Anda di halaman 1dari 5

HALAMAN 3 dan 4

HKI pada setiap sekolah yang berpartisipasi diminta untuk mengidentifikasi 2 atau 3
guru untuk melengkapi kuesioner mengenai pengetahuan, sikap dan persepsi (KAP).
Pemilihan guru yang disurvei tidak menggunakan sistematis sampling (pemilihan
dilakukan secara acak). Hasil kuesioner disusun dengan tujuan untuk mengetahui
hambatan potensial dalam perawatan.
Subjek akan dikeluarkan dari analisis jika ditemukan data yang hilang atau tidak
sesuai dengan variable yang relevan. Table kontingensi (table kemungkinan)
digunakan untuk menguji frekuensi dan asosiasi kasar. X 2 atau uji Fisher digunakan
untuk data kategorik dan t-test atau test Mann-Whitney untuk membandingkan data
continu.
Uji non-parametrik digunakan untuk membandingkan proporsi guru
yang terpengaruh meningkatnya usia. Pemodelan logistic digunakan untuk
menentukan factor yang berhubungan dengan kacamata yang dimiliki. Pemodelan
logistic digunakan untuk memprediksi peluang dari kepemilikan kacamata pada guru
dengan diagnosis yang berbeda. Oods rasio dihitung dengan membandingakan
peluang antara guru yang berkacamata dengan guru yang didiagnosis membutuhkan
kacamata. Semua uji statistik dilakukan dengan menggunakan versi Stata 11 / IC
(Stata Corp, College Station, TX, USA) 2-sisi dengan tingkat signifikansi 0,05.
HASIL
965 guru dari 19 SMP diundang untuk dilakukan pemeriksaan dan 866 hadir(89.7%).
Dari jumlah tersebut, 858 (99,0%) subyek untuk data pemeriksaan lengkap. Sebagian
besar guru (762,88.8%) gagal dilakukan screening dan mereka yang lulus secara
signifikan lebih muda dari mereka yang gagal (33.9 + 6.6 vs 45.6 + 8.2 years,
p50.001). 275 (36,1%) gagal dalam pemeriksaan jarak dan VA dekat. 239 (31,4%)
gagal dalam pemeriksaan jarak dan 248 (32,5%) gagal dalam pemeriksaan VA dekat.
Lebih dari setengah guru (54,3%) memakai kacamata saat pemeriksaan yang secara

signifikan memiliki kemungkinan untuk gagal pada saat screening dibandingkan yang
tidak memakai kacamata (p50.001).
Data jarak refraksi tersedia untuk 666 dari 762 (87,4%) guru, dan data koreksi dekat
tersedia untuk 520 dari 686 (75,8%) guru, guru usia 35 tahun gagal dilakukan
screening. Data hilang karena 75 guru screen-positif tidak dapat di follow-up (tidak
hadir atau memilih untuk tidak menjalani pemeriksaan). Para guru yang tersisa tidak
dilibatkan karena penguji tidak mencatat beberapa data yang diperlukan untuk
melengkapi analisis. Dari catatan, untuk pemeriksaan koreksi jarak tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam usia, distribusi jenis kelamin atau pemeriksaan VA
antara mereka yang memiliki data follow-up lengkap dan hilang (Tabel 1). Namun,
kami menemukan bahwa guru yang menggunakan kacamata saat screening memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki data yang lengkap. Beberapa variabel
yaitu usia (p50.001), jenis kelamin (p = 0,02), kepemilikan kacamata pada saat
screening (p = 0,05) dan pemeriksaan VA (p50.001) berbeda secara signifikan antara
individu dengan dan tanpa data follow-up yang lengkap untuk koreksi dekat.
Median yang dikoreksi dan kebiasaan jarak VA guru yang gagal dalam screening dan
data pemeriksaan yang tersedia adalah 6/18 dan 6/12 (tidak ada perbedaan antara
mata kanan dan mata kiri) dan median yang dikoreksi dan ukuran cetak akhir-titik
kebiasaan adalah J10 dan J8.
Beberapa kesalahan bias(refractive error) dan / atau kesalahan akomodatif ditemukan
76,2 + 9,0% dari guru yang di screening, bias yang tidak dikoreksi dan / atau
kesalahan daya akomodasi ditemukan pada 57,1+7,6% dari guru di screening. Dari
jumlah tersebut, saat pemeriksaan ditemukan 11,1 + 3,6% memiliki daya lihat rendah
yang tidak dikoreksi (daya lihat mata yang lebih baik < 6/18). Nilai rata-rata dan nilai
tengah spherical equivalent refraction masing-masing adalah, -1,1 + 2,1 D dan -0,8 D
pada mata kanan dan -1,0 + 2,0 D dan -0,8 D di mata kiri ( kisaran: -11,75 sampai
+4.75 D; Gambar 1). Nilai rata-rata dan median kemampuan (daya) baca masingmasing adalah +1,9 + 0.5 D and +1.75 D, (kisaran: +1.0 sampai +3.0 D). Berdasarkan
nilai bias, subjek mengalami peningkatan 2- garis median jarak VA pada kedua mata
dan ukuran cetak akhir-titik median ditingkatkan menjadi J4.

Setelah pemeriksaan refraksi, 0,1% dari guru yang discreening memiliki VA yang
diperbaiki sehingga mata mampu melihat lebih baik, masih akan diklasifikasikan
sebagai low vision (VA antara 6/18 dan 6/60) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
buta (VA lebih buruk dari 6/60 pada mata yang mampu melihat lebih baik).
Dalam penelitian ini keseluruhan proporsi yang terpengaruh oleh kesalahan bias
adalah 44,2 + 3,7%, dan presbiopia adalah 66,4 + 8,1%. Proporsi yang dipengaruhi
oleh URE dan presbyopia yang tidak dikoreksi masing-masing adalah 36,0 + 3,6%
dan 41,0 + 6,6%, (Tabel 2). Kesalahan bias dan daya akomodasi juga diperiksa
berdasarkan usia, dan guru yang usianya lebih tua mempunyai kemungkinan yang
lebih besar mengalami presbyopic (p = 0,004), tidak ditemukan hubungan antara usia
dan kesalahan bias (Tabel 3).

Spectacle coverage 53,9% guru ditemukan memiliki kesalahan refraksi, dan 36,9%
dari mereka dengan diketahui memiliki kacamata yang sudah lama tidak diperbaiki.
Guru yang menderita presbyopi, 47,1% telah memiliki kacamata baca dan 68,5% dari
umlah tersebut memiliki pengobatan yang baik.

kesalahan refraksi atau akomodatif yang signifikan, mereka dengan hyperopia (odds
rasio, OR, 5.4, interval kepercayaan 95%, CI, 3,0-9,6, p<0,001) atau miopia (OR 2,0,
95% CI 1,2 - 3,5, p = 0,01) mempunyai peluang berkacamata yang signifikan lebih
besar dibandingkan dengan penderita astigmatisme. Seiring dengan itu, guru dengan
astigmatisme berpeluang mengalami penurunan penglihatan dibandingkan dengan
mereka yang tidak astigmatisme (OR 0,6; 95% CI 0,4-0,9; p = 0,03), kemampuan
melihat guru dengan presbyopia memiliki kemungkinan tidak berbeda dibandingkan
dengan yang tidak presbiopia (OR 1,0, 95% CI 0,5-2,1, p = 0,9).
Di antara guru yang menyelesaikan kuesioner KAP (n = 41), dua guru (4,9%)
dilaporkan memiliki asuransi yang mencakup pembelian kacamata. Umumnya
(22,5%) harga termurah bagi responden untuk membeli kacamata lokal adalah
200.000-500.000 Rupiah (US $ 22-55); Namun demikian, 87,8% guru menjawab
bahwa kacamata masih terjangkau dan 31,7% menjawab bahwa kacamata membuat
seseorang terlihat kurang menarik, 34,1% merasa bahwa memakai kacamata tidak
nyaman, dan 9,8% menganggap bahwa kacamata bisa membuat penglihatan
seseorang menjadi lebih buruk.
DISCUSSION (PEMBAHASAN)
Berdasarkan pengalaman, kesalahan bias dan presbyopia sering terjadi pada guruguru sekolah perkotaan di Indonesia dan sering tidak diobati. Guru yang menjalani
pemeriksaan memiliki median jarak habitual VA dari 6/12 dan ukuran titik akhir

cetak median J8; dengan perbaikan yang kami amati masing-masing, 6 / 7.5 dan J4.
Dampak URE dan presbiopia yang tidak dikoreksi dalam populasi ini memiliki
pengaruh yang besar, terutama jika mempengaruhi kinerja guru. Program
pemeriksaan
kesalahan bias yang ditujukan pada anak sekolah harus
mempertimbangkan juga pemeriksaan pada guru, baik untuk memberikan perawatan
kepada guru itu sendiri dan bahkan memberikan motivasi bagi mereka(guru) untuk
membantu siswa. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

Anda mungkin juga menyukai