IDENTITAS/BIODATA
Nama: Nn. I. S
Usia: 34 tahun
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke RS Islam Cempaka Putih dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah yang dirasakan 1 minggu SMRS. Nyeri berawal di atas pusar, lalu
berpindah ke perut kanan bawah. Saat ini paling sakit di kanan bawah. Nyeri hilang timbul
terasa seperti diremas. Mual (+) sejak 1 minggu. Muntah (+) 1 kali. Demam (+) sejak 3 hari,
hilang timbul. Os belum BAB sejak 1 minggu SMRS. BAK lancar, tidak sakit, warna kuning
jernih. Nafsu makan baik.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat yang sama
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
Suhu
: 37.6 O C
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
Antropometri
: 22x/menit
:
BB: 80 kg
TB: 165 cm
IMT:29,4
STATUS GENERALIS
1. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
: normotia
: pembesaran KGB -, pembesaran kel tiroid
2. Torax
: Paru :
tidak
Jantung :
I : Ictus Cordis terlihat (-)
P : Ictus Cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
P : Batas kanan jantung di linea para sternal dextra
Batas kiri jantung di interkostalis 5 midclavicularis sinistra
A : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
3. Abdomen
5. Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu
Hasil
14,1
41,7
5,06
12,4
396
82,4
27,9
33,8
Hasil
64
Nilai Rujukan
12-15
37-478
4.2-5,4
4.8-10.8
150-450
80-94
27-31
33-37
Nilai Rujukan
70-110
Satuan
g/dL
%
10^6 L
10^3/L
10^3/L
fL
pg
%
Satuan
mg/dL
DIAGNOSIS
OPERASI
Keadaan Pra-Operasi
Perempuan usia 45 tahun dengan diagnosis HIL Sinistra Refondable + Obesitas pasien
dijadwalkan untuk dilakukan operasi Herniorraphy
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital preoperatif
- Tekanana darah : 170/110 mmHg
- Nadi
: 110 x/menit
- Pernafasan
: 22 x/menit
- Suhu
: 36,7 0C
- Saturasi O2
: 97 %
Status fisik
: ASA II
Keadaan Intraoperatif
Operasi dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2015 pukul 14.45 s/d 15.30 WIB.
Penatalaksanaan anestesi pukul 14.45 WIB
Anestesi Umum :
Posisi
: Supine
Teknis anestesi
: Spinal
Lokasi Tusukan
: L3-L4
Anestesi Lokal
: Bupivacaine + Fentanyl 0,5 cc konsentrasi 0,5% jumlah 3 cc
Rencana Medikasi dan pelaksanaan pada kasus
- Ondancentron 4mg
- Propofol (Dosis 1-2,5 mg)
Dosis Pemberian : 75- 187 mg
Dosis yang diberikan : 20 mg
10 kg pertama
: 10 x 4 cc/kg/jam = 40 cc
10 kg kedua
: 10 x 2 cc/kg/jam = 20 cc
55 kg sisanya
: 55 x 1cc/kg/jam = 55 cc
= 450 cc
I jam pertama
Tek. darah
180/110mmH
Nadi
90x/mnt
RR
22x/mnt
SpO2
98%
15.00 WIB
15.15 WIB
15.30 WIB
g
130/60mmHg
120/80mmHg
130/70mmHg
100x/mnt
90x/mnt
90x/mnt
18x/mnt
20x/mnt
20x/mnt
96%
97%
98%
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Aldrette Score
Jam
15.50
WK
Merah
Aldrette score
RR
C
KS
Nafas
120/90
Sadar
muda
dalam
mmHg
penuh
(2)
(2)
(2)
(2)
Score
ACT
Gerak 4
ext (2)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. OBESITAS
1. DEFINISI
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke
dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara
tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
2. PERMASALAHAN OBESITAS
Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif.
Penyakit penyakit tersebut antara lain :
a. Jantung
6
g. Hipertensi
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap Penyakit
hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 39
tahun orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar terserang
hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal.
3. PENYEBAB OBESITAS
Secara spesifik, yang dikatakan obesitas adalah merupakan suatu keadaan
kelebihan jumlah lemak dalam tubuh, sedangkan overweight adalah kelebihan berat
badan bukan hanya dari jumlah lemaknya namun juga termasuk otot, tulang, dan total
air dalam tubuh. Para ahli sepakat bahwa laki-laki dengan jumlah lemak tubuh lebih
dari 25 persen dan wanita lebih dari 30 persen masuk dalam golongan kelebihan berat
badan atau obesitas. Body Mass Index (BMI) menjadi indikator awal yang membantu
professional untuk mencari tahu perkiraan kelebihan berat badan seseorang yang
nantinya dihubungkan dengan resiko terjangkit suatu penyakit. Pada obesitas,
seseorang mengkonsumsi kalori lebih dari yang dapat dibakar secara normal, dalam
arti kata mereka makan banyak namun tidak diseimbangkan dengan aktivitas atau
olahraga. Namun ada faktor lain yang juga menjadi predisposisi seseorang menjadi
obesitas. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
a. Genetik
b. Usia
Ketika seseorang menginjak usia tua, tubuh mengalami penurunan
kemampuan untuk metabolisme makanan atau kalori. Makanan lebih lama
diolah, diubah menjadi energi dan pada akhirnya walaupun jumlah makanan
yang dikonsumsi sejak orang tersebut usia 20 hingga usia tua tidak berubah
namun sebenarnya ia tidak memerlukan jumlah kalori yang sama. Hal ini
terlihat jelas ketika mereka yang berusia 20-an mengkonsumsi banyak kalori
namun seimbang dengan aktivitas, pada mereka yang berusia diatas 40-an
dengan jumlah konsumsi kalori yang sama malah bertambah bobotnya karena
aktivitas dan metabolisme tubuh yang sudah menurun secara alamiah.
c. Gender.
Wanita dikatakan mengalami tendensi lebih sering menjadi overweight
dibanding laki-laki. Laki-laki memiliki kemampuan untuk metabolisme saat
istirahat yang berarti energi juga digunakan saat itu. Sehingga laki-laki
membutuhkan jauh lebih banyak kalori untuk menjaga keseimbangan
metabolisme yang menghasilkan energi itu. Pada wanita, terutama yang sudah
mengalami menopause, rasio metabolisme mereka justru akan menurun,
sehingga jelas mereka akan mengalami penambahan berat badan setelah
menopause.
d. Lingkungan
Walaupun genetik merupakan faktor utama pada obesitas, namun pada
beberapa kasus, lingkungan juga merupakan faktor signifikan. Yang termasuk
faktor lingkungan adalah gaya hidup seperti apa yang dimakan dan seberapa
aktif seseorang.
e. Aktivitas fisik.
9
4. PERHITUNGAN BMI
Pengukuran berat badan seseorang secara tepat agak sulit. Cara yang paling
mendekati akurat adalah mengukur orang tersebut dibawah air atau di dalam chamber
atau ruangan dengan isi air sehingga dapat diukur jumlah air yang terbuang dan air
sebelumnya untuk mengukur berat badan pasti. Dapat juga digunakan alat X-ray
untuk tes yang disebut Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA) namun di
Indonesia sendiri belum dilakukan karena membutuhkan alat, tenaga dan tempat
10
khusus.Secara sederhana, metode untuk estimasi jumlah lemak atau body fat adalah
dengan mengukur ketebalan lapisan lemak yang berada dibawah lapisan kulit pada
beberapa bagian tubuh. Karena dalam mengukur body fat dan berat badan pasti
seseorang itu sulit, maka selama beberapa dekade, para ahli hanya bergantung pada
tabel berat badan dan tinggi yang merupakan ukuran rata-rata pada semua orang. Yang
menjadi kendala selain tabel ini tidak menggunakan ukuran pasti adalah
dikeluarkannya berbagai macam versi dengan rentang berat badan dan tinggi yang
juga berbeda-beda. Maka BMI saat ini masih menjadi patokan universal untuk
mengetahui status gizi seseorang (normal, obesitas, atau overweight). Body Mass
Index (BMI) sangat sederhana dan digunakan untuk estimasi massa lemak pada
seseorang. Pada abad ke-19, seorang ahli statistik dan antropometris Adolphe Quetelet
mengembangkan pengukuran dengan cara ini. BMI merupakan refleksi dari
persentase body fat mayoritas orang dewasa pada populasi besar dan universal.
Walaupun begitu, tingkat akurasi BMI menurun jika digunakan pada pengukuran ibu
hamil atau orang dengan body builder yang massa atau bobot tubuhnya terpengaruh
dari komposisi tambahan.
BMI = [berat badan (kg)] / [tinggi (dalam meter)]2
BMI
Classification
underweight
normal weight
overweight
class I obesity
class II obesity
class III obesity
11
BAB III
ANESTESI PADA OBESITAS
12
dengan atau tanpa obesitas dan anak-anak yang sedari kecil sudah mengalami
obesitas.
B. PANDANGAN ANESTESI PADA OBESITAS
American Society of Anesthesiology (ASA) mulai gencar dalam memberikan
informasi yang jelas kepada masyarakat tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan
sebelum mereka menghadapi pisau bedah atau operasi. Masyarakat dahulu tidak
terlalu peduli akan bahaya yang dapat menjadi kesulitan tersendiri untuk anestesi,
terkait akan masalah kelebihan berat badan atau obesitas ini. Begitu banyak
komplikasi dari obesitas seperti contoh : diabetes tipe dua, obstructive sleep apnea,
hipertensi atau penyakit kardiovaskular yang dapat memberikan implikasi signifikan
pada pasien yang akan menghadapi operasi dan tindakan anestesi. Hambatan jalan
napas akibat obstructive sleep apnea dapat menurunkan aliran udara masuk saat
inspirasi bahkan terjadi reduksi pada inhalasi O2 ketika seseorang diberikan sedasi
anestesi. Dokter Martin Nitsun, asisten professor sekolah kedokteran Pritzker
universitas Chicago menerangkan bahwa faktor-faktor diatas memang timbul ketika
seseorang mengalami kelebihan berat badan. Pada obesitas terjadi perubahan anatomi
yang membuat manajemen jalan napas akan berbeda dengan mereka tanpa keadaan
obesitas. Tindakan intubasi akan lebih sulit dan dibutuhkan peralatan dan teknik
khusus. Dokter anestesi harus siap dan antisipatif terhadap kesulitan-kesulitan yang
mungkin terjadi. Maka sebelum pasien masuk ruang operasi, ASA merekomendasikan
dilakukannya preoperative assesment yang meliputi anamnesis lengkap tentang
riwayat pasien, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang yang bermakna pada
pasien tersebut. Sehingga pada saat pelaksanaan operasi, dokter anestesi dapat
meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dan menurunkan tingkat terjadinya
komplikasi. Motivasi akan pentingnya mengubah gaya hidup hingga menurunkan
berat badan secara bertahap juga menjadi tugas dokter yang menangani atau dokter
anestesi sehingga diharapkan dengan penurunan berat badan, komorbiditas dapat
ditekan semaksimal mungkin.
C. IMPLIKASI ANESTESI
Pada keadaan dimana terjadi gangguan napas, masalah pada ventrikel
mungkin tertutupi atau lolos dari pengamatan melalui pemeriksaan secara klinis.
Namun adanya penambahan berat badan secara cepat yang ditemukan pada
premedikasi dapat mengindikasikan adanya kegagalan jantung walaupun orang
13
tersebut memang sudah memiliki bobot yang berat. Durante operasi, kegagalan
ventrikel untuk memenuhi kebutuhan(disfungsi dari diastolik ventrikel) dapat terjadi
karena berbagai macam alasan, seperti pengaruh dari agen anestesi yang sebelumnya
diberikan atau hipertensi pulmonal yang dipresipitasi keadaan hipoksia atau
hiperkapnia. Maka seorang dokter anestesi harus bersikap preventif terhadap hal
tersebut dengan mempersiapkan inotropik dan vasodilator untuk mengembalikan
keadaan menjadi normal kembali.Ketika induksi anestesi atau intubasi dilakukan pada
penderita obesitas, performa jantung akan mulai menurun. Dalam suatu penelitian,
ditemukan pada penderita obesitas yang menjalani operasi abdomen, performa
jantung menurun 17 -33 persen setelah induksi dan intubasi dilakukan, keadaan ini
menetap pasca operasi dengan index jantung 13 -23 persen menurun dibandingkan
preoperatif. Hal ini tidak terjadi pada orang normal dimana performa jantung setelah
diberikan induksi anestesi atau intubasi sempat menurun namun kembali normal
pascaoperasi. Pengamatan terhadap tekanan arteri, gas darah dan tekanan vena sentral
dapat dilakukan sebagai acuan terhadap keadaan jantung selama obat anestesi bekerja.
1) Premedikasi
Pemeriksaan preoperatif pada penderita obesitas diantaranya memeriksa
kemampuan pasien untuk bernapas dalam dan patensi dari jalan napas.
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah lengkap, foto thoraks, gas
darah, fungsi paru dan oximetri. Mereka yang dicurigai OSA disarankan
melakukan tes polysomnografi. Pasien juga harus diingatkan resiko spesifik dari
anestesi, kemungkinan dilakukannya intubasi dalam kesadaran penuh, pemberian
ventilasi pascaoperasi bahkan trakeostomi.
2) Intraoperatif
Induksi anestesi menjadi saat paling berbahaya pada pasien obesitas. Resiko
kesulitan atau gagal intubasi karena adanya obstruksi saluran napas bagian atas
dan menurunnya compliance pulmonal menjadi kekhususan tersendiri. Insuflasi
gaster selama anestesi juga meningkatkan resiko regurgitasi atau aspirasi isi
gaster.Pendekatan awal adalah pemilihan intubasi dalam kesadaran penuh atau
tidur dalam yang merupakan pilihan sulit. Hal itu banyak dipengaruhi pengalaman
dokter anestesi yang akan melakukannya. Beberapa penulis menyarankan intubasi
dengan kesadaran penuh terutama jika berat badan sesungguhnya > 175 persen
berat badan ideal. Apabila terdapat gejala OSA, maka sudah terpikirkan morfologi
jalan napas bagian atas yang sedikit berbeda yang membuat pemakaian ballow
dan sungkup menjadi sulit, sehingga intubasi dalam kesadaran penuh lebih
14
15
mudah dan aman dilakukan dengan bantuan stimulator saraf dan jarum insulasi.
Anestesi spinal dan epidural lebih mudah dilakukan pada posisi berdiri dan
menggunakan jarum yang panjang. Dengan bantuan ultrasound dapat diidentifikasi
ruang epidural dan menuntun jarum Tuohy dalam posisi yang benar. Ada beberapa
dokter anestesi yang lebih menyukai kateter epidural telah terpasang sehari sebelum
operasi untuk menghemat waktu esok harinya dan memudahkan pemberian
profilaksis heparin pada pagi hari waktu operasi. Anestesi lokal yang dibutuhkan pada
saat melakukan anestesi spinal atau epidural diturunkan hingga 80 persen mengingat
terdapatnya infiltrasi lemak dan meningkatnya volume darah yang disebabkan
tekanan intraabdomen menyempitkan ruang epidural. Hal ini perlu diwaspadai karena
dapat menyebabkan blokade yang lebih tinggi atau menyebarnya anestesi lokal
tersebut. Blokade diatas thorakal V akan menyebabkan gangguan respirasi dan
blokade otonom pada sistem kardiovaskular. Dalam keadaan ini, dibutuhkan
penggantian anestesi menjadi anestesi umum dengan peralatan yang cukup dan
bantuan orang lain untuk penanganan adekuat.
16
DAFTAR PUSTAKA
1
Increase Anesthetic Risk For Patients With Obesity and Obstructive Sleep Apnea.
Available from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2007481/pdf/anesthprog000030005.pdf.
17