinical features and
treatment
implications
Otomycosis
atau jamur otitis eksterna : sebagai infeksi jamur pada
METODE
retrospektif
HASIL
46,2 tahun.
Berarti tindak lanjut waktu itu 1,4 tahun, dan median tindak lanjut waktu adalah
25 hari. Meskipun biasanya hanya satu telinga yang terkena, penyakit bilateral
diamati pada 9 (7%) pasien pada presentasi awal.
Keluhan pada saat diagnosis adalah ditabulasikan pada Tabel 1.
Pemeriksaan fisik : akumulasi dari sisa fribrinous yg tebal, tidak adanya edema
kulit yg signifikan pada kanal, dan terbatas jaringan granulasi dalam kanal
eksternal atau di TM.
Perawatan diterima sebelum diagnosis tercantum dalam Tabel 2.
Perforasi membran timpani dianggap sebagai komplikasi otomycosis jika ada
selama presentasi awal dan proses penyembuhan atau jika diamati terjadi
selama pengobatan.
Hanya 1 pasien dalam penelitian diperlukan timpanoplasti untuk penutupan
perforasi persisten.
Dari 2 pasien dengan osteitis,
1 memiliki riwayat diabetes. diabetes adalah komorbiditas pada 7 (5%) pasien,
Pilihan terapi yang paling umum digunakan dalam penelitian tercantum pada
Tabel 3.
Lanjutan..
Secara keseluruhan, 106 (80%) pasien membaik dengan
pengobatan awal.
9 (7%) pasien hilang untuk tindak lanjut setelah inisiasi
pengobatan dan 17 (13%) gagal pengobatan awal.
Diantara 106 subyek yang menanggapi pengobatan awal,
16 (15%) pasien memiliki penyakit berulang.
Khasiat tiga modalitas pengobatan yang paling umum
ditunjukkan pada Tabel 4.
Perawatan yang umumnya sangat baik ditoleransi dengan
beberapa efek samping. Ada dua kasus : dermatitis akibat
iritasi lokal dari cresylate tetes otic pada satu pasien dan
aluminium asetat tetes.
Hasil kultur yang tersedia untuk delapan pasien. Antara ini,
empat positif untuk spesies Aspergillus, dan dua positif
untuk spesies Candida.
Satu pasien menghasilkan spesies Aureobasidium dan lain
menghasilkan Acremonium spesies.
Tabel 1
Gejala pada saat diagnosis
gejala
Jumlah
pasien (n)
persentase
(%)
Otalgia
63
48
Otorrhea
63
48
Gangguan
pendengaran
59
45
Aural kepenuhan
44
33
Pruritus
20
23
Tinnitus
tabel 2
Perlakuan yang diterima sebelum diagnosis
pengobatan
Jumlah pasien
Persentase (%)
Ototopical tetes
59
45
Ciprofloxacin
14
11
Neomycin-polimiksin
B-hidrokortison
14
11
Ofloxacin
*lainya
Diketahui
14
11
Antimikroba oral
32
24
Jenis pengobatan
Jumlah pasien
persentasi
terapi Ototopical
Cresylate otic
51
39
Ketokonazol salep
48 36
48
36
Aluminium asetat
otic
18
14
Klotrimazol otic 7 5
Gentian violet
Flukonazol
terapi oral
Antimikroba
2
52
2
2
4
Jumlah
pasien
Kesembuh Penyakit
an
sisa
kekambuh
an
Cresylate
otic
44
38 dari 44
(86%)
6 dari 44
(14%)
9 dari 38
(24%)
42 dari 44
(95 %)
2 dari 44
( 5%)
4 dari 42
(10%)
6 dari 7
(86%)
1 dari 7
( 14%)
2 dari 6
( 33%)
Ketokonazo
l salep
Aluminium
asetat otic
44
7
* Termasuk hanya mereka pasien yang diobati dengan agen yang dipilih sendiri dan dengan tersedia
informasi tindak lanjut
PEMBAHASAN
Otomycosis sering dihadapi oleh THT dan biasanya dapat didiagnosis dengan
Lanjutan .
Patofisiologi perforasi membran timpani: Disebabkan nekrosis
REFERENCES
1.
2.
3.
Jadhav VJ, Pal M, Mishra GS. Etiological significance of Candida albicans in otitis
externa. Mycopathologia 2003;156:3135.
4.
5.
Stern JC, Lucente FE. Otomycosis. Ear Nose Throat J 1988;67:804 10.
6.
Ford ES, Mokdad AH, Giles WH, et al. Geographic variation in the prevalence of
obesity, diabetes, and obesity-related behaviors. ObesRes 2005;13:118 22.
7.
8.
9.
Youssef YA, Abdou MH. Studies on fungus infection of the external ear. I. Mycological
and clinical observations. J Laryngol Otol 1967;81:40112.
10.
Youssef YA, Abdou MH. Studies on fungus infection of the external ear. II. on the
chemotherapy of otomycosis. J Laryngol Otol 1967;81: 100512.
REFERENCES
11. Stern JC, Shah MK, Lucente FE. In vitro effectiveness of 13 agents in